Pemilu Ajang Pamer Caleg Dlingo

Kalo Facebook di dunia maya mungkin untuk pampang muka pamer wajah biaya ya minimal paling rp.3000 rupe, itupun kalo di warnet. nah kalo ngenetnya di kantor ato berlanganan paling sebulan minimal rp.100.000 rupe..dan kalo di total perhari dengan asumsi 24 jam termasuk murah. Kok ya pikirannya dimana to ya, ha wong cuman nyaleg di dlingo aja pada menghabiskan jutaan rupe, padahal kalo di lihat secara finansial dan kalo mau jujur, para caleg itu tidak lain adalah orang-orang yang notbene ingin mencari pekerjaan, lha wong anggota dewan kok mau di jadikan lahan lowongan pekerjaan, lha aneh to...yo to..., pa lagi di dlingo bantul duit segitu dah bisa di pakai buat beli makanan cukup, mbantu tetangga yang kesusahan, lah kok malah di pake buat cetak poster, yang akhirnya cuman buat tedeng penjual bakso..opo gak malu...heh...po malah wis ra due malu....

Nah...bicara pemilu lagi neh...apalagi kalo bicara secara nasional, berapa duit yang di keluarin, heran saya dah berkali-kali pemilu kok ya tetep wae gak apal-apal. mustinya kan tau kalo pemilu itu permasalahannya di identifikasi/evaliasi/baru dibuat kebijakan. lha kok heran saya maseh ada saja permasalahan yang muncul..kui duite rakyat..ndol....
Sebagai referensi ya...di provinsi tertentu di luar yogyakarta loh, ada surat suara yang mencetak nama partai salah..padahal dah di gandakan sebanyak DPT ( berapa uang yang terbuang ), di daerah lain di JATIM muncul isu pengelembungan DPT ( nah berapa kertas yang di pake ngeprint yang cuma kebuang percuma.
Belum lagi kalo kita liat di jalan-jalan ada bendera yang banyak banget....( kalo di di uangkan ...kira2 dah bisa buat mengentaskan kemiskinan lokal ), belum lagi kertas-kertas selebaran-selebaran yang di sebar kesana kemari ( kalo di jual bisa membiayai anak-anak sekolah yang tidak mampu ), yang agak besar neh...baliho-baliho iklan partai, baik di televisi maupun di media masa lain...saya yakin kalo di uangkan sudah bisa membangun papua menjadi provinsi yang tidak seperti sekarangini.
Model pemilu yang seperti ini hanya sebuah pemborosan, dan menghilangkan kepekaan sosial...lha wong jelas-jelas rakyat butuh perbaikan kesejahteraan lha kok malah yang punya duit di pake buat kesenagan dan ambisi...bikin bendera lah, bikin baliho, bikin iklan di tivi bikin iklan di koran....apakah nurani dan kepekaan sosial itu sudah hilang dari budaya negeri ini....????????????
Sebaiknya kalo memilih dalam pemilu nanti, jangan pilih caleg yang kebanyakan bikin publikasi....karena kira2 kalo dah jadi natinya bakal buat balikin modal dulu tentunya....tapi gak tau juga seh...barangkali modal mereka memang sudah di iklaskan...mudah-mudahan aja deh seperti itu.males aku..Amin.

Di Dlingo Menunggu Untuk Entah

Manusia di lahirkan ke dunia untuk hidup dan untuk mati, hakikat kelahiran jiwa dan raga di dunia adalah sinkronisasi dan harmonisasi baik wujud yang tampak atau yang tidak tampak. Memahami setiap dinamika kehidupan sosial masyarakat dlingo bantul yogyakarta merupakan tugas kekalifahan yang tidak boleh terputus. Meningkatkan drajad dan kualitas hidup di dunia dan akhirat adalah sebuah simbol kemulyaan melekat yang telah di berikan oleh Tuhan Allah SWT, karena selain manusia tidak ada yang bisa hidup di dua alam yang berbeda.

Lalu apa "TUJUAN" Allah menciptakan manusia ? kemudian siapa manusia-manusia yang bisa hidup di dua alam itu ? terus bagaimana cara hidup di sana ? apa bekal menuju kesana ?..."ENTAHLAH ? " "Kata orang-orang yang tidak mau berpikir"....@#@#@#@
Berkaca adalah jawaban dari setiap pertanyaan di atas, mengenal diri sendiri mungkin hal yang paling mudah dilakukan sebelum bisa mengenal Allah. layaknya kita sebagai masyarakat dlingo mestinya harus mengenal wilayah dlingo jauh lebih detil dari pada masyaralat soaial luar dlingo. " Tapi Bagiku mengenali diriku saja aku masih sulit". lalu munafik-kah orang yang berkoar-koar menyebut nama allah berulang-ulang, bersemangat mengebu-gebu , " Ya....Tergantung ".
Instrumen perjalanan mencari Ke-ESAAN-NYA sungguh-sungguh berwarna-warni, hampir-hampir setiap warna menawarkan keindahan dan kesejukan, hampir setiap jalan solah-olah banyak yang melambaikan tangan seolah sebagai ucapan selamat datang sambil tersenyum. " WOW" rupa-rupanya di sana sudah banyak penghuninya..."tapi jalan itu tak berujung" sama dengan warna-warni itu, warna-warni itu di padukan dengan warna apapun tetap saja menghasilkan warna baru. "wah semakin banyak warna baru semakin menyesatkan neh....."Kwakakakakakakakakakakak".
Kegelisahan demi kegelisahan mungkin dialami setiap orang " dengan tingkat yang berbeda-beda tentunya" yah...tapi paling tidak hari ini semangat dan tujuan hidup masih ada...meski masih panjang, terjal dan masih perlu banyak pengalaman. " itupun kalau masih di beri umur panjang". yang paling kutakutkan adalah " bisikan-bisikan yang mengajak-ku berpaling " " Jagalah aku..Ku Mohon ".
Masih disini " Aku Menunggu Untuk Entah "

Dlingo, 14 maret 1981

Ini adalah sepenggal kisah, sebuah harapan sebuah keluarga yang menatikan keelahiran anak pertamanya.

kalau kau datang
dibukit dlingo tercinta
hatiku senang, berbunga-bunga
bulan dan bintang
di bukit bintang yogyakarta
terangi malam sehabis hujan
saling bicara, tukar cerita berbagi rasa
aku disini, tetap di tepi, masih bernyanyi
dunia sedang dilanda kalut
alam semesta seperti merintih
kau dengarkan
aku tak bisa untuk tak peduli
hatiku tersiksa
aku bersumpah untuk berbuat yang aku bisa
harus ada yang dikerjakan
agar kehidupan berjalan wajar
hidup kita hanya sekali wahai kawan
aku tak mau mati dalam keraguan

Lirik Milik Bang Iwan..........
Trimakasih untuk membuka inspirasi
mengerakan hati dan membuatku tergerak
untuk menolak takluk...
Dan terus..Lestarikan tradisi, kaji potensi
asah jiwa sosial melalui kearifan lokal
demi mutlaknya kekuasaan politik Rakyat
untuk demokrasi masyarakat dlingo

Sosok Ibu Terbaik Di Dlingo

"Ibu" Sebuah kata yang paling tepat untuk mengambarkan sosok tegar, kuat, penuh kasih sayang, penuh dengan asah jiwa kelembutan,dan pengabdian. Adalah sebuah kisah kecil dari kecamatan dlingo bantul yogyakarta. Pada suatu masa di mana usia dan kesiapan seorang perempuan masih belum menjadi sebuah pertimbangan. sebuah masa 28 tahun yang lalu, pada saat rasa sakit dan pertaruhan antara hidup dan mati terjadi. Belum lagi genap usia 1 tahun sang jabang bayi pertamanya sudah harus tumbuh tanpa pendampingan seorang bapak selama setahun lamanya, hingga sang anak tidak tahu nama bapaknya.

Tubuh kecil kusut agak kecoklatan, mata sipit, pipi agak tertarik kedalam adalah sebuah gambaran perjuangan berat untuk dapat melihat kebahagiaan yang telah lama di nantikan. Wawasan yang di miliki hanya " bagaimana bertahan hidup dalam kesusahan, bagaimana bisa hidup dalam keadaaan pas-pasan ". belum cukup pula dia memeras keringat dan nafas yang sanggat dipaksakan harus melahirkan anak kedua dalam keadaan sakit kulit yang kronis. namun semua itu semakin meyakinkannya bahwa hidup memang keras sehingga bawaaan keras bagai karang selalu mewarnai setiap kerlingan matanya.
lagi-lagi takdir mengulang-dan mengulang, terulang-dan terulang, tiga kali sudah pertaruhan hidup dan mati dia alami, namun keyakinannya dan keingginannya semakin kuat untuk lebih gigih lagi dan lagi. seolah dia menantang untuk di datangkan masalah-masalah yang lebih besar semakin besar dan bersar sampai dia menyerah.Tapi aku sebagai saksi hidup perjuangannya, dia tidak pernah menyerah, di injak roda jaman sekalipun dia tetap mengeliat, di ludahi oleh kezaliman pun dia tetap tersenyum, apa lagi yang belum di alaminya....ku pikir semua sudah cukup. Dan menjadi bagian dari sejarah manusia-manusia dlingo
Apa yang tidak di milikinya " kupikir tidak ada, semua sudah di alami dan dimilikinya secara sempurna". Untukmu Ibu aku berterima kasih, aku tahu dalam membesarkanku selama 28 tahun ini banyak lubang dalam batinmu, lubang-lubang yang telah kubuat selama 28 tahun lamanya. Aku sadar lubang-lubang buatanku itulah yang membuatmu kadang tidak yakin bahwa Alloh Itu adil. Namun keiklasanmu, ketulusanmu yang dianggap bodoh oleh orang yang tidak berpikir adalah penutup yang yang kuat. Kalo saja aku di berikan kesempatan, masih inggin aku menutup lubang-lubang itu sampai tertutup kembali. Atau kalo memang kesempatan itu memang sudah tidak ada lagi lumatkan saja jiwa dan raga ini dan pergunakan untuk menutup lubang-lubang itu.

Model Penguasa Dlingo

Siapa tak kenal istilah "Kepala Dinas, Direktur, manager DLL" istilah tersebut adalah julukan formal bagi orang-orang yang di anggap memiliki tanggungjawab besar terhadap instansi dan institusi tertentu....biasanya juga memiliki hak-hak istimewa, prerogatif dan eksklusif yang melekat. ya mungkin lebih spesifik menjabat sebagai contoh adalah lurah-lurah atau dukoh di dlingo bantul, kan secara otomatis juga memperoleh eksklusifisme to...hehehehehe...atau jangan-jangan masyarakatlah yang membuat mereka menjadi exsklusif..hayo..

Hak-hak itulah yang terkadang membuat mereka terkadang melupakan hak-hak yang lebih kecil dan menyepelekan drajad-drajad terendah dalam lingkungannya, apa lagi kalo bicara wewenang dan kebijakan. wow...merekalah seolah-olah juaranya. Ya gak papa..seh, boleh-boleh aja cuman sekedar pengen nulis aja barangkali diantara kita memiliki misi dan devinisi yang sama atau perah punya pengalaman yang mirip tentang hal-hal semacam ini. Nah...masuk pada pembahasan " Bahasa Kekuasaan "....menurut saya neh para pemimpin biasanya dalam mengendalikan situasi lingkungannya bisa bermakna antara lain :

