Pemerintah Kabupaten Bantul Fasilitasi Anak Yatim dari Kecamatan Dlingo

Dlingo : Din SOS BAntul : Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Sosial Pada hari ini Kamis ( 29 Agustus 2013 ) akan melaksanakan kegiatan fasilitasi anak yatim / piatu dari Kecamatan Dlingo di Pendopo Rumah Dinas Bupati Bantul, Trirenggo, Bantul.

Kegiatan dimulai pukul 16.00 WIB diawali dengan dongeng anak-anak yang diasuh oleh Pembimbing dari Yogyakarta dilanjutkan acara makan bersama dengan Bupati Bantul.

Pada kesempatan tersebut Bupati Bantul akan memberikan pengarahan dan pembinaan kepada anak-anak yatim / piatu agar kelak menjadi anak yang soleh, serta berbakti kepada para orang tuanya dan dilanjutkan penyerahan tali asih berupa uang saku beserta Tas Sekolah dan Alat Tulis untuk lebih menambah motivasi belajar sehingga anak-anak ini bisa berprestasi di bidang pendidikan.

Adapun yang diundang adalah anak-anak yatim/piatu sebanyak 100 anak dari wilayah Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. (DS)

Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Kabupaten Bantul yang Berasal dari Dlingo Asli Tahun 2014

Dlingo : KPU Bantul : Caleg dibawah ini adalah berasal dari Kecamatan Dlingo…KALAU DLINGO ADA..PILIH YANG TERBAIK DIANTARA MEREKA…..MEREKA LAHIR DI DLINGO…!!!..buat komitmen dengan mereka..sebuah komitmen yang kuat…yakinlah DLINGO PASTI BISA…DAHULUKAN ORANG DLINGO ASLI …!!! Sampaikan ini pada masyarakat kita.....





Launching Wisata Alam Banyu Nibo Terong Dlingo Berlangsung Sangat Meriah


Dlingo : Mjlh burung.com: Bantul, seperti yang di beritakan media online majalahburungpas.com, sebelumnya pokdarwis Rejosari Terong Dlingo bantul akan di resmikan dan ternyata betul terlaksana, Bahkan tamu undangan Seperti Kepala Seksi Adat Dan Budaya, Drs Yoto mewaikili Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Minggu, 25 Agustus, melaunching Desa Wisata Banyu Nibo yang terletak Rejosari, Terong Dlingo Bantul, tampak haru dalam melantik pengurus selain tampil sumringah serta meriah.

Wisata alam yang menawarkan keindahan air terjun di mana setiap air terjun memiliki 16 kedung itu diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan di DIY. Selain diharapkan dapat menambah referensi wisata, dengan dibukanya obyek wisata alam Banyu Nibo, akan memperkuat predikat Yogyakarta sebagai kota wisata. Sehingga dari tahun ke tahun jumlah kunjungan wisatawan akan selalu meningkat.

Hadir dalam launching tersebut, selain jajaran pemerintah kabupaten Bantul juga beberapa anggota DPRD Bantul, Suratun, ketua Forum Desa Wisata DIY Kristya Bintara serta beberapa tokoh masyarakat. Dalam kesempatan tersebut, Yoto tidak hanya melaunching desa wisata, namun juga melantik dan menggukuhkan kelompok sadar wisata (pokdarwis) Rejosari, yang fdi lengkapi pembubuhan tanda tangan prasastinya.

Dengan penggukuhkan Pokdarwis, diharapkan wisata alam Banyu Nibo semakin di kenal masyarakat dan berdampak positif kepada umum dan masyarakat Rejosari Terong Dlingo. Ketua Pokdarwis Rejosari, Sagiyo mengatakan Rejosari yang memiliki potensi alam berupa air terjun sangat sayang bila tidak dimanfaatkan sebagai obyek wisata alam. Oleh karenanya pihaknya bertekad mengorbitkan wisata alam berupa air terjun dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian warga khususnya Rejosari Terong.

Selain itu adanya wisata alam Banyu Nibo akan menambah predikat Yogyakarta sebagai kota wisata dan budaya. Karena selain menawarkan keindahan alamnya, Pokdarwia Rejosari juga menyuguhkan berbagai kesenian yang ada di wilayah Rejosari dan sekitarnya. Ditambahkannya, untuk dapat mencapai lokasi Banyu Nibo, Pokdarwis Rejosari telah membuka akses jalan yang mudah ditempuh pengunjung. Namun bagi yang menyukai uji adrenalin pengunjung dapat melewati jalur lama, yang merupakan jalan petani dalam mengarap ladangnya.

Meski baru dilaunching atau dibuka wisata alam Banyu Nibo sudah ramai dikunjungi wisatawan. Ratusan pengunjung dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orangtua, tampak berjubel ingin menikmati suasana alam di air terjun dan kedung Banyu Nibo. Selain dapat menikmati gemercik air terjun, di sini pengunjung dapat menikmati suasana alam yang asri serta nyaman. Launching Wisata alam Banyu Nibo juga ditampilkan kesenian, seperti jatilan, reog serta sholawatan. Sehingga masyarakat dapat menikmati wisata alam sekaligus menikmati kesenian tradisi.Dan suasana launching siang pun tampak sangat meriah. anjar

Sunrice Yang indah Di Kawasan Banyu Nibo Terong Dlingo

 
Dlingo : majalahburungpas.com : Pagi yang cerah ketika kita berkunjung di desa wisata Rejosari Terong Dlingo akan dapat menyaksikan venomena alam yang menakjubkan,dimana salah satunya adalah matahari terbit, selain itu 12 air terjun dan kedung alami juga menjadi pemandangan alam yang mampu menghibur kepenatan.

Lokasi untuk melihat ada di atas sawah sawah atau obyek air terjun banyu nibo. matahari terbit akan dapat pengunjung nikmati bila pada saat pagi hari jam 5.50.wib s/d 06 20 menit. matahari yamng terlihat di ufuk timur menjadi saksi kehadiran anda.

Untuk dapat mengakses desa ini cukup mudah yakni dari Jalan Jogja wonosari Patuk keselatan 8 km dan dari Pleret naik bukit dan jalan Cino mati sejauh 5 km, kalau dari Imogiri sekitar 20 km dan lewat mangunan. Desa wisata Rejosari akan di resmikan pada hari Ahad tanggal 25 Agustus 2013 jam 9.00. wib. sampai selesai. untuk masuk di obyek wisata alam banyu nibo pengunjung di wajibkan membayar tiket masuk yang pengelolanya Pokdaris setempat dengan harga tiket masuk Rp. 3000 perorang

Kerjabakti peresmian obyek wisata air terjun Rejosari Terong Dlingo


Dlingo : majalahburungpas.com salah satu obyek wisata alam yang menarik dan memiliki view indah adalah Desa Wisata Rejosari Terong Dlingo Bantul Yogyakarta.Lokasi obyek ada di sisi timur dan utara padukuhan dimana untuk utaranya terbentang areal pertanian sawah di lembah dan perbukitan, sedang obyek yang menjadi andalannya adalah air terjun yang jumlahnya sekitar 13 lokasi.

Air terjun yang paling gede dan memiliki ketinggian cukup siknifikan adalah Air terjun banyu nibo yang tingginya sekitar 30 meter.Lokasi wisat ala mini terbentang cukup panjang karena air mengalir dan terdapat grojokan ada di sepanjang kali sekitar 400 meter.Uniknya setiap air yang jatuh tidak hilang namun di tamping oleh curug atau kedung yang terbuat dari batu bumi, sehingga tendon air alami tersebut dapat di bilang cukup eksotis dan menarik. 

Obyek wisata alam ini di kelola oleh Pokdarwis setempat dan kehadirannya di prakarsai oleh majalahburungpas.com sejak Bulan April 2013 yang lalu.Desa wisata Rejosari akan di resmikan pemerintah setempat dan akan di hadiri oleh sekitar 1000 orang pengunjung pada tanggal 25 Agustus 2013 di areal obyek wisata banyu nibo. 

Menurut dukuh setempat, Sukamdam yang di damping ketua Pokdarwis, Sagiyo, pelaksanaan launching dan pelantikan pokdarwis ini, panitia mengundang seluruh SKPD se kecamatan Dlingo, Pokdarwis sebagian di Gunungkidul, Sleman, ,Bantul, Dinas terkait Kabupaten Bantul dan Dinas Pariwisata DIY, selain sejumlah elemen masyarakat yang peduli wisata serta Sejumlah caleg legislative, para lurah dan dukuh.

Salah Menafsirkan Kearifan Lokal "Kasus Dana Rekonstruksi Dlingo"

Dlingo : Radar.jogja:  Dalam sepekan ini Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jogja mulai menyidangkan sejumlah terdakwa dalam kasus korupsi bantuan dana rehabilitasi dan rekontruksi (Dakons) gempa 2006. Anggota Komisi A DPRD Bantul Agus Effendi menilai, banyaknya perangkat desa yang tersandung kasus korupsi itu karena mereka salah mengartikan kearifan lokal. 

 ’’Rata-rata mereka melakukan pemotongan karena dalih itu,” terangnya kemarin (25/3).Modus praktik korupsi yang dilakukan perangkat desa itu hampir serupa, yaitu pemtongan bantuan serta manipulasi data kerusakan rumah. Contohnya, rumah dengan kategori rusak sedang dirubah menjadi rumah dengan kategori rusak berat. Hanya saja, warga yang menerima bantuan itu tidak menerima secara utuh. ’’Pemotongannya bervariasi, mulai Rp 6 juta hingga Rp 10 juta,” ujar politisi PKS ini.Mereka melakukan pemotongan bantuan dengan dalih untuk pembangunan desa. 

Misalnya, pembangunan jalan, gapura atau sarana infrastruktur lainnya. Mereka menganggap pemotongan bantuan dengan mengatasnamakan kearifan lokal itu sah.  ‘’Selama ini yang muncul alasannya kearifan lokal. Padahal itu tidak diperbolehkan secara hukum,” bebernya.Kadiv Investigasi Masyarakat Transparansi Bantul (MTB) Irwan Suryono mengatakan, banyaknya perangkat desa yang tersandung kasus korupsi bantuan seperti ini ditengarai karena pemkab kurang memberikan sosialisasi mengenai peruntukkan bantuan itu. ’’Ada instruksi dari pemkab tentang kearifan lokal. 

Artinya ada pembiaran jika bantuan itu dipotong,” tuturnya. Karena itu, tidak mengherankan jika puluhan perangkat desa pernah terseret kasus ini. Mereka duduk di kursi pesakitan dan mendapatkan vonis yang cukup beragam. ’’Yang menjadi persoalan mengapa kasus korupsi bantuan banyak terjadi di Kecamatan Dlingo. Padahal Kecamatan lain banyak yang menerima. Apa yang salah?,” tanyanya heran

DUA EMBUNG DI DLINGO DI-RESTOCKING OLEH DKP

Dlingo : plazainformasi.jogjaprov: Di awal bulan Maret 2013, tepatnya Rabu (6/3) kemarin, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) melaksanakan kegiatan restocking perairan umum di dua lokasi yang ada di Kecamatan Dlingo yaitu di embung yang berada di Dusun Kediwung, Mangunan dan Dusun Seropan 3, Muntuk. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada proposal permohonan benih untuk restocking oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (pokmaswas)Mina Sejahtera dari dusun Kediwung dan Telaga Sari dari dusun Seropan 3 yang telah diterima DKP Bantul. Dalam kegiatan restocking tersebut, sebanyak 39.000 benih disebar di dua embung, yang terdiri bibit nila hitam dan nila merah yang masing-masing embung ditebar 19.500 benih.
DKP Bantul, diwakili oleh Kepala Bidang Bina Usaha dan Pengawasan, Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Binus dan Wasdal SDKP), Ir. Dermawan Adenan, M.Pi. menyerahkan bantuan secara simbolis dan mengawali penebaran benih di kedua lokasi restocking. Kegiatan penebaran benih ini diikuti dan disaksikan oleh anggota kelompok dan beberapa warga sekitar.

Pokmaswas dan warga sekitar berharap dengan ditebarkannya benih untuk restocking akan membawa manfaat ekonomi dan terpeliharanya kelestarian sumber daya ikan di embung. Restocking ini dilakukan dalam rangka pengkayaan Sumber Daya Ikan (SDI) dengan alokasi di masing-masing penebaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi.

Wiwitan, Tradisi memulai panen di Kelompok Sanggrahan II, Munthuk, Dlingo, Bantul

 
Dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keinginan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dusun Sanggrahan II, Munthuk, Dlingo Bantul dengan kebulatan niat dan tekad yang kuat mendirikan Kelompok Tani yang dinamakan Sido Makmur pada tahun 1996. Sido Makmur yang berarti adalah harapan kelompok tani untuk menjadi makmur tidak kekurangan pangan dalam istilah jawa Gemah Ripah Loh Jinawi. Dengan motor penggerak Ibu-ibu wanita tani kelompok ini melaksanakan Kegiatan SLPTT padi hibrida mulai tahun 2008 dengan varietas intani, SL tahun 2009 dengan varietas intani, SL tahun 2010 dengan varietas SL 8 dan pada SL tahun 2012 dengan varietas DEVGEN. 
 
Kegiatan SL di kelompok ini didahului dengan tahap pertemuan persiapan yang meliputi; Penentuan lokasi, Pemilihan peserta, Penyusunan materi dan Kontrak Belajar, dilanjutkan tahap pembekalan yang dilaksanakan 3 kali meliputi; pupuk berimbang, jarak tanam dan ekologi tanah. Selanjutnya pertemuan ke-4 sampai dengan pertemuan ke-10 yang meliputi budidaya, pengamatan harian oleh anggota SL dan analisa pengamatan, kegiatan ini ditutup dengan panen raya. Menurut anggota kelompok telah banyak perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku setelah mengikuti kegiatan SLPTT. Misalnya; pada Perencanaan lahan yang sebelum SL waktu dan pola tanam ditentukan sendiri-sendiri maka setelah SL waktu dan pola tanam berdasar keputusan kelompok bersama petugas. Pada pemilihan benih sebelum SL belum menyeleksi benih yang unggul dan berkualitas tetapi setelah SL benih diseleksi dengan mempertimbangkan kesehatan, potensi produksi, Ketahanan terhadap OPT dan perlakuan dengan PGPR. Pada pemupukan sebelum SL pemberian pupuk berdasarkan kebiasan dan mengandalkan pupuk kimia maka setelah SL pemberian pupuk berdasarkan kebutuhan tanaman dan pupuk organik sebagai andalan, dan beberapa teknologi anjuran yang berhasil diterapkan oleh kelompok ini.

Di tengah keterbatasan akses tranportasi yang cukup sulit menuju lokasi persawahan, dengan dimotori ibu-ibu kelompok wanita tani berhasil menyelenggarakan panen raya yang turut mengundang Kepala BKPP DIY, Kepala Dinas Pertanian DIY, Kepala BPTP DIY, Kepala Dispertahut Bantul, Kepala BKP3 Bantul, pejabat kecamatan dan desa setempat serta stake holder terkait. Panen raya ini dilaksanakan dengan tetap menjunjung kearifan lokal yaitu dengan tradisi mengawali panen dengan wiwitan. Pada musim tanam ini kelompok menanam padi hibrida varietas DEVGAN, dan dari hasil ubinan panen mendapat hasil provitas rata-rata kelompok mencapai 9,36 ton/Ha, hasil ini merupakan yang tertinggi daripada hasil panen di tahun-tahun sebelum.

Hujan Panjang, Produksi Kayu Putih Berkurang


Dlingo : Harianjogja.:Perubahan cuaca tahun ini berdampak pada nasib petani petik kayu manis Sido Rukun Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo. Mereka pesimistis bisa memenuhi target panenan lantaran musim hujan yang lebih lama dibanding kemarau.

Hasil panenan mereka adalah bahan mentah minyak kayu putih. Tahun ini bahan mentah ditarget terpenuhi 120 ton untuk luas hutan negara 136 hektar. “Hasilnya kurang begitu bagus karena cuaca seperti ini. Tiap ikatan hasil petikan kayu putih beratnya sudah terasa berkurang,” kata Painten anggota kelompok tani Sido Rukun asal Loh Putih, Jatimulyo kepada Harian Jogja, belum lama ini.

Mandor hutan negara kayu putih blok Dodogan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY, Urip Sutopo membenarkan penurunan produksi kayu putih tahun ini. Menurut dia produksi kayu putih hutan negara cukup terganggu dengan hujan yang panjang. Tak hanya itu, kabanyakan air hujan juga berakibat pada turunnya kualitas tanaman kayu putih.

Urip menambahkan, dalam proses pengolahan, daun kayu putih yang mengalami musim hujan lama mengakibatkan volumen kandungan minyak berkurang. Walhasil, produksi turun. Lebih lanjut Urip menjelaskan upah tenaga kelompok tani hutan Jatimulyo sudah diperhitungkan oleh Dishutbun.

Setiap 1 ton panenan, petani mendapat upah sebesar Rp65.000 atau setara dengan Rp 65 per kilogram hasil panen. Petani Jatimulyo memetik kayu putih enam bulan sekali. Hasilnya dikirim ke perusahaan penyulingan Pokoh untuk diolah menjadi minyak