Roti Keju Band Gema Angkasa

Menjadi hal yang biasa ketika membuat Grup Band dengan memiliki banyak fasilitas dan dukungan. Namun Roti keju memiliki sejarah yang tidak mudah untuk sekedar dapat tampil diatas pentas, radio dan televisi lokal yogyakarta. Pada awalnya Roti Keju hanyalah sekumpulan anak-anak Gema Angkasa yang selalu membawa gitar kemana-mana. tanpa arah dan tujuan yang jelas selain menghibur diri sendiri.

Kemudian ejekan dan ramalan-ramalan penghinaan dari anak-anak band yang memiliki jam terbang tinggi telah berhasil memotivasi Roti Keju untuk bermufakat membentuk sebuah Grup band yang kemudian di beri nama "Roti Keju ". Grup ini dimotori oleh kak Roby pada Gitar, Kak Tito Pada Bas dan Kak Ravik pada Drum.

Untuk sekedar latihan dan bersiap mengikuti sebuah event parade band mereka harus menabung dan menjual peralatan elektronik dan peralatan lainnya. tidak jarang keikutsertaan mereka ditolak setelah berlatih dan belajar. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semanggat dan daya juang, justru menjadi sebuah motivasi tersendiri untuk lebih keras dalam berlatih. 

Saat ini Roti Keju sering tampil sebagai salah satu band pembuka pada event-ivent yang ada di yogyakarta, tampil secara live di kafe dan acara radio serta televisi lokal di yogyakarta. Klik saja kata " Roti Keju Dlingo" atau : "Roti Keju Yogyakarta" di Youtube atau Google...silahkan nikmati lagu-lagu ciptaan anak-anak Dlingo Asli.








Pembangunan Jembatan Penghubung Dlingo, Bantul - banyusoco Gunungkidul Terancam Gagal

Dlingo : Harjo: Proyek pembangunan jembatan gantung senilai Rp1,2 miliar yang menghubungkan Kabupaten Bantul dengan Gunungkidul terancam gagal. Pembangunan infrastruktur itu batal terlaksana karena terganjal birokrasi. Jembatan gantung sepanjang 58 meter itu menghubungkan Dusun Kebosungu Desa Dlingo, Kecamatan. Dlingo Bantul dengan Dusun Banyusoca Desa Bleberan, Paliyan, Gunungkidul.

Jembatan itu bakal berdiri di atas sungai Oya yang membelah perbatasan Gunungkidul dengan Bantul. Surat Keputusan (SK) Kemenakertrans agar pembangunan jembatan itu dikerjakan sejatinya telah turun. Demikian pula persetujuan Pemkab Bantul serta masyarakat Dlingo. Proyek itu harusnya mulai digarap sejak April-Mei. Namun hingga Mei tahun ini, pembangunan jembatan tidak kunjung dikerjakan. Pasalnya, jembatan tersebut bakal mengenai lahan hutan di Dusun Banyusoca Gunungkidul yang merupakan milik Dinas Kehutanan DIY.  Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul menyatakan bahwa proyek itu tidak dapat terlaksana lantaran izin lahan dari Dinas Kehutanan DIY belum ada.

Jatimulyo Dlingo Angkat Wisata Sejarah Walisongo

Dlingo : Harjo: Desa Ujung Timur Kabupaten Bantul, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo sebentar lagi akan memiliki tempat wisata sejarah. Terdapat tiga tempat peninggalan wali Sunan Kalijaga yang potensi untuk dikembangkan. Selain sebagai sentra mebel terbesar di Bantul, Kecamatan Dlingo dengan 40% warga sebagai pengusaha mebel ini merupakan tempat sejarah penting. Sebab desa tersebut pernah ditempati wali songo Sunan Kalijaga dan sahabatnya Sunan Geseng dalam misi penyebaran ajaran Islam di Jawa.

Ada tiga tempat bersejarah yang menjadi bukti kuat rekam jejak tokoh penyebar ajaran Islam itu pernah tinggal desa yang terletak di perbukitan di Dlingo yakni petilasan Watu Gateng, Sendang Banyu Penguripan dan Pohon Jati Kluwih. Ketiganya menguatkan menjadi tempat sejarah yang patut dilestarikan sebagai pelengkap ragam kebudayaan di Jogja.

Kades Jatimulyo Paimo Sastro Wiharjo mengatakan, tiga tempat bersejarah di desanya kini mulai digagas untuk dijadikan sebagai tempat alternatif wisata sejarah. Meski ada kendala sumber keuangan untuk mendukung program tersebut, upaya mewujudkan rencana itu sudah mulai berjalan dari sekarang. Salah satunya, melacak lebih detail kiprah walisongo di desa Jatimulyo dari cerita rakyat dan berbagai sumber informasi. “Kami tengah berupaya melengkapi data detail dari sumber kajian pustaka dan berbagai sumber lainnya,” ujarnya.

Dari penelusuran yang dilakukan warga, sementara diperoleh tempat bernama Watu Gateng peninggalan walisongo. Di lokasi ini ada batu yang meninggalkan jejak tangan Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng. Menurut cerita yang diyakini warga secara turun temurun, Batu Gateng diperdebatkan kedua sunan untuk memastikan batu atau nasi.

Adapun Sendang Banyu Penguripan yang juga menjadi nama Dusun Banyu Urip diyakini menjadi tempat mandi walisongo. Sendang yang mata airnya sampai saat ini tidak pernah kering masih dimanfaatkan warga setempat untuk kehidupan. Pada hari-hari tertentu seperti malam satu Sura, malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon menjadi tempat tirakat.

Keunikan tempat sejarah juga didapatkan di dusun Loputih adanya pohon berusia tua yang dinamakan pohon jatikluwih. Pohon jati namun berdaun kluwih. Tepat di sebelahnya dibangun musala An Nur Sunan Kalijaga.

Wilayah Perbatasan Dlingo Mulai KUMUH!!!

Dlingo : Seiring waktu, dan seiring proses kemajuan pembangunan, tidak dapat dipungkiri bahwa dampak dan efek yang melekat dari kemajuan dan pembangunan selalu saja seolah menjadi pasangan hidup yang abadi. Namun bukan berarti tanpa solusi, dapat dipastikan bahwa setiap kebijakan pembangunan akan membawa dua pasang dapak dan efek "Baik dan tidak baik/Negatif/positif". Namun ketika kita bicara pembangunan sudah pastilah dampak ikutan yang timbul dari kebijakan membangun tersebut sudah difikirkan dan menjadi bahan racikan solusi apa bila ada dampak negatif yang mengikuti.

Beberapa waktu yang lalu sudah saya coba kupas tentang penerangan jalan yang berada pada jalur perbatasan antara lain daerah perbatasan playen dengan dodogan jatimulyo, kemudian cino mati terong dengan kecamatan pleret juga desa mangunan dengan kecamatan imogiri disini . namun demikian hari ini setelah beberapa kali mengamati dan sengaja saya berjalan menelusuri lagi di beberapa area, sudah mulai tampak tumpukan sampah yang menggunung di kawasan perbatasan antaralain di perbatasan daerah jalur cino mati, hampir di setiap jurang terhimpit diantara pepohonan terdapat sampah-sampah berserakan seperti terlihat pada gambar :

Kemudian di perbatasan dodogan dengan kecamatan playen, tepatnya diantara pos jaga kehutanan dengan jembatan sungai Oyo, tidak jarang jika pagi buta sekitar antara jam 05.00 s-d 07.00 beberapa penduduk baik dari arah barat dan timur dengan menggunakan sepeda motornya berhenti tepat diatas jembatan dan membuang tas plastik berisi sampah ke sungai, beberapa titik sampah terlihat seperti dalam gambar :

dari arah perbatasan desa manngunan dan kawasan kaliurang, juga merupakan langganan tempat pembuangan sampah seperti tampak pada gambar :

Wilayah perbatasan adalah bagian wajah dari sebuah daerah, dan dengan wajah itulah seseorang dapat memperlihatkan ekspresinya, baik itu senyuman, kesedihan, maupun kegembiraan juga keceriaan. 
Potensi wilayah kecamatan dlingo sebagai salah satu wilayah strategis, seharusnya mendapatkan perhatian khusus, karena sebagai wilayah perbatasan tentu baik RDTRK maupun rencana pengembangan dan pembangunannya memerlukan sentuhan yang berbeda. belum lagi transaksi sosial yang mengerikan, perdagangan anak, kenakalan remaja, balapan liar, minuman keras, sex bebas, ajang pacaran, sampah fisik dan sampah sosial yang ada di kawasan perbatasan merupakan permasalahan klasik, namun se klasik apapun itu mereka manusia juga, butuh mendapatkan solusi dan juga perhatian.

Memang banyak yang bisa mengatakan bahwa dlingo memiliki A, B, C, D, E, F, G  dan saya yakin semua orang yang lewat dan berkepentingan terhadap hal ini juga mengetahui, namun mengapa sampai saat ini belum ada upaya penanganan, setidaknya himbauan, sosialisasi, publikasi atau bahakan membuat larangan buang sampah melalui perda atau aturan lain yang terkait, setidaknya hal ini juga sebagai langkah awal pendidikan bagi masyarakat. 

Prestasi macam apa yang membiarkan mukanya berlepotan, padahal lomba desa sering dilakukan, ajang lomba desa hampir bisa dipastikan hanyalah ajang gotong royong sesaat namun tidak membudaya. sehingga bersih hanya saat ditinjau saja. Namun ketika wilayahnya terindikasi pencemaran nyaris luput dari perhatian.
Padahal nomenklatur program/kegiatan juga ada tersedia untuk menangani hal tersebut. 

Tapi untuk hal-hal seperti ini tentu tidak menarik, karena pembangunan fisik dan prasarana lebih menggiurkan mudah dilaksanakan dan jelas wujud bangunannya ada . Tapi Pertanyaannya...adalah...bagaimana jika muka anda belepotan padahal anda bukan tentara yang siap tempur, dengan muka belepotan tersebut lalu anda mengharapkan orang lain terkagum kagum atas perstasi anda...?



Ayah Tega Perkosa Anak Tirinya Tiga Kali

Dlingo : Sorotjogja.com: Min warga Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul harus berurusan dengan pihak kepolisian karena tega memperkosa anak tirinya bernama NR (17). Kasus perkosaan yang menimpa Nr, siswi SMP di Dlingo terjadi sudah tiga kali.

Kejadian pertama yang dilakukan pelaku akhir Agustus 2013 dan peristiwa kembali terulang pada Minggu (12/1/2014) lalu. Dari tiga kali perkosaan yang dilakukan, semua dilakukan ketika rumah sepi.

Dalam menjalankan aksi bejatnya pelaku memberi iming-iming uang kepada Nr. selain itu tindakan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan lengangnya situasi rumah karena istri dan anggota keluarga lainnya di rumah tetangga yang sedang menggelar hajatan. Dalam situasi sepi tersebut, Min memaksa Nr untuk melayani nafsu bejatnya.

Meski Nr berusaha menolak namun namun terus dipaksa dengan iming-iming akan diberi uang, akhirnya Nr tidak bisa menolak paksaan orangtua tirinya itu. Usai menjalankan aksinya Min juga mengancam akan membunuh anak Nr kalau sampai menceritakan peristiwa yang baru dialami kepada orang lain.

Kapolres Bantul AKBP Surawan SIK, membenarkan ada kasus perkosaan di wilayah Mangunan Dlingo Bantul. Dalam kasus tersebut korbannya seorang siswi SMP, sementara pelakunya bapak tirinya.
"Pelaku masih kita buru, sekaligus orangtua korban yang kabur di Kulonprogo," kata Surawan.

Kini kasus tersebut kini ditangani Unit Reskrim Polres Bantul. Sementara orangtua berinisial Min yang diduga sebagai pelaku dalam buruan petugas.

Bantul Tunggu Kajian Perundangan Sertifikasi Tanah Desa " Dugaan Hilangnya Tanah Kas Desa Temuwuh"

Dlingo : ciputranews.com: Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menunggu hasil kajian Undang-Undang tentang Desa untuk memfasilitasi seluruh desa di daerah ini yang akan melakukan sertifikasi tanah kas desa. Kalau secara aturan main memang dibolehkan, tetapi kan kajiannya bagaimana belum tahu, ya nanti akan kami koordinasikan dengan seluruh pihak terkait,' kata Sekretaris Daerah (Sekda) Bantul, Riyantono di Bantul.

Ia tidak membantah mayoritas tanah kas desa di Bantul belum bersertifikat melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat, padahal dengan sertifikasi itu legalitas hukum terhadap tanah kas desa dapat terjamin kepastiannya. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, katanya, dalam tiga tahun terakhir ini telah menggulirkan program sertifikasi tanah kas desa, tetapi anggaran yang diperuntukkan untuk program itu masih terbatas untuk tiga desa dalam setiap tahunnya.

'Kami tidak berani menjamin apakah ada penambahan anggaran atau tidak, itu juga tergantung kemampuan dan kesiapan anggaran di daerah, kalau semuanya disanggupi tapi dana tidak ada, pakai uangnya siapa,' katanya. Meski demikian, kata dia, tidak menutup kemungkinan antara pemkab dengan pemerintah desa akan 'sharing' anggaran untuk sertifikasi tanah kas desa, mengingat keberadaan Undang-Undang tentang Desa menjamin adanya pemberian sebesar Rp1,4 miliar per tahun tiap desa.

'Kalau itu (dana desa) dimungkinkan untuk melakukan sertifikasi tanah kas desa kenapa tidak,' katanya. Sementara itu, menanggapi dugaan hilangnya tanah kas desa Temuwuh, Dlingo, pihaknya saat ini sedang menelusuri tanah kas desa tersebut untuk memastikan apakah dugaan itu benar adanya termasuk mengamankan kekayaan aset desa agar tidak semakin berkurang.'Nggak hanya Temuwuh saja, tapi semua desa (akan ditelusuri tanah kas desa), sudah ada tim yang dibentuk untuk masalah ini, dan hari ini sedang dikoordinasikan,' kata Riyantono.

Usaha Baru Gema Angkasa (RK Cell)

Dlingo :Kali ini salah satu sahabat kami perlahan tapi pasti membuat sebuah usaha yang memang menjadi pilihan dan sudah direncanakan. Usaha ini berdiri bukan semata-mata karena iseng apalagi karena meniru kanan dan kiri meski produk yang disediakan adalah produk yang umum dan tersedia banyak di Dlingo. Jenis Usaha ini marak dan semakin bertambah namun demikian jarang yang mampu menyediakan harga yang kompetitif.

RK Cellular atau singkatan dari "Roti Keju Celular" yang didirikan oleh Kakak Roby Adyansyah, Usaha ini berawal setelah Kakak Roby menyelesaikan pendidikan SMU kemudian sharing bersama teman-teman Gema Angkasa yang lain lalu menemukan sebuah titik terang. tentang bagaimana cara agar dapat memiliki usaha sendiri. Setelah dipelajari dan didiskusikan kemudian ditemukanlah strategi agar kak Roby dapat memulai usahanya.

Kemudian Kak Roby melamar pekerjaan di sebuah counter dan toko hand phone, lalu setelah 1 tahun bekerja dan mendalami usaha celular dan mengumpulkan cukup modal dimulailah dengan mencari lahan bangunan untuk di sewa. dari situlah kemudian RK Cell berdiri.




Warga Dlingo Laporkan Kasus Baru

Dlingo : Harjo.com : Dugaan pemotongan dana rekonstruksi (dakon) gempa DIY 2006 di Dusun Pakis Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo Bantul dilaporkan ke kejaksaan setempat. Jumlah pemotongan dana dihitung mencapai lebih dari Rp200 juta.

Kasus tersebut dilaporkan warga Desa Dlingo bernama Giyanto bersama sejumlah warga korban pemotongan di Dusun Pakis I dan Pakis II ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Bantul. Giyanto mengaku mendampingi warga yang hendak melapor adanya dugaan korupsi bantuan dana gempa yang cair sekitar 2007 tersebut.

Kasus yang dilaporkan khusus pemotongan dana gempa untuk bantuan pembangunan rumah yang rusak ringan dan sedang di ke dua dusun tersebut. Sedianya kata Giyanto, kasus pemotongan dana gempa di Desa Dlingo telah ditangani kejaksaan dengan menyeret mantan Kepala Desa setempat Juni Junaidi ke pengadilan.

Namun, kasus yang menyeret Juni khusus pemotongan dana bantuan gempa untuk rumah yang rusak berat dengan kerugian negara mencapai Rp1,6 miliar. Sedangkan rusak ringan dan sedang belum tercover. Kasus ini diduga melibatkan aparat dusun setempat yang hingga kini masih aktif bertugas.

“Kalau kasus sebelumnya Desa Dlingo khusus rusak berat itu yang pelakunya pak Juni, tapi yang kami laporkan ini baru khusus untuk pemotongan dana bantuan rusak ringan dan sedang. Lingkupnya hanya pedukuhan,” ungkapnya usai melaporkan kasus tersebut kemarin. Modus dugaan korupsi yang terjadi di Dusun Pakis I dan II relatif sama. Bantuan dana gempa hanya diberikan sebagian oleh aparat desa.

Giyanto mengaku, bukan kali ini saja melaporkan kasus dugaan korupsi di desanya. Kasus sebelumnya yang menyeret Juni Junaidi diklaim dirinyalah yang awalnya melaporkan. “Saya tidak ada pamrih apa-apa ini hanya soal kebenaran saja soal korupsi,” klaim Giyanto.

Objek Sejarah yang Belum Tersentuh Pengelolaan

Dlingo: koran-sindo : Gunung Pasar, kini menjadi objek bersejarah yang belum mendapatkan sentuhan sama sekali oleh Pemkab Bantul. Padahal petilasan yang ada di dusun koripan Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo ini diyakini warga sekitar sebagai cikal bakal terbentuknya Kerajaan Mataram.

Di petilasan ini nampak se - jumlah kuburan tua yang se be - narnya bukan makam. Dulunya, petilasan itu hanya berupa beberapa batu besar mirip nisan kuburan di bawah pohon besar yang belum diketahui nama dan jenisnya tersebut. Petilasan di Dusun Koripan, Desa Dlingo yang banyak dipercaya membawa berkah tersebut ramai dikunjungi di waktu-waktu tertentu. Sebelum hajatan Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, puluhan orang calon legislatif (caleg) berburu berkah di tempat tersebut.
 
Warga setempat mengatakan, petilasan tersebut memang sering didatangi oleh orang-orang yang ingin sukses. Mereka yang punya keinginan tersebut biasanya menebar bunga dan memanjatkan doa. Tak lupa, mereka membagi-bagi sedekah kepada warga sekitar yang sengaja berkumpul setiap ada tamu. “Karena itu dinamakan Gunung Pasar, karena kalau ada tamu pasti bagi-bagi uang. Jadi setiap ada tamu, pasti banyak warga yang ke sini (petilasan),” katanya.
 
Karena di sinilah tempat bertemunya Ki Ageng Giring di saat mengejar Ki Ageng Pemanahan pascameminum kelapa muda dengan lambang wahyu keprabon Kerajaan Mataram. Ki Ageng Pemanahan bersama putranya Suto Wijoyo dan Ki Penjawi bahu-membahu melaksanakan tugas tersebut dan atas jasanya diberi tanah Merdikan Alas Mentaok.

Di saat akan membuka Alas Mentaok diberi nasihat Sunan Kalijogo bahwa wahyu keprabon Jawa berada di daerah Sodo Giring. Barang siapa yang bisa meminum kelapa muda sekali teguk (sakdegan)dari pohon kelapa gading yang tingginya digambarkan, apabila seekor burung gagak hinggap di pohon itu, akan terlihat kecil, mirip burung semprit, sehingga disebut pohon kelapa gading gagak emprit.

“Ki Ageng Giring sudah mendapat kelapa muda tersebut. Namun karena belum haus, tidak mungkin dia mampu meminum air kelapa muda tersebut sakdegan (sekali tenggak). Untuk itu, dia pergi ke ladang bekerja dahulu. Nanti setelah haus, dia akan dapat menghabiskan air degan tersebut,” Di saat Ki Ageng Giring tidak berada di rumah, hadirlah Ki Pemanahan.

Di rumah itu, Ki Pemanahan meminum kelapa muda tersebut. Dengan bergegas, Ki Ageng Giring menyusul Ki Ageng Pemanahan yang telah kembali ke Alas Mentaok. Di sisi puncak gunung yang terletak di Dusun Koripan, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Ki Ageng Giring mampu menyusul Ki Ageng Pemanahan.

“Ki Ageng Giring berembuk untuk kamulyaning anak turunan mereka. Sehingga terjadilah tawar-menawar kekuasaan, layaknya di pasar. Puncak gunung itu sekarang dikenal dengan Gunung Pasar, karena alkisah dahulu kala, setiap pagi hari di gunung itu selalu terdengar suara gemuruh bagai pasar. Namun setelah di dekati, tidak ada apa pun.