1. Printah /Ketegasan terhadap aturan main : Ya...kalo bermakna seperti ini memang proporsional, maksudnya ya...agar bawahan berjalan sesuai rel yang sudah ada. tapi biasanya pemimpin yang memiliki model seperti ini kaku/formal banget/dan membosankan...jujur...ya..kan. akibatnya pada suatu titik masa tertentu akan muncul kebosanan dan akhirnya neh " Perlawanan masal" Bakal terjadi.
2. Printah/Kebebasan Terhadap aturan main : biasanya pemimpin seperti ini Low Profile, mereka tidak lagi memandang kasta/hierarki struktural. namun bila tidak sama-sama memahami antara bawahan dan atasan akan berakibat pada pudarnya norma-norma yang sudah ada dan berjalan sehingga berakibat " Semau Gue "....
3. Printah/ Etiket Proporsional terhadap aturan main: Artinya ya...masing-masing bisa menempatkan diri dan bisa memahami. sebagai atasan tidak melulu printah-printeh, sebagai bawahan juga tidak melulu sebagai objek yang di perintah. jadi bisa saling melengkapi karena antara bawahan dan atasan sama-sama memahami bahwa ada bidang-bidang tertentu yang sama-sama tidak menguasai. intinya mirip suami istiri...take and give...tapi jangan di artikan KKN yo.....ra melu-melu aku....
Nah.....bagi para calon-calon pemimpin..."Penguasa Kecil Dlingo" tinggal milih aja..mau yang mana, tapi yang harus di inggat..semua pilihan sudah pasti beresiko. Buat para calon " Penguasa Kecil Dlingo" yang tidak memilih 3 alternatif diatas dan cenderung untuk membuat aturan main sendiri, ya silahkan saja. Tapi disini biar masyarakat juga tahu, model pemimpin seperti apa yang ada di Dlingo bantul saat ini. intinya kekuasaan adalah alat utama untuk mensukseskan sebuah korporasi, dengan korporasi tersebut seseorang dapat menindas orang lain , namun tenang...saya sudah siapkan cara-cara ampuh supaya kekuasaan tidak lagi menindas, antara lain resepnya sebagai berikut :
1. Jangan menyanjung, karena dengan itu seorang pemimpin akan meresa lebih kuat kecuali anda memang seorang penjilat dengan "Filsafat Kodok" "jilat atas, injak bawah, baru lompat".
2. Lakukan tugas/pekerjaan sesuai bidang tugas anda saja, karena dalam bidang kerja apapun tugas pokok dan kewajiban sudah di atur namun juga harus tetap mengawasi kinerja pemimpin.
3. Jangan memberikan masukan-masukan berlebihan, apa lagi pemimpin itu blantik KTP, AKTE dan lain-lainnya, pemimpin model seperti di atas sanggat arogan dan "seneng golek jeneng".
Ya .....bahasa kekuasaan bila di terapkan sesuai aturan dan norma yang berlaku mungkin akan menjadi modal untuk kesuksesan masyarakat sosial, namun bila arogan dan mentang-mentang berkuasa......" 1000 doa teraniaya terkumpul jadi satu " hilanglah kekuasaan, mulane ojo sak-sake

Darmi "Gunungkidul Yogyakarta" Tukang Semir Keliling

Pagi hari berjalan kaki menyusuri sepanjang jalan kota Wonosari gunungkidul yogyakarta dengan sebuah tas berisi peralatan ( Sikat, Semir KIWI, Lap basah, dan sebotol minuman "wedang Putih" tetap bermerek seh label "Danone" ). Sandal japit pakaian seadanya dengan wajah optimis dia terus menyusuri lorong-lorong perkantoran di Pemda Gunungkidul yogyakarta. berikut wawancara saya dengan Bu Darmi :

Sejak kapan bu menjadi tukang semir sepatu : 'wo....gini critanya mas " dulu saya menjadi pembantu rumah tangga di asrama brimob kentungan, trus setelah itu saya jual makanan keliling, setelah itu saya ketemu dengan Ibu....?(lupa namanya, Tapi dia seorang PNS), lalu oleh ibu ? itu saya di arahkan untuk menyemir sepatu dan diarahkan juga untuk keliling kantor se-Pemprov Yogyakarta. ya karena saya merasa pekerjaan ini bisa menghidupi keluarga ya saya teruskan sampai sekarang.
Loh...lha suami kerja apa bu : " suami saya kerja juga mas dia dagang kaos kaki, suami saya lahir di cilacap dan besar di klaten."
Pun gadah Anak belum bu : " anak saya satu mas dia lahir tahun 86, sekarang sudah lulus SMA, dulu saya menikah umur 14 tahun jadi ya...saya dan anak saya itu besarnya bareng, ini foto anak saya mas ( Sambil memperlihatkan sebuah foto).
Wah ganteng anake bu : " wah mas ini kok ngalem lho....." anaknya sekarang kerja apa bu : " Anak saya sekarang kerja buruh mas...dia bikin Gypsum, pasang Gypsum sambil nyambi-nyambi". rumahnya mana to bu : " rumah saya itu desa karang rejek mas jalan baron dekat mushola Al Huda " ( Aku malah binggung karena belum pernah melihat daerah yang sedang bu darmi bicarakan, Tapi sebagai seorang wartawan pemula aku bisa menyembunyikan wajah ketidak tahuanku ).
Sudah punya rumah sendiri Bu : " kebetulan saya itu dulu 5 bersaudara tapi 4 saudara saya sudah meninggal sejak kecil jadi mau tidak mau sayalah yang harus mengurus orang tua, meskipun orang tua saya juga sampai saat ini masih giat sebagai petani. Jadi ya rumah itu ya milik orang tua saya". Punya usaha lain tidak bu : " saya kalo senin, selasa, rabu, kamis nyemir sepatu dan kalo jum'at, sabtu, minggu saya jual mainan anak-anak di pasar wonosari, kadang saya jua menjual kaos kaki sama seperti suami saya.
Bu ada keingginan untuk bekerja di rumah, misalnya buka warung, toko atau yang lain : " mas saya bisa bekerja seperti sekarang ini sudah alhamdulilah, tapi mudah-mudahan kalo di kasih rejeki saya akan mencoba untuk membuka usaha, tapi kira-kira kapan ya mas...( Loh Si Ibu Darmi malah balik nanya saya ).....ok...bu darmi matur nuwun ngih....saya tak keliling lagi.
Demikian wawancara saya, dan mari kita renungkan......14 tahun sudah menikah.....5 bersaudara dan 4 saudaranya meninggal......Suaminya seorang perantau.....anaknya bekerja untuk membantu orangtua.....Orang tuanya giat sebagai petani......" APAKAH MEREKA PANTAS DI SEBUT PEMALAS, Mereka hanya TERPINGGIRKAN OLAH JAMAN "......Bagiku Bu darmi adalah seorang Kartini yogyakarta yang tidak tertulis dalam buku sejarah....." dan aku yakin banyak Kartini-Kartini lain di negeri ini.....dan tahukah kita bahwa "salah satu perintis pembangunan Surga itu adalah para Kartini yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk kebaikan dunia dan akhirat ".

The Dlingo Key for Proper Living

Mbah Wir dan keluarganya tinggal di Dlingo bantul, salah satu wilayah kecamatan di Bantul yang terletak di pegunungan kapur yang tandus, kering, dan selalu kekurangan air. Sumur di Dlingo mengandung debit air berbeda, sebagian sumur malah tidak memancarkan air, dan sendang menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumur Mbah Wir yang berfungsi cukup baik menjadi andalan warga sekitarnya.

Mbah Wir juga memiliki sarana sanitasi yang bersih. Namun gempa 27 Mei menghancurkan rumah dan sanitasi di rumah Mbah Wir. Seluruh fasilitas sanitasi warga yang rusak dan tidak bisa lagi digunakan memaksa warga buang hajat di ladang milik Mbah Wir. Tidak membiarkan lingkungannya menjadi tidak sehat Mbah Wir berinisiatif membangun sanitasi sederhana berbentuk bedeng dari bambu.
Pada saat fasilitas sanitasi yang lebih memadai akan dibangun di dusunnya Mbah Wir tetap bersikap terbuka dengan memberikan pelataran rumahnya untuk lokasi pembangunan. Fasilitas sanitasi ini digunakan oleh warga sekitar dan Mbah Wir yang merawatnya hingga kini, demi kebersihan dan kesehatan lingkungannya.
( Sumber : http://orcafilms.blogspot.com/ )

The Dlingo School Must Go On

Sebelum terjadi gempa kehidupan Nasim di pegunungan kapur di wilayah Dlingo bantul sudah cukup rumit. Hawa sangat panas namun air sulit diperoleh. Saat gempa menghancurkan bangunan sekolah Nasim dan teman-temannya menempuh pendidikan di tenda darurat. Keadaan yang semakin kompleks ini justru menjadikan anak-anak ini sangat kuat.

Nasim tinggal di rumah papan yang sangat bersahaja di atas tanah yang kering dan pecah-pecah, tidak ada tv di sana, tidak memiliki kamar sendiri, bahkan tidak ada kasur, namun prestasinya di sekolah tidak pernah merosot.
Nasim tetap mencintai dan dekat dengan alam meskipun guncangan gempa sedemikian menakutkan: ia selalu menemani ayahnya mencari rerumputan untuk makanan kambing-kambingnya dan bersama teman-temannya berenang di Sungai Oyo. Ketika anak-anak telah mendapatkan kembali motivasinya, kita semakin termotivasi untuk menjadikan hidup kita semakin baik.

