Jalur Imogiri - Dlingo 100 Rambu Aluminium Disikat Maling

Dlingo: Bantul Kompas : Setelah banyak dicuri, Dinas Perhubungan Bantul mulai mengintensifkan pemasangan rambu dan rehab lampu lalu lintas. Saat ini pemasangan rambu belum mencapai 50 persen dari total rambu yang dicuri. Minimnya anggaran menjadi kendala utama.

Pencurian marak pada tahun 2009. Pencurian banyak terjadi di daerah pelosok seperti Dlingo dan Imogiri. Total yang hilang mencapai 100 unit dengan kerugian Rp 650 juta.
"Tahun ini kami terus melengkapinya, namun karena anggaran terbatas, belum ada 50 persen yang kami pasangi lagi," kata Kepala Dinas Perhubungan Bantul Mardi Ahmad, Rabu (24/11/2010).

Menurutnya, untuk menghindari pencurian serupa, pihaknya mencoba menggunakan bahan alternatif. Sebelumnya, rambu lalu lintas lebih banyak menggunakan bahan aluminium sehingga ada yang tergiur untuk mencuri. Sekarang bahan yang dipakai berupa fiber.

PENGADUAN MASYARAKAT

Dlingo : Sumber : Jogja.Polri.Go.Id

Nama         : sukiran
Tanggal      : 2010-11-21, 14:16:59
Judul          : lapor kehilangan bayar


Pengaduan :


saya sukiran tegallawas 01,jatimulyao,dlingo,bantul,yka telh melapor kehilangan dompet beserta isinya laporan sesuai nama dan alamat saya ada di arsip polsek bantul, dengan laporan saya di polsek dlingo saya di pungut Rp.35.000 mohon di tindak .


Pengaduan ini berasal dari :  " http://www.jogja.polri.go.id/index.php?menu=layanan&sub=pengaduandetail&id=8257 "

Warga Muntuk Butuh Bantuan

Dlingo: Sumber Informasi (Klik DiSini):  untuk sgenap sesepuh dan pini sepuh dimanapun semua berada ada saudara kita yg mebutuhkan bantuan dari poro sedulur. siapa tau ini mjd berkah dan rahmat bagi mrk dr uluran tangan dan doa kita. dan mjd ladang amal dan keberkahan bagi kt smua. 
 
Ini dari klrg AGUS SUPARMAN DLINGO BANTUL. Anak Kami menderita sakit TUMOR GANAS dan dirawat di RSUP SARDJITO sedangkan kami tdk mampu membiayainya,kami dr klrg tdk mampu. mohon bantuannya,kami sangat membutuhkannya. Karena anak Kami tsbt akan di operasi,kami dr klrg tdk mampu dan tdk mempunyai jaminan apapun. Kami sangat kesulitan u/nenbiayai rumah sakit. Kami sangat mengharapkn alternatif PENYEMBUHAN DAN PERTOLONGAN bagi kesembuhan putra Kami. Besar harapan Kami mendapat uluran tangan dari para Bapak/ibu. Atas perhatian dan bantuannya Kami sekeluarga mengucapkan trmksh.

data :
Nama Anak :
Tomi bantul 28 nov 2002/8 tahun
Nama Ayah :
d.a Ngliseng banjar harjo 2 muntuk dlingo bantul

Nama Ibu Wartiyah
d.a ngliseng Banjar harjo 2 muntuk dlingo bantul.

pekerjaan :
Buruh tidak tetap.

Demikian setitik harap dr sms yg beliau kirimkan ke segenap team litbang Kwa. smg ini mendapat solusi,pemecahan yg mampu meringankan beban mereka. Sebagai wadah sosial kemasyarakatn mrk mengetuk pintu hati panjenengan smua u/berbagi dan berbelas kasihan. semoga ini menjadi pencerahan tersendiri bagi kita. monggo dtindak lanjuti. nuwun.

Pada Barisan Apakah Aku??

Dlingo : Tidak Perlu Panjang dan Tidak perlu berbelit-Belit, pahamilah aku sebagai :

1.Orang yang mengadakan pertemuan untuk membicarakan masalah akidah disertai dengan perasaan takut akan kekejaman dan kekerasan. Menuntut ilmu-ilmu yang bermanfaat dan mendiskusikannya, mengilhami diri untuk berdiskusi seputar keyakinan dan pengetahuan masyarakat mengenai keyakinan atau perilaku sehingga diperoleh bukti-bukti dan pengetahuan bahwa janji Allah pasti benar dan sesungguhnya kiamat itu pasti terjadi tanpa ada keraguan di dalamnya.
2.Orang yang pernah terlanjur mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran yakni perkataan keji, dusta dan zhalim.
3.Orang yang jauh dari Anugrah keimanan sehingga tidak mengenal Allah namun mencoba mengingkari keyakinan yang sesat dan semu.
4.Orang Yang Sepakat mengenai keyakinan kebenaran sejati dan menyadari bahwa tidak mungkin menjelaskannya kepada Siapapun, lalu memohon kepada Allah Ta’ala supaya dimudahkan.
5.Orang Yang Berusaha Berlindung ke gua yang pintunya di sebelah utara, sehingga tidak terkena sinar matahari; baik ketika terbit maupun saat terbenam yang belum genap selama tiga ratus sembilan tahun.
6.Orang yang masih memiliki Rasa takut karena gua berdekatan dengan kota.
7.Orang yang berusaha saling bertanya pada diri sendiri untuk menemukan jawaban yang sesungguhnya.
8.Orang yang masih butuh uang perak, sebagai manusia biasa sama dengan yang lain. berusaha Memakan makanan yang baik-baik dan memilih makanan-makanan yang layak dan sesuai dengan selera  selama tidak melebihi batas-batas kewajaran.
9.Orang yang sedang kesulitan memelihara, melindungi serta menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan fitnah dalam urusan agama dan menyembunyikan ilmu yang mendorong manusia berbuat jahat.
10.Orang Yang Ingin Semakin Mencintai agama, meninggalkan kejahatan, seperti kemadharatan dan kerusakan yang mengundang kemurkaan Allah dan kewajiban meninggalkannya.
11.Orang yang berharap Mendapatkan pengakuan dari para penguasa kebaikan dengan dimuliakan. Sampai para penguasa tersebut berniat membangun sebuah rumah peribadatan di atas gua. Sebagai wujud penghormatan dan pengagungan dari manusia.

Mudah-mudahan aku berguna dan berharap tidak mengikuti golongan apapun dari ajaran untuk kepentingan apapun kecuali hanya karena Allah SWT dan atas petunujuk yang paling bisa kupahami tanpa niat pengingkaran dan semata hanya menjalani sebuah pilihan sebagai insan rendahan dimuka bumi dan menjadi salah satu pemuda khafi “Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.” (Al-Kahfi: 22).

Pembangunan Pasar Dangwesi Terong Dan Sebuah Harapan

Dlingo : Hampir setiap hari setiap saya bangun dari tidur dahulu maka  pasar tradisional di samping rumah, yah tentu pasar Dangwesi yang terletak di perbatasan paling timur Desa Terong Dlingo sudah begitu ramai. Pertama saya melihat pasar ini kiosnya berada di sepanjang jalan, dan bahkan tidak banyak yang masuk ke dalam los-los sehingga hanya cukup duduk di atas sepeda motor sudah bisa bertransaksi.

Tentu alasan utamanya sebenarnya hanya ada tiga hal pokok. Dengan uang yang sama, rata-rata pengunjung mendapatkan lebih banyak jika berbelanja di pasar tradisional ini. Di samping itu kebanyakan masyarakat Dlingo menyukai tawar-menawar dan di pasar tradisional, walau hanya sekadar limaratus rupiah proses tersebut berjalan harmoni. Yang lebih memberikan keuntungan lagi bahwa para pedagang disana tidak diberatkan oleh biaya sewa lapak dan lokasi berdagang yang memberatkan, sehingga pedagang nyaman dalam bertransaksi.

Dalam suasana pasar tersebut saya melihat sebuah kerinduan bisingnya tawar-menawar yang pernah saya dengar. “Seribu cabe merah,’Yu” “limang ringgit wae” “alah Mbok rasah larang-larang” dan lain sebagainya. Suasana begitu akrab yang saya rasakan berbeda jika saya berada di pasar modern. Tentu akan berbeda jumlah cabenya jika kita membeli di tempat langganan. Ada rasa “trust” di antara pembeli dan pelanggan yang terbangun baik.

Dengan konsep pasar tradisional yang berbeda dengan pasar Moderen maka pasar Dangwesi yang saat ini telah dibangun infrastrukturnya. Namun ada harapan yang sampai saat ini masih belum terjawab. Tapi minimal ada 3 hal yang mungkin dapat mewakili aspirasi para pedagang terkait rencana tindak lanjut pengembangan pasar dangwesi. Setidaknya para pedagang mendapatkan jaminan 3 halantara lain : harga kios, suasana dan profesionalisme.

Harga Kios : tentu pedangang memiliki perhitungan tersendiri dalam rumus ekonomi mereka, apabila harga sewa kios dirasa terlalu mahal, mungkin mereka urung berjualan di pasar dangwesi dan memilih berjualan di rumah “Home Industry”. Hal ini mungkin juga kalau dibiarkan maka “SERAT JOYOBOYO” terbukti lagi : “Pasar Ilang Kumandange”. Seharusnya pasar tradisional dengan menggunakan pengelolaan modern tidak disharmoni dengan karakter pedagang tradisional. Apabila ini terjadi maka pasar tradisional hanya akan menjadi museum saja, dikunjungi tapi hanya untu dilihat, karena harga sudah melambung disebabkan sewa kios yang sudah terjanur disewa dan mahal.

Suasana : pasar tradisional tidak perduli musim baik hujan atau kemarau sekalipun. Meski menjadi kubangan lumpur para pembeli tetap saja berdatangan. Dan tidak ada dominasi pedagang besar, meskipun ada pedagang dengan modal besar namun pembeli lebih cerdas dan mengedepankan rasa dan bukan keuntungan semata. Suasana juga terpengaruh settingan ruang dan los-los pasar, karena bagaimanapun sebagai pembeli masyarakat lebih nyaman dengan suasana tradisional yang tidak kaku dan terlihat banyak petugas berseragam yang lebih mirip penjara.

Profesionalisme: pedagang dan pembeli tidak pernah dibebani dengan beban sewa ini bayar itu, tagihan ini sumbangan itu. Mereka hanya secara suka rela selain berdagang juga berpartisipasi dalam aktifitas social meski tidak disadari dan terorganisasi. Mereka juga tidak tahu bahwa dengan membayar mereka mendapatkan apa dan meraka juga tidak pernah menuntut untuk di berikan fasilitas apapun. Dengan dikelolanya pasar dangswesi tentu akan merubah keadaan ini, paling tidak dengan harga patokan yang akan ditentukan juga akan berpengaruh pada tuntutan, pada proses transisi. Minimal jika memang akan dikelola secara professional maka pengelola harus memberikan pelayanan prima, atau secra lambat laun PASAR ILANG KUMANDANGE.

Intinya adalah ada kenikmatan berbelanja di pasar tradisional, orang bisa mengetahui harga atau kuantitas di kios ini lebih menguntungkan dibandingkan di kios ujung sebelah lainnya. Pengunjung juga suka dengan kualitas tahu di dekat tukang ayam langganannya, sehingga tak ingin pindah ke tukang tahu lain. Inilah konsep-konsep dasar ekonomi yang saya pelajari di pasar tradisional. Sekarang adalah masalah waktu dan itikad pemerintah desa Teronglah untuk meremajakan pasar tradisional tanpa harus mengubah nilai dari pasar tradisional tersebut.

Dlingo Fokus Pendidikan Pengungsi

Dlingo : KRjogja.com : Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Pendidikan Dasar (PPD) Kecamatan Dlingo Slamet Pamuji MPd,mengatakan data sementara pengungsi usia sekolah TK-SMA/SMK di Dlingo mencapai 167 anak. Tetapi yang gabung ke sekolah hanya 16 anak dan 12 masuk SD, sisanya SMP.  "Kami berupaya agar pengungsi tetap sekolah, solusinya pengelola pendidikan untuk membujuk pengungsi agar sekolah," kata Slamet.

Menurut Slamen bila tidak dilakukan, pengungsi usia sekolah semakin tertinggal pelajaran. Seperti di SD I Terong seorang siswa sejak seminggu terakhir dan mengeluhkan hambatan seragam dan peralatan sekolah. Kondisi terjadi di Kecamatan Sedayu,  ada 51 siswa yang digabung ke sekolah dekat pengungsian. Rincianya, 40 anak usia SD dan SMP 11 siswa. "Kami selalu berkoordinasi dengan pengelola, bagaimana caranya siswa bisa punya seragam," kata Kepala UPT PPD Kecamatan Sedayu Suwardi 

Pengungsi Merapi Sampai Di Dlingo Butuh Bantuan

Dlingo : Letusan Gunung Merapi pada 6 - 8 November 2010 terus meningkat. Situasi ini menyebabkan warga sekitar lereng merapi mengungsi ke berbagai penjuru di kawasan yogyakarta. Pada Tanggal 6 - 7 November 2010 tepatnya pukul 22.00 WIB para pengungsi tersebut bahkan ada yang sampai di Kecamatan Dlingo dan Seputar perbatasan dlingo dan kecamatan Piyungan.

Berdasarkan informasi yang saya peroleh langsung dari lokasi, terdapat sekitar 150 orang pengungsi yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak yang sementara ini tinggal di lokasi Kampung Baru, Pandean, Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Rata-rata meraka berasal dari Kecamatan/Desa Cangkringan. Berdasarkan pengakuan mereka, rumah tempat tinggal mereka juga sudah habis digulung awan panas merapi. Mereka juga menyatakan bahwa hampir 80% dari sekitar 150 orang yang mengungsi di kawasan Kampung Baru ini sudah tidak memilki tempat tinggal lagi.

Di titik pengungsian yang berbeda, di daerah Loputih, Jatimulyo, Dlingo, Bantul juga terdapat pengungsi dari Klaten Utara, mereka berjumlah sekitar 25 Kepala Keluarga yang tersebebar di kawasan Desa jatimulyo. Untuk sementara mereka di tampung di rumah salah seorang pamong Desa jatimulyo. Kepergian mereka rata-rata karena ketakutan akibat aktifitas gunung merapi yang terus meningkat dan mengeluarkan suara gemuruh di sertai getaran-getaran dari dalam perut bumi.

Diperkirakan di Wilayah Kecamatan Dlingo terdapat pengungsi merapi yang jumlahnya mencapai 500 Kepala Keluarga, terkait jumlah pasti belum dapat di ketahui secara pasti karena mereka tersebar. Mereka menempati rumah saudara, atau teman dekat untuk tinggal sementara.
Terkait informasi tersebut di atas, diharapkan masyarakat Dlingo mampu berpartisipasi dan ikut serta memberikan bantuan moril maupun matriel yang di butuhkan para pengungsi merapi. Perlu kita inggat bersama bahwa bencana gempa bumi tahun 2006 silam yang berakibat lumpuhnya bantul, Sekaranglah saat nya kita bersama-sama membalas budi baik saudara-saudara kita yang juga sedang mengalami hal yang sama. Mari kita bergerak dengan kemampuan kita masing-masing, pupuk persaudaraan, kasihi sesama dan buktikan bahwa Dlingo adalah bagian dari Yogyakarta.