Alumni dan Anggota Gema Angkasa Masuki Dunia Perkantoran

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, setiap kawan berlomba-lomba dalam implementasi kemandirian ini. masing-masing sibuk membuat sebuah konsep diri dan menciptakan peluang agar mampu mendapatkan sebuah kepercayaan untuk kemandirian. mendengar kabar bahwa teman-teman kami berhasil meraih mimpi dan mencapainya adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.

Gema Angkasa hanya sebagai sebuah media untuk siapapun mereka yang bergabung dan berproses didalamnya. bersama-sama untuk kembali menemukan jati diri dan mengenali diri tanpa takut disalahkan. Gema Angkasa merupakan rumah kedua kami, dimana kami ditempa dengan berbagai hal yang tidak kami temukan pada organisasi yang lainnya di Kecamatan Dlingo. 

Tentu hasil dan dampak dari proses tersebut secara tidak langsung turut meningkatkan kemampuan dan nilai tawar setiap anggota didalam setiap peluang dan kompetisi di arena menuju kemandirian. kompetensi hasil dari Pembinaan Gema Angkasa Inilah yang kemudian secara nyata terjawab. Bahwa anggota Gema Angkasa memang memiliki kekurangan dan berbagai ketidak sempurnaan, namun dengan masuknya beberapa anggota Gema Angkasa di dunia birokrasi dan perkantoran telah membuktikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan telah berhasil mempengaruhi karakter dan etos kerja para anggotanya.

Salah Satunya Kak Eko, dia berhasil bekerja dan menjadi salah satu Asisten Ahli pada Bidang Teknologi dan Informasi di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Berawal dari mengenal Gema Angkasa dan Berproses secara jarak jauh dengan segala keterbatasan kemudian mengikuti seleksi akhirnya mampu mewujudkan cita-citanya.

Kak Purwoko menjadi Tenaga Harian Lepas pada Kantor Pengelola Pasar di Kabupaten Bantul, dan terus berlanjut sampai saat ini dengan komitmen yang kuat meskipun hanya sebagai tenaga kebersihan pasar.
dan dua srikandi alumni Gema Angkasa Dlingo kak Sita dan kak Vita juga menjadi staf di pemerintah desa Terong dan Pemerintah Desa Dingo Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul.

12 Jaringan Irigasi Jatimulyo diperbaiki dengan anggaran 1,5 Miliar

Dlingo : Bantulkab : Wilayah Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, merupakan daerah pegunungan yang banyak mengandalkan curah hujan dalam pertanian. Untuk mendukung perbaikan hasil panen, tahun 2015 akan ada peningkatan jaringan irigasi di 12 daerah dengan luasan masing-masing 1.000 meter.

Program peningkatan jaringan irigasi pertanian ilakukan untuk mendukung ketahanan pangan. Irigasi dan pertanian dua hal yang saling berkaitan, keduanya harus bias berjalan bersama, hal tersebut dikatakan Bupati bantul, Hj. Sri Suryawidati, usai meletakkan batu pertama perbaikan irigasi, di dusun Maladan, Jatimulyo, Dlingo.

Lebih lanjut dikatakan di wilayah Dlingo, saat ini hasil produksi padi mampu mencapai 7 ton/h walaupun kondisinya kurang air. Harapannya dengan peraikan irigasi akan meningkat menjadi 7,5 ton/h atau lebih.