Toko Terbakar Ngatiman Dlingo Tetap Bersabar

Pernahkah Anda Mendengar atau membaca berita seperti ini :
Gara‑gara merebus mi instan, bangunan toko kelontong milik Ngatimin (49), warga Sendangsari Pancoran , Terong, Dlingo, bantul habis dilalap si jago merah, Selasa (15/7) dinihari. Kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun kerugian meteril diperkirakan mencapai Rp 50 juta. Penyebab kebakaran hingga saat ini masih dalam penyelidikan petugas Polsek Dlingo. "Dugaan awal penyebab kebakaran karena kompor. Sebab sebelum terjadi kebakaran, Ngatimin dan istrinya Kusnah, sempat menghidupkan kompor untuk merebus mi instan, setelah itu Ngatimin tidur," kata Kapolsek Dlingo AKP Ayom Yuswandono.

Kebakaran itu sendiri pertama kali diketahui Ngatirah, warga tetangga, pukul 00.30 dinihari. Saat itu Ny Ngatirah melihat api berkobar dari bangunan toko belakang. Selanjutnya saksi berteriak minta tolong dan warga yang mendengar teriakan saksi langsung berhamburan keluar rumah, namun terlambat karena api telah membakar sebagian toko Ngatimin.
Warga yang melihat kejadian itu secara gotong-royong melakukan pemadaman dengan alat seadanya tetapi karena api telah membesar warga pun tidak bisa berbuat banyak. Kebakaran baru berhasil dipadamkan setelah petugas pemadam kebakaran dari Kecamatan Dlingo datang ke Lokasi sekitar pukul 01.00 WIB. Namun hal itu tidak menyelamatkan barang yang ada di dalam toko yang terdiri mesin foto copy, kulkas dan barang kebutuhan sahari‑hari. Kapolsek mengatakan saat ini masih diadakan penyelidikan penyebab kebakaran, meski diduga berasal dari api kompor yang dinyalakan pemilik rumah.
Yah...sedikit edit berita tersebut...bukan bermaksud mengkritisi Perss....cuma memberikan tambahan penjelasan wae....mudah-mudahan tidak merubah arti dari berita yang telah di terbitkan.
Nama pemilik toko tersebut sebenarnya Ngatiman, istrinya namanya Kusdiyah, sedangkan toko yang disebelahnya yang juga ikut menjadi korban kebakaran adalah A'an ( Dian Hadi Putra ). A'an ini adalah pemilik toko yang usahanya adalah foto copy dan multimedia.
Kilas balik...Ngatiman adalah warga Dangwesi Rt.03 ( dalam berita Sendangsari, Pancuran, Terong ), Pancuran, Terong, Dlingo,
Jatuh bangun hubungan keluarga di tambah beban ekonomi tidak membuat istri Ngatiman mengundurkan diri sebagai istri. namun ternyata kesabaran seorang istri memang sedang di uji. hingga pada suatu ketika kesabaran itu habis dan akhirnya sepasang suami istri itu berpisah. selama perpisahan itu masing-masing menjalani hidup sesuai yang mereka tekuni setiap hari. Kusdiyah tetap berdagang kecil-kecilan, sementara Ngatiman kembali menempuh hidupnya dengan cara yang sama ketika dia masih muda, dia menjadi kondektur Truck ekspedisi, menjual pakan ternak, buruh menurunkan pasir sampai-sampai dia juga menjual beberapa bidang tanah untuk hidup, namun karena pengaruh negatif lingungan yang kuat uang yang di milikipun raib oleh kesenangan-kesenangan sesaat. Dalam kondisi terpuruk itulah kemudian Kusdiyah dan Ngatiman kembali bersatu dan menjalin hubungan suami istri, memulai kembali kehidupan baru dan mulai merintis toko klontong.
belum genap satu tahun mereka mengelola tokonya ternyata cobaan datang dan membakar toko klontong miliknya. dalam keadaan seperti itu dia hampir frustasi namun semangatnya untuk tetep hidup dan berjuang tak kunjung padam. sampai akhirnya pasca kebakaran itu dia telah mampu menyewa ruko milik pemerintah desa Terong dan di tempatinya untuk berdagang.
Sekarang Ngatiman dan Istrinya sudah mulai lancar dalam berdagang dan secara spiritual dia bergabung dengan salah satu mujahadah yang ada di Kecamatan Dlingo.Yaa........aku bersaksi bahwa Alloh telah memberikan bukti bahwa cobaan dan ujian di berikan, karena Alloh tahu bahwa manusia itu kuat menjalani..........