Dlingo Kembangkan Tanaman Sorgum Manis

DLINGO : KRjogja.com : Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul berkomitmen mengembangkan tanaman pengganti tebu sebagai bahan baku gula melalui tanamam sorgum. Lokasi pengembangan sorgum dipusatkan di Objek Wisata Kebun Buah Mangunan Dlingo Bantul. Langkah tersebut sebuah terobosan spektakuler dalam mengembangkan wisata berorientasi pendidikan sektor pertanian. Saat ini baru dikembangkan tanaman sorgum secara massal di kawasan tersebut dengan beragam varietas meliputi sorgum manis, sorgum numbo serta sorgum lokal. Dua varietas terakhir telah dikembangkan oleh masyarakat. Namun untuk sorgum manis dalam pengembangan dan penelitian. 
Manajer Kebuh Buah Mangunan Sumadi, Selasa (15/2) mengatakan, pengembangan tanaman sorgum sebagai persiapan diberlakukannya swadaya gula oleh pemerintah pusat tahun 2014 mendatang. Adanya pengembangan tanaman sorgum sekaligus memberikan kesempatan pengunjung mengetahui pengembangan tanaman sorgum. Di kawasan itu sekarang baru dikembangkan sejumlah vareitas unggulan. Paling spektakuler tentunya sorgum manis. "Kami dari pengelola tidak semata mengembangkan objek wisata, tetapi bagaimana masyarakat bisa liburan dan belajar," kata Sumadi. Dijelasakan, pada awalnya sorgum berasal dari Filipina. Namun setelah ditangkarkan tanaman jenis itu semakin banyak. "Ini (sorgum manis-red) belum boleh keluar, semua masih dalam penelitian," ujarnya. Prinsipnya, Kebun Buah Mangunan punya komitmen bangaimana lokasi tersebut menjadi ajang pembelajaran dan pendidikan. Pertimbangan lain pengembangan sorgum ialah, memberdayakan lahan kritis dan 6mampu memberikan hasil.

Aduan Warga Dlingo

Dlingo : Jogja.Polri.go.id

Nama    : Warga Dlingo
Tanggal : 2011-02-09, 00:01:40
Judul     : KAPOLSEK TERIMA SUAP 6 JUTA

Pengaduan :

Pak Polisi,kami warga dlingo mau tanya. Pencuri HP di konter yg ada di gardu dan tertangkap massa kok blm disidangkan?Kami dengar sekarang pelakunya sekarang di Purworejo melanjutkan sekolah disana.Setelah kami telusuri,ternyata pelaku melakukan praktik "SUAP" kepada Kapolsek Dlingo sebesar 6 Juta. Gimana ini? jangan leda lede pak.

Jalan Desa Penghubung Dlingo - Imogiri Terancam

Dlingo www.jogjatv.tv- Hujan deras yang mengguyur hulu Sungai Oya selama beberapa pekan terahir menyebabkan aliran Sungai Oya sering meningkat drastis. Akibatnya talud yang menyangga tebing di pinggir Sungai Oya ambrol tergerus derasnya air dan mengancam keberadaan jelan desa yang berada diatasnya. Inilah kondisi terakhir jalan Desa Wunut, Sri Harjo, Imogiri Bantul. Sejak pekan lalu kondisi jalan desa yang menghubungkan Kecamatan Imogiri dan Dlingo ini terancam gerusan arus Sungai Oya. Talud yang menyangga badan jalan ini telah ambrol terkena derasnya arus sungai beberapa waktu lalu. Warga yang hendak melintasi jalan ini pun terpaksa harus berhati hati agar tidak terjatuh ke sungai.

warga Pedukuhan Wunut menuturkan, talud penyangga jalan desa telah embrol sejak beberapa waktu lalu, namun saat itu jaraknya masih sekitar 5 meter dari badan jalan. Akibat derasnya arus sungai kini jarak badan jalan dengan sungai hanya tinggal 1 meter dan kondisinya pun membahayakan pengendara yang lewat diatasnya. Warga hanya bisa berharap agar Pemerintah segera memperbaiki talud yang ambrol, sebelum jalan desa ikut tergerus. Pasalnya jalan tersebut, adalah satu satunya akses Pedukuhan Wunut ke wilayah sekitarnya.

Dlingo Salah Satu Kantong Kemiskinan Kabupaten Bantul

Dlingo : www.harianjogja.com : Jumlah warga miskin di Bantul mencapai 41.000 lebih Kepala Keluarga (KK) atau 16,17% dari total 256.463 KK. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengklaim angka kemiskinan tersebut turun hingga 11% dari tahun sebelumnya. Kepala Badan Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BK2P2B) Bantul Djoko Sulasno Nimpuno mengatakan meski mengalami penurunan, persentase 11% belum menyentuh target yang sudah dicanangkan Pemkab sebelumnya melalui Surat Keputusan (SK) Bupati, yakni 15%.

Dari data per kecamatan, Kecamatan Sedayu diketahui sebagai wilayah dengan persentase kemiskinan tertinggi, yakni 22,42% atau sebanyak 9.551 jiwa dari total penduduk 42.607 jiwa. Menyusul Dlingo, Pundong, Pandak dan Imogiri di urutan lima besar termiskin. Djoko mengatakan kemiskinan di Bantul dipicu berbagai faktor, mulai dari perwakinan dan kelahiran baru, minimnya lapangan kerja, sulitnya warga mengakses potensi ekonomi sampai budaya di masyarakat.

Menurut dia, berbagai program pemberdayaan mulai dari pinjaman modal, penerapan keterampilan, fasilitasi sarana produksi sebenarnya terus digulirkan untuk pengentasan kemiskinan. Ia mencontohkan, sejak 2005 hingga 2008 pemerintah sudah menggelontorkan dana bergulir untuk pinjaman modal sampai Rp23 miliar ke keluarga miskin. “Sekarang dana bergulir untuk pengentasan kemiskinan sudah tidak ada, makanya turunnya juga sedikit, hanya 11%,” ungkapnya kepada Harian Jogja, Selasa (1/2).

Camat Sedayu Harso Wibowo menegaskan tingginya jumlah KK miskin di Sedayu lantaran mayoritas penduduknya merupakan buruh tani, dan sebagian besar lahan dikuasai juragan tanah yang tak lebih banyak dari petani gurem padahal hidup warga Sedayu sebagian besar mengandalkan sektor pertanin selain industri rumah tangga di bidang kerajinan sebanyak 734 buah. Kondisi itu berlangsung turun temurun dan sebagian besar menjerat penduduk yang tinggal di daerah perbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan dibelah Sungai Progo seperti Desa Argorejo. Kedepan, imbuh Harso, sebagian buruh tani harus beralih profesi ke pekerjaan lain. “Makanya sekarang ini kami mengundang investor berinvestasi seperti pabrik sarung tangan dan harapannya yang diprioritaskan dipekerjakan untuk buruh tani yang merupakan KK miskin,” katanya.

Retribusi Kebun Buah Mangunan Dlingo ditarget Rp30 juta

Dlingo : harianjogja.com : Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Bantul menargetkan pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi wisata kebun buah dan sayur Mangunan, Kecamatan Dlingo, pada tahun ini sebesar Rp30 juta. Penetapan target Rp30 juta didasarkan pada jumlah PAD 2010 yang disumbang dari retribusi Mangunan mencapai Rp25 juta. Kepala Distanhut Edy Suhariyanta meyakini target yang ditetapkan tahun ini diprediksi bakal tercapai.

“Kami [Distanhut] tidak mau berjanji memasang target besar, yang realistis saja, tetapi target Rp30 juta setahun pasti tercapai,” tegasnya kepada Harian Jogja, Sabtu (28/1). Edy menegaskan hal itu karena pada Desember 2010 kebun buah dan sayur Mangunan meraup pendapatan sampai Rp9 juta. Sejak dibuka pada Januari 2010, pengunjung di Mangunan paling banyak memanfaatkan wisata outbond, kemah dan sepeda gunung karena objek wisata ini hanya dapat dinikmati pada musim tertentu.

Karena itu, Edy mengungkapkan kedepannya sejumlah fasilitas permainan anak perlu ditambah untuk menggaet minat wisatawan. “Pernah kami usulkan untuk pembangunan dan penambahan fasilitas tapi belum disetujui karena anggaran terbatas,” katanya. Bagian sekretariat agrowisata kebun buah dan sayur Mangunan Rujiyati mengatakan pada hari libur rata-rata pengunjung mencapai 400 orang. Pengunjung itu mayoritas kalangan mahasiswa dan pelajar yang mengadakan acara malam keakraban. Para pengunjung kebanyakan menggelar outbond dan kemah sementara pada hari biasa, pengunjung rata-rata hanya 50-70 orang. Para pengunjung itu dipungut retribusi sebesar Rp5.000 per orang. Biaya itu belum termasuk sewa homestay atau aula bila diperlukan.

Terkait dengan biaya operasional setiap tahunnya, Edy memaparkan target yang dicanangkan tahun ini tetap belum bisa menutup biaya operasional Mangunan. Per tahunnya, Mangunan membutuhkan biaya operasional sebesar Rp160 juta. Menurut Kepala Distanhut, biaya operasional sebesar itu ditutup melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). “Biaya operasional masih besar karena ada 30 karyawan yang dipekerjakan mengelola kebun buah,” ungkapnya

Desa Terong Pemenang "GREEN N CLEAN DIY 2010"

Dlingo: bapedalda-diy.go.id : Program Green and Clean adalah program pembinaan dan evaluasi yang menyelaraskan antara penghijauan dan kebersihan lingkungan. Program ini merupakan kerjasama multistakehoders antara PT. Unilever, Yayasan Padmaya, Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIY, Harian Umum Kedaulatan Rakyat, Sonora Fm, RBTV dan Dinas Kesehatan Provinsi DIY, serta didukung oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan sasaran masyarakat di tingkat RW atau Pedusunan. Di DIY, program Green and Clean telah berlangsung selama tiga tahun, mencakup seluruh wilayah di DIY, yang pada tahun 2010 ini mencapai 361 dusun yang mengikuti lomba. Selain DI Yogyakarta, kota lain yang telah melakukan kegiatan Green and Clean adalah Surabaya, Jakarta, Makassar, Medan, Bandung, Banjarmasin dan Balikpapan.
Masyarakat menyambut dengan antusias adanya kegiatan Green and Clean ini, terbukti daerah tempat tinggal mereka sudah mulai ijo royo-royo dan bersih dari sampah. Mereka melakukan penghijauan pekarangan dengan pepohonan dan tanaman hias serta dilengkapi dengan tanaman obat keluarga (TOGA). Sampah juga telah dikelola, sampah organik diolah menjadi pupuk organik dan sampah anorganik dijadikan aneka kerajinan yang dapat dijual kembali. Tak hanya itu, pelestarian air dan penghematan air juga dilakukan antara lain dengan cara membuat sumur persapan air hujan, pembuatan lubang biopori dan mendaur ulang air limbah rumah tangga sehingga dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Kesehatan lingkungan juga diperhatikan, seperti pengawasan terhadap jentik-jentik, jamban sudah ada di tiap-tiap rumah lengkap dengan septiktanknya dan kebersihan selokan. Dengan diperhatikannya aspek sanitasi ini, masyarakat akan terhindar dari penyakit-penyakit berbahaya seperti DBD, diare dan muntaber.

Pada penilaian best of the best tingkat Provinsi terdiri dari sepuluh calon best of the best tingkat Kabupaten/Kota, yaitu :
1. Dusun Jeruksari, Wonosari, Kab. Gunungkidul
2. RW 29 Wonosidi Lor, Wates, Kab. Kulonprogo
3. Dusun Badegan, Bantul, Kab. Bantul
4. RW 19 Sukunan, Banyuraden, Gamping, Sleman
5. RW 7 Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta
6. Dusun Baran Kulon, Semugih, Rongkop, Kab. Gunungkidul
7. Dusun I, Panjatan, Kab. Kulonprogo
8. Dusun Terong I, Desa Terong, Kec. Dlingo, Kab. Bantul
9. Wiropkraman, Sidokarto, Godean, Kab. Sleman
10. RW 16 Kemetiran Kidul, Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, para peserta DIYGC tahun 2010 telah melakukan pengelolaan sampah yang meliputi pemilahan dan pengolahan sebanyak 65%. Data ini berdasarkan pada penambahan sarana pengolahan sampah, seperti tong, karung pemilah, atau komposter. Hasil dari pengeolahan sampah berupa pupuk organic dan aneka kerajinan craft yang dapat dijual kembali.

Hasil evaluasi DIYGC 2010 ini yang menjadi Best of The Best tingkat Provinsi DIY untuk kategori kepadatan rendah adalah Dusun Terong I, Terong, Dlingo, Kabupaten Bantul. Dan untuk kategori kepadatan tinggi adalah RW 19 Sukunan, Banyuraden, Gamping, Sleman. Sedangkan peserta lainnya merupakan runner up. Menurut Gubernur Provinsi DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, “Melalui kegiatan Green & Clean, masyarakat memperoleh edukasi mengenai kesehatan lingkungan, serta bisa melakukan tindakan nyata di lingkungannya masing-masing yang diwujudkan dengan lomba kebersihan dan penghijauan lingkungan tingkat RW/Dusun se-DIY. Namun hal yang perlu ditekankan dalam kegiatan ini bukanlah siapa yang menjadi pemenang. Akan tetapi turut menciptakan lingkungan yang sehat, kita sebenarnya sudah menjadi pemenang.”