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Kab. Bantul, Yulianto menjelaskan , hingga kini di Dlingo ada 12 daerah aliran irigasi yang mengampu seluruh wilayah kecamatan. Keberadaan 12 jaringan tersebut saat ini belum mampu mengairi 1.000 hektar, sementara lahan pertanian luasnya mencapai 1.000 hektar. Jaringan air irigasi yang direhabilitasi tidak semua sama, ada yang di rehab pada bagian sumurnya namun ada yang direhab bagian bendungan atau pasangannya. Anggaran dari APBD yang disiapkan sebesar Rp. 1,5 Miliar.
Mulai hari ini Senin, 13 April 2015 sampai dengan Jumat 17/4 di Kantor Pos Cabang Dlingo disalurkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Tahap II bagi 5.881 KK di Kecamatan Dlingo. Hari ini masyarakat dari desa Dlingo (613KK) dan Mangunan (695 KK) sejumlah 1.308 KK menerima dana masing-masing Rp.600 ribu untuk penerimaan 3 bulan.
Meskipun diharapkan dana yang disalurkan menjadi simpanan, namun kebanyakan mereka mengambil tunai keseluruhan penerimaan tahapan ini dengan alasan banyak kebutuhan yang membutuhkan pendanaan. Sampai dengan tulisan ini diunggah pelaksanaan hari pertama penyaluran dana PSKS berjalan tertib, aman dan lancar.
Jadwal selanjutnya Selasa 14/4 untuk desa Muntuk sejumlah 1.221 KK, Rabu 15/4 untuk desa Jatimulyo sejumlah 940 KK, Kamis 16/4 untuk desa Terong sejumlah 741 KK dan Jumat 17/4 untuk desa Temuwuh sejumlah 871 KK.
Ketertiban, keamanan dan kelancaran pelaksanaan penyaluran dana PSKS tergantung juga bagaimana masyarakat mau mengacu kepada jadwal jam-jam layanan untuk masing-masing pedukuhan yang telah disampaikan informasinya melalui dukuh masing-masing, sehingga antrean tidak menumpuk atau terlalu panjang. Dalam kegiatan ini personil Polsek Dlingo mengadakan pengamanan hingga hari Jumat tanggal 17 April.
- See more at: http://humas.polri.go.id/berita/Pages/ANGGOTA-----POLSEK----DLINGO------AMANKAN---PENCAIRAN----DANA--BANTUAN----PSKS.aspx#sthash.qr1rNyDP.dpuf
Mulai hari ini Senin, 13 April 2015 sampai dengan Jumat 17/4 di Kantor Pos Cabang Dlingo disalurkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Tahap II bagi 5.881 KK di Kecamatan Dlingo. Hari ini masyarakat dari desa Dlingo (613KK) dan Mangunan (695 KK) sejumlah 1.308 KK menerima dana masing-masing Rp.600 ribu untuk penerimaan 3 bulan.
Meskipun diharapkan dana yang disalurkan menjadi simpanan, namun kebanyakan mereka mengambil tunai keseluruhan penerimaan tahapan ini dengan alasan banyak kebutuhan yang membutuhkan pendanaan. Sampai dengan tulisan ini diunggah pelaksanaan hari pertama penyaluran dana PSKS berjalan tertib, aman dan lancar.
Jadwal selanjutnya Selasa 14/4 untuk desa Muntuk sejumlah 1.221 KK, Rabu 15/4 untuk desa Jatimulyo sejumlah 940 KK, Kamis 16/4 untuk desa Terong sejumlah 741 KK dan Jumat 17/4 untuk desa Temuwuh sejumlah 871 KK.
Ketertiban, keamanan dan kelancaran pelaksanaan penyaluran dana PSKS tergantung juga bagaimana masyarakat mau mengacu kepada jadwal jam-jam layanan untuk masing-masing pedukuhan yang telah disampaikan informasinya melalui dukuh masing-masing, sehingga antrean tidak menumpuk atau terlalu panjang. Dalam kegiatan ini personil Polsek Dlingo mengadakan pengamanan hingga hari Jumat tanggal 17 April.
- See more at: http://humas.polri.go.id/berita/Pages/ANGGOTA-----POLSEK----DLINGO------AMANKAN---PENCAIRAN----DANA--BANTUAN----PSKS.aspx#sthash.qr1rNyDP.dpuf
Mulai hari ini Senin, 13 April 2015 sampai dengan Jumat 17/4 di Kantor Pos Cabang Dlingo disalurkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Tahap II bagi 5.881 KK di Kecamatan Dlingo. Hari ini masyarakat dari desa Dlingo (613KK) dan Mangunan (695 KK) sejumlah 1.308 KK menerima dana masing-masing Rp.600 ribu untuk penerimaan 3 bulan.
Meskipun diharapkan dana yang disalurkan menjadi simpanan, namun kebanyakan mereka mengambil tunai keseluruhan penerimaan tahapan ini dengan alasan banyak kebutuhan yang membutuhkan pendanaan. Sampai dengan tulisan ini diunggah pelaksanaan hari pertama penyaluran dana PSKS berjalan tertib, aman dan lancar.
Jadwal selanjutnya Selasa 14/4 untuk desa Muntuk sejumlah 1.221 KK, Rabu 15/4 untuk desa Jatimulyo sejumlah 940 KK, Kamis 16/4 untuk desa Terong sejumlah 741 KK dan Jumat 17/4 untuk desa Temuwuh sejumlah 871 KK.
Ketertiban, keamanan dan kelancaran pelaksanaan penyaluran dana PSKS tergantung juga bagaimana masyarakat mau mengacu kepada jadwal jam-jam layanan untuk masing-masing pedukuhan yang telah disampaikan informasinya melalui dukuh masing-masing, sehingga antrean tidak menumpuk atau terlalu panjang. Dalam kegiatan ini personil Polsek Dlingo mengadakan pengamanan hingga hari Jumat tanggal 17 April.
- See more at: http://humas.polri.go.id/berita/Pages/ANGGOTA-----POLSEK----DLINGO------AMANKAN---PENCAIRAN----DANA--BANTUAN----PSKS.aspx#sthash.qr1rNyDP.dpuf

Desa Terong, Desa Peduli Perubahan Ikim

Dlingo : mongabay.co.id: Dampak perubahan iklim telah dirasakan oleh semua orang di dunia, tidak terkecuali masyarakat Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dampak tersebut baik langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan masyarakat. Seperti waktu penanaman lahan pertanian tidak bisa dipastikan, kondisi suhu udara tidak menentu ini dirasakan langsung oleh masyarakat.

Oleh karena itu, masyarakat Desa Terong secara sadar berusaha untuk berpartisipasi menangani dampak dan mengurangi terjadinya perubahan iklim. Oleh karena itu, mereka bersepakat untuk mendeklarasikan diri sebagai desa peduli perubahan iklim.



Hutan rakyat lestari akan memberikan keuntungan secara ekonomis dan ekologis bagi masyarakat.

“Desa Terong diharapkan mampu menjadi bagian dunia untuk berkontribusi dalam pengurangan dampak pemanasan global dengan potensi hutan rakyat yang dimiliki dan perilaku masyarakatnya,” kata Lurah Desa Terong ,Welasiman dalam acara peluncuran desa peduli lingkungan dan dan peluncuran koperasi Kelompok Tani Tunda Tebang “Jasema” di Desa Terong, Bantul, Yogyakarta.

Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Bantul Sumarno, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappenas, Endah Murniningtyas yang juga merangkap Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dan Direktur Arupa, Dwi Nugroho.

Ia menambahkan, para pemilik hutan rakyat di Desa Terong sudah paham hutan berfungsi ekonomis, dan ekologis, khususnya sebagai penyerap karbon, sehingga mampu mengurangi dampak pemanasan global. Pengetahuan tersebut sangat penting, sebagai mitigasi perubahan iklim berbasis lahan.

Dari merasakan dampak perubahan iklim, masyarakat Desa Terong belajar tentang pemanasan global dan perubahan iklim, dimana hutan mampu menyerap karbon. Kegiatan menanam, pembuatan pupuk organik, serta pembentukan koperasi Hutan Tunda Tebang dibawah organisasi Kelompok Tani Hutan Tunda Tebang “Jasema” merupakan langkah nyata mengurangi dampak perubahan iklim.

Kelompok Tani Hutan Tunda Tebang “Jasema” memiliki modal Rp78 juta yang berasal dari tabungan masyarakat yang diharapkan mampu menahan penebangan pohon yang belum layak tebang. Penebangan pohon yang tidak layak tebang cukup tinggi di Desa terong, penebangan harus diminimalisir atau ditekan sekecil mungkin karena merugikan petani secara ekonomi, juga fungsi atau hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon akan hilang.

Pembentukan koperasi KTH Tunda Tebang Jasema mampu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui nilai kayu yang cukup tinggi karena pohon yang ditebang sudah masak dan fungsi pohon sebagai penyerap dan penyimpan karbon tetap terjaga.

“Kami berkomitmen agar hutan rakyat kami menyerap karbon sebanyak-banyaknya dan menyimpang selama-lamanya,” kata Welasiman.



Penandatanganan prasasti Desa Terong sebagai Desa Peduli Iklim oleh Wakil Bupati Bantul dan Bappenas di Balai Desa Terong, Selasa, 11 November 2014. Foto : Tommy Apriando

Selain itu, komitmen dalam menyerap karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim, Desa Terong membuat draf tata ruang desa, yang lebih memperhatikan keberadaan hutan.

Masyarakat Desa Terong telah mengetahui bagaimana menghitung karbon hutan rakyat, pengukuran, memasukkan data dan analisis data. Kegiatan pengukuran karbon dilakukan sejak tahun 2010 dengan 180 plot sample permanen, dan di monitoring setiap 2 tahun sekali. Hasilnya cadangan karbon hutan rakyat terus meningkat dari tahun ketahun.

“Kami berharap Pemerintah Bantul dan Bappenas terus mendukung kegiatan masyarakat.Hari ini juga Desa Terong mendeklarasikan sebagai desa peduli iklim. Deklarasi ini bukan akhir, namun langkah awal agar masyarakat Desa Terong bisa berkontribusi dalam penanggulangan perubahan iklim kedepannya,” tutup Welasiman.

Sementara itu, Direktur LSM Arupa, Dwi Nugroho mengatakan setahun ke depan dirinya bakal menagih komitmen hijau dari lurah dan masyarakat Desa Terong Lima tahun lagi Desa Terong harus masih hijau dan setiap dua tahun sekali ada penghitungan karbon di hutan rakyat.

Selama Arupa bekerja bersama Kelompok Tani Hutan Kasema, saat ini ada 27 pengurus KTH Jasema mampu menjadi pelatih menghitung karbon. Inisiatif deklarasi ini muncul dari masyarakat dan pemerintah desa. Permasalahan awal di Desa Terong yakni banyak masyarakat menebang pohon karena butuh biaya, namun pohon tersebut belum layak tebang.

Sehingga hadirnya Koperasi Tunda Tebang Jasema dengan anggota 554 Kepala Keluarga diharapkan bisa membantu masyarakat bukan memberatkan. Jaminan anggota koperasi meminjam uang yaitu pohon/kayu. Bunga koperasi sangat rendah. Sehingga dukungan masyarakat sangat dibutuhkan.

Koperasi berwawasan lingkungan ini berkomitmen memberikan pinjaman tunda tebang bagi petani hutan rakyat yang mengalami masalah ekonomi. Saat itu, Koperasi yang beranggotakan 554 orang ini telah mampu mengumpulkan modal sebesar Rp77.560.000. Hadirnya koperasi ini, diharapkan mampu menahan penebangan pohon 31,3 m3 atau setara dengan 9,58 ton karbon. Pada tahun 2021 KTT Jasema diperkirakan mampu menahan penebangan pohon 456,4 m3 atau setara dengan 140,22 ton karbon.

Penelitian Arupa tiga bulan lalu, di Desa Terong pemenuhan kebutuhan dari menebang kayu, sekitar Rp2,7 Juta/KK/Tahun. Penelitian ini dikelompok KTH Jasema, sehingga jika dikalikan nilai kayu yang ditebang sebesar Rp1,5 miliyar/tahun. “Kondisi ini semakin memprihatinkan karena, sebagian besar pohon yang ditebang belum layak tebang dan masih berada pada usia produktif,” kata Dwi Nugroho.

Desa Terong, yang mempunyai komitmen besar dalam aksi mitigasi perubahan iklim berupaya optimalisasi hutan rakyat dalam mitigasi perubahan iklim. Pemerintah Desa Terong, Kolompok Tani Hutan (KTH) Jasema, dan ARuPA bekerja sama dengan ICCTF (Indonesia Climate Change Trus Fund) telah melaksanakan program Peningkatan Serapan Karbon pada Hutan Rakyat Terong.



Potongan batang kayu yang layak tebang akan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungan.

Program ini diturunkan dalam beberapa kegiatan, seperti penanaman 6000 bibit pohon, pembagian pupuk organik, perhitungan proyeksi cadangan karbon pada hutan rakyat, Pembentukan Koperasi Tunda Tebang (KTT) Jasema, Penyusunan rencana tata kelola hutan rakyat, dan penyusunan rencana tata ruang wilayah desa Terong.

Output dari program ini membuahkan hasil yang positif. Desa yang mempunyai luas hutan rakyat 648 hektar (378 pekarangan dan 270 hektar tegalan ini, mampu menyimpan cadangan karbon sebesar 49,87 ton per hektar di tegalan dan 78,97 ton per hektar di pekarangan. Potensi besar ini perlu diimbangi dengan upaya mengurangi tindakan tebang tubuh yang membudaya.

Aksi mitigasi perubahan iklim yang dilakukan Desa Terong merupakan aksi positif bisa menjadi role model bagi desa-desa lain di Kabupaten Bantul. Untuk itu ICCTF bersama ARuPA, Perangkat Desa Terong, dan KTH JASEMA bermaksud melakukan pencanangan desa Terong sebagai Desa Peduli Iklim.

“Fokus utama dari kegiatan ini adalah penandatanganan prasasti Terong sebagai Desa Peduli Iklim dan Penyerahan badan hukum Koperasi Tunda Tebang (KTT) JASEMA,” kata Dwi Nugroho.

Wakil Bupati Bantul Sumarno mengapresiasi deklarasi desa peduli iklim. Pemanasan global menjadi fakta tidak terbantahkan baik ditingkat global dan lokal. Peningkatan pemanasan bumi menimbulkan dampak nyata yakni perubahan iklim. Perubahan iklim berdampak pada perubahan ekologis yang besar bagi bumi. Iklim yang semakin panas mempengaruhi ketersediaan air dan meningkatkan kondisi cuasa ekstrim seperti badai dan kekeringan. Banyak petani yang merasakannya, seperti sulit memperkirakan waktu tanam. Permasalahan ini harus ditangani serius oleh semua pihak. Ini tanggung jawab kita bersama.

“Penebangan pohon merajalela, mengubah fungsi hutan menjadi lahan pemukiman, industri dan insfratruktur lainnya harus dibatasi secara hukum,” kata Sumarno.

Ia menambahkan, hutan menjadi bagian penting bagi masyarakat yang hidup disekitarnya. Hutan bukan hanya sebagai habitat hewan dan tumbuhan tapi juga tumpuan hidup masyarakat. Hutan menjadi unsur vital bagi kesejahteraan masyarakat. Hutan menyediakan berbagai sumber daya untuk kepentingan manusia dan manusia berperan sebagai subyek pengelola.

“Kami mengapresiasi Desa terong atas inisiatifnya mendeklarasikan sebagai desa peduli iklim. Semoga deklarasi ini bukan seremonial saja, namun komitmen pengelolaan hutan rakyat lestari yang nantinya berkontribusi dalam penurunan gas rumah kaca terus dilakukan,” katanya.

Dalam hal ini masyarakat dapat menentukan strategi pengelolan hutan yang strategis untuk diterapkan di wilayahnya, sesuai kemampuan biofisik lahan dan nilai sosial budaya setempat. Metode partisipatif diharapkan pengambilan kebijakan hutan mampu mengakomodir kepentingan masyarakat lokal untuk diutamakan.

“Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan semakin menegaskan arah pembangunan hutan secara ideal dan tepat dengan dukungan pengalaman teknis masyarakat dilapangan. Ini menjadi investasi jangka panjang mewujudkan kesetaraan hak dan keadilan,” tambahnya.

Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Bappenas dan juga Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF, Endah Murniningtyas mengatakan melalui mekanisme menunda penebangan dan penjualan alasannya untuk menaikan harga karena usia pohon yang belum cukup berimbas pada harga kayu murah. Selain itu, pemerintah pun tidak bisa berbuat banyak jika masyarakat tidak berkomitmen melakukan penundaan tebang dan membentuk desa peduli iklim. Ke depan hal-hal yang memiliki proses alami memiliki nilai jual yang lebih mahal seperti pupuk organik, bahan berwarna alami dan makanan organik.

“Hutan bukan berfungsi kayunya saja, apalagi untuk daerah kering, jika dijaga secara baik maka longdor tidak ada, bisa menahan dan menyeraoair. Banyak di tempat lain, masyarakat menjual hasil bumi tergesa-gesa dan merugikan kita sendiri,” kata Endah.

Dia berpikir masyarakat hutan rakyat Desa Terong bisa menanam kayu-kayu berdaya jual tinggi, seperti pohon Gaharu. Saya melihat dua tahun lagi Desa Terong berpotensi menjadi Desa Wisata dan budaya. Hutan lestari akan menjadi daya tarik wisata, karena negara maju sudah tidak punya hutan.

“Pak Presiden juga berkomitmen bahwa hutan masyarakat akan terus dilestarikan dan didukung. Dan Desa Terong beberap langkah lebih maju”, tambahnya.

Jalur Banyusoca – Dlingo Membantu Aktivitas Warga

Dlingo : kabarhandayani: Jalur yang menghubungkan antara Kecamatan Playen Gunungkidul dengan Kecamatan Dlingo Bantul digunakan sebagian besar masyarakat Desa Banyusoca dan sekitarnya untuk berpergian menuju kota Yogyakarta. Hal ini dilakukan oleh para pekerja buruh bangunan maupun pedagang yang ada di Desa Banyusoca.

Salah satu warga Banyusoca, Mardiono (52) mengaku, setiap pagi menggunakan jalur tersebut untuk berangkat kerja. Menurutnya jika harus berangkat melalui jalur Playen-Dlingo terlalu jauh dan membutuhkan tambahan pengeluaran untuk membeli bbm.

“Meski beberapa jalur masih berupa cor blok namun jalur ini sangat membantu warga untuk beraktivitas,” katanya

Dari pantauan KH, jalur tersebut sedikit rawan jika dilewati saat malam hari. Minimnya penerangan dan jalur cor blok yang licin ketika musim hujan membuat pengendara harus ekstra berhati-hati.

Sementara itu Sutiyono selaku Kades Banyusoca ikut menyoroti keberadaan jalur tersebut. Menurutnya jalur tersebut selain bermanfaat untuk warga yang bepergian ke Yogyakarta juga bisa bermanfaat bagi kemajuan pariwisata di Kecamatan Playen.

“Harapannya jalur tersebut bisa dibuka menjadi jalan raya penghubung antar Kabupaten dan bisa memberikan dampak positif bagi warga maupun perkembangan pariwisata di Gunungkidul,” jelasnya.

Pihak Desa Banyusoca lanjut dia, bersedia untuk ikut berperan serta dalam pembangunan jalan antar kabupaten tersebut. “Telah dilakukan survei lapangan baik dari Bapeda kabupaten Gunungkidul maupun Kabupaten Bantul"