Bisnis Limbah Kayu Sono Keling Dan Mahoni Dari Dlingo

Dlingo : cessee.com : Salah satu industri kerajinan yang cukup terkenal dari Bantul adalah kerajinan kayu mahoni dan sono keling yang berasal dari daerah Dlingo. Suwardi merintis usaha Evia Craft sejak 1989 dan mulai mengembangkan ke pasar ekspor pada 2002. Usaha milik Suwardi ini mengolah kayu sonokeling dan mahoni menjadi berbagai macam kerajinan yang disukai konsumen lokal maupun luar negeri. Sampai saat ini, ratusan model telah diproduksi evia craft dengan memperhatikan selera dan perkembangan pasar. Evia craft mulai merambah pasar ekspor setelah bekerjasama dengan salah satu trading di Yogyakarta.

Produk evia craft telah mencapai puluhan jenis dengan berbagai macam model. Untuk lokal, evia craft memproduksi plakat piagam, dudukan piala, rekal, dan papan nama. Sedangkan untuk produk ekspor, evia craft memproduksi tempat lilin, kotak perhiasan, nampan, mangkok, piring, gelas, satu set teko, vas bunga dan tempat koran. Sono keling dan mahoni menjadi pilihan Suwardi karena serat dan warna kayu yang disukai konsumen luar negeri. Untuk memprrtahankan tampilan kayu, Suwardi menggunakan cat waterbase sehingga aman untuk produk peralatan makanan dan juga cat dengan campuran minyak.

Suwardi membeli bahan dari Dlingo berupa potongan-potongan kecil. Potongan tersebut didapat dari limbah mebel atau pemotongan sehingga harganya relatif lebih murah. Bahan kayu tersebut oleh suwardi dikombinasi dengan bahan lain yaitu kertas, bambu, rotan, fiber, kaca dan lain-lain menjadi produk bernilai jual tinggi. Produk evia craft untuk lokal mulai harga 35.000 hingga ratusan ribu sedangkan untuk produk ekspor mulai 15.000 hingga 250.000. Omset penjualan usaha ini perbulannya mencapai 30 – 35 juta dengan keuntungan 10%.

Pemasaran produk kayu ini untuk pasar lokal ke Jogja, Magelang, Semarang, Solo, Purwokerto, Bali, Jakarta dan Kalimantan. Suwardi juga memasarkan produknya bekerjasama dengan beberapa trading ke berbagai negara. Inggris, Amerika, Jepang, Jerman, Australia dan negara-negara di Asean rutin menjadi pasar ekspor dari evia craft. Menurut Suwardi, produk utuk ekspor tiap negara mempunyai standar kualitas masing-masing dimana Inggris memiliki standar tertinggi.

Proses produksi kerajinan ini melibatkan 14 tenaga kerja yang merupakan warga sekitar. Suwardi berharap usahanya ini menyerap lebih banyak tenaga kerja , namun terkendala keterbatasan peralatan dan kapasitas tenaga listrik. saat ini, dengan dibantu seluruh tenaga kerjanya evia craft menghabiskan kayu sekitar 15 kubik perbulan.

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken