Latihan Membuat Souvenir Khas Dlingo

Dlingo : Bertempat Di Bumi Putra Rahayu bersama dengan salah satu WNA asal Perancis . Kali ini kami berusaha menemukan sebuah spesifikasi khas untuk oleh-oleh yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah dicari namun dapat enjadi daya tarik ke khasan kecamatan Dlingo.

Meski baru pertama kali kami lakukan namun setidaknya kami sudah mencoba untuk melakukan sesuatu untuk Kecamatan Dlingo Tercinta. sebenarnya banyak sekali potensi yang bisa digarap yang mampu diolah. Bahan-bahan lokal, seperti limbah kulit kayu, sabut, batok, daun, bunga pinus, sebitan sisa meubel hingga batang kelapa yang selama ini terbuang menjadi sampah bisa diolah menjadi apapun yang kita inginkan. 

“Potensi ini harus menjadi perhatian pemerintah kecamatan Dlingo. Banyak yang bisa dibuat dan diolah dari bahan-bahan lokal yang ada. Pekerjanya adalah masyarakat, dari pemuda, pelajar, ibu-ibu yang akan mendapat tambahan nilai ekonomi. Yang lebih penting, potensi ini dapat tergarap dan menjadi perhatian serius pemerintah untuk membantu mengembangkan usaha dan kreasi dari tangan trampil masyrakat Dlingo. 






Memaknai Perjalanan

“Many of life’s failure are people who did not realize how close they were to success when they gave up.” ( Thomas Alva Edison ) 

Inilah kata-kata bijak dari orang besar yang namanya telah tercatat didalam sejarah sebagai seorang penemu lampu pijar yang tak pernah menyerah dan berhenti pada kegagalan demi kegagalan eksperimennya, sebelum akhirnya berhasil menemukan cara untuk membuat lampu pijar. Bahwa banyak kegagalan hidup ada pada orang-orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka pada keberhasilan ketika mereka menyerah kalah. Ini juga seharusnya menjadi sebuah tamparan kuat bagi kita bahwa selama ini harus kita akui bahwa kita memang terlalu lemah dan manja menghadapi masalah hidup kita sehingga kita menyerah begitu saja dibawa arus lika-liku kehidupan. 

Ketika kita mengalami pukulan, kesakitan, penderitaan, hinaan, dan cobaan yang begitu berat, kita selalu tak mampu menghadapinya dengan tegar. Lalu dengan alasan trauma/malu dan tak mampu, kita akan berusaha lari dari kenyataan dan takut mengarungi hidup kita selanjutnya. Padahal kita tidak menyadari bahwa ketika kita menyerah dan berhenti untuk tidak melangkah lagi, maka sebetulnya saat itu kita telah mengabaikan pintu kebahagiaan dan keberhasilan yang semestinya sudah bisa terkuak jikalau kita mau maju selangkah lagi.

Jangan pernah kita berpikiran kalau kita akan punya satu masalah yang membuat kita tak bisa meneruskan proses diri kita. Lalu kita berpikir dengan berhenti atau beristirahat sejenak dari proses maka masalah atau kekecewaan kita akan hilang, tak ada kebenaran seperti itu! Mungkin diantara seribu orang ada satu atau dua diantaranya yang bisa kembali meneruskan proses setelah mundur atau berhenti dari proses selama beberapa waktu lantaran ujian dan cobaan.

Saat-saat kita menghadapi ujian dan cobaan, pukulan dan penderitaan, rintangan, dan hambatan baik didalam hidup maupun proses lain dalam kehidupan, merupakan saat-saat terbaik bagi kita untuk berinstropeksi diri sekaligus tetap berjuang dan melangkah untuk mengarungi babak-babak berikutnya. Saat kita berada dalam masa-masa sulit mengecap pahitnya kehidupan dan proses lanjutan justru merupakan merupakan saat-saat terbaik bagi kita untuk terus berjuang dalam misi dan tujuan hidup untuk menjemput takdir. Semakin kita bekerja demi proses dan tujuan hidup maka semangat kita akan semakin kuat, jiwa kita akan semakin bercahaya dan hati kita pun akan semakin berkekuatan. 

Kita boleh saja kehilangan seribu kesempatan selama kita memaksimalkan satu kesempatan, Tetapi karena kita menjalaninya dengan maksimal dan bersunguh-sungguh, maka kita sebenarnya sedang membuka pintu berjuta-juta kesempatan yang disana kita telah siap mengambil dan berproses bersiap meraih kemenangan.

Mungkin kita pernah berbuat satu kemuliaan di dalam hidup kita, mungkin kita pernah membangun persahabatan yang kuat, persaudaraan yang akrab, atau menyelamatkan orang dari malu, menjaga martabat orang lain agar tidak terhina, atau apa saja. Namun Ketika hal terburuk terjadi dan semua yang terbangun dihancurkan hanya karena kurangnya rasa memiliki dan ketidak dewasaan atau kepentingan orang-orang yang memiliki kebencian. Maka janganlah kita membalas semua itu dengan hal yang sama, kebencian jangan dibalas dengan kebencian, biarlah yang hilang menemukan jalannya sendiri, karena pada akhirnya suatu masa suatu saat nanti, pasti nurani mereka akan bicara bahwa kita pernah menjadi bagian dari proses pendewasaan bagi mereka yang membenci kita. Kita pun akan menemukan kembali keseimbangan dan kebahagiaan dalam diri kita. Semua kesakitan, penderitaan dan kegagalan kita akan tertutupi oleh sebuah karya hasil perjuangan kita, Itu hukum untuk menemukan satu kemenangan didalam kekalahan!

Bagaimanapun hidup adalah serangkaian permasalahan yang tak ada henti-hentinya. Kalau seseorang hidupnya kelihatan tak pernah ada masalah itu karena waktunya saja yang belum tiba. Yang namanya hidup adalah masalah. Orang yang mengerti hidup adalah orang yang selalu siap untuk menghadapi masalah. Dalam hidup ada lika-liku dan segudang permasalahan. Dalam berproses pun demikian, ada rintangan dan hambatan. Kita hidup dan harus senantiasa siap menghadapi masalah, rintangan dan ujian. Yang terpenting semua rintangan dan hambatan, ujian dan cobaan, kesakitan dan penderitaan tak akan pernah menjatuhkan kita. Akan selalu ada resiko, namun bukan untuk dihindari, melainkan untuk dicarikan solusi sehingga resiko tersebut dapat ditekan dengan cara kita berkawan dengan ancaman, jangan pernah takut pada ancaman apapun, karena sudah sering kita menari bersama harimau, apa lagi ini cuma srigala. Sebaliknya justru menjadi kekuatan bagi kita untuk terus melangkah dan berjuang meniti hidup tanpa pernah melupakan tujuan berkumpul dan tujuan dalam hidup kita masing-masing.

Tidak pernah ada seorangpun yang bisa berhasil membina diri dan menang mengarungi ujian dan cobaan. Melainkan dengan tetap tegar menghadapi dan mengarungi lika-liku hidup. dengan begitu kita akan semakin bijaksana, sekaligus membangun kembali jaringan-jaringan untuk kembali mengarungi lautan kehidupan. Dengan segala kebaikan dan niat baik berbuat untuk sesama perlahan baru kita mengimpasi segala kesalahan dan dosa-dosa serta karma kita. Jikalau kita bisa senantiasa bersyukur dan menghargainya maka insyaalloh kita akan meraih kebahagiaan dan kemenangan.

Menjadi Yang Semestinya




 Semula, semua berjalan lebih dari baik-baik saja. Senyummu dari hati, senyumku lebih gembira lagi. Namun, bahagia yang berlebihan selalu punya harganya sendiri. ini adalah sebuah kerinduan, Sebuah Rasa yang berbeda dari sebelumnya, tak ada yang terlalu, sedih yang terlalu, bahagia yang terlalu. Perjalanan waktu menuntunmu menuju samudranya ilmu, dimana kau biarkan dirimu memperoleh banyak hal setelah pintu bersama-sama kita buka. Sebuah pintu baja yang sempat menengelamkanmu dalam gelapnya waktu, hingga tak sempat kau berkaca pada dunia luar. Inggatkah engkau ketika terpuruk dan bahkan namamu pun tak ada dalam kartu tanda penduduk. Engkau datang dengan berjuta masalah, engkau merengek layaknya seekor anak tikus yang diburu se ekor kucing. Engkau ingin sebuah pengakuan, engkau haus akan eksistensi. engkau disingkirkan oleh sebuah sistem yang digerakkan oleh tetanggamu sendiri, keluargamu sendiri.

Kamu dekat tapi terasa lebih jauh dari yang terlihat. Kamu ada tapi terasa lebih tiada dari kenyataannya. Ah, bahkan perasaanku saja sudah bisa mengira, bahagia di dekatmu seperti ini bukan untuk selamanya. Semesta semestinya tahu, menoleh pada yang selain kamu bukan keahlianku. Semesta sudah pasti tahu, memang langkahku tak seharusnya mengarah padamu. dan aku yakinkan itu tepat saat pertama kita bertemu. Tak ada kekecewaan sedikitpun bagiku, karena aku sudah tahu tak mungkin ada se ekor tikus yang berjiwa harimau, tikus ya tikus, meski dibesarkan oleh se ekor harimau.

Aku tak selalu mengerti semesta, dengan segala permainannya. Aku lebih tak mengerti kamu, dengan perhatian sementaraku. Hingga akhirnya aku semakin tak mengerti tentang kebersamaan yang belum tergapai, namun sudah harus selesai. Kamu hadir tiba-tiba, tanpa aba-aba. Kemudian pergi tanpa mengucap apa-apa. itu sudah biasa sama persis seperti yang selalu kubilang pada kamu bahawa yang mudah berubah didunia ini cuma satu, yaitu "MANUSIA". Paling tidak, aku tahu hatimu telah pindah haluan. Paling tidak, Tuhan beri aku tamparan, supaya aku tahu bahwa kita sudah tak lagi miliki harapan. dan aku paham bahwa keiklasan itu tak harus berbalas kebaikan. namun aku percaya tidak ada manusia besar yang didik dengan cara kecil/nyelekutis. orang-orang besar itu pasti dihadapkan pada persoalan rumit dan sulit, namun orang - orang besar itu selalu merasa bukan siapa-siapa meski semua persoalan mampu diselesaikannya.

Hari ini adalah saksi dari ratusan hari perjalanan hati jadi penghuni sebuah bukit terpencil yang memang kecil tapi dibesar-besarkan. Ingin rasanya meleraikan pikirku tentang ketidakmungkinan yang mengada-ada dalam kepala. Tapi korneaku bekerja terlalu baik, mata menangkap situasi/kondisi juga suasana dan mereka bercengkrama dengan mesra, antara mata dan panoramanya.Tangan yang terbiasa mengayun bermain melingkar di bahuku, malam ini kau gunakan untuk memanipulasi rasa dan semua kesalahan hakiki yang kau perbuat, sebuah ketenangan yang semu, karena Tuhan belum menelanjangimu. Sakitku lebih perih dari serangkai aksara ini. Aku tidak apa-apa dengan retaknya hati yang terlalu tiba-tiba. Tapi mengapa harus lahir peristiwa sepekan lalu yang begitu manis? Diamku kau artikan sebagai sebuah pasak yang mencengkram pada kayu-kayu, seluruh gerakanku kau pastikan sebagai bentuk perlawanan, suatu hari pasti engkau kan tahu, mana benar dan mana salah...mudah saja mengenali diriku...pastikanlah jika disepanjang perjalananmu kau tanyakan pada orang-orang tentang kabarku dan orang-orang itu menjawab bahwa aku baik-baik saja maka yang perlu kau sadari adalah "apakah kamu hari ini lebih baik dari kemarin?"..

Ingin rasanya lari sejauh mungkin, menghindar dari pemandangan di depanku. karena menjadi yang pintar mengobati pun percuma, jika aku kelak gagal di cinta yang lain lagi. Tapi aku tak mau yang lain. Sebab yang lain tentu bukan kamu. Lalu Apa ini maksud daripada semesta? apakah memberikan semacam firasat, supaya aku mampu melepasmu yang memang cocoknya untuk sesaat? Apa ini alasan di balik segala kedekatan? Supaya aku menyadari bahwa yang sudah lama akrab, belum tentu bagian dari sebuah jawab?

Bahagiakah kamu bersama kemunafikanmu? Sebab, sepertinya sudah tak perlu lagi kuminta, agar kamu mendapat apa yang sudah kamu punya yang sudah besar menurutmu. Benar atau pun tidak, mulailah jalani hari-hari barumu. Biar hati kecil dan rasa bersalahmu tengelam bersama kemunafikanmu. Biar tak perlu kucari-cari apa yang telah tiada. dan aku semakin yakin bahwa apa yang ku imani adalah benar, menjadi tidak normal diantara kekompakan yang meng atas namakan "NORMAL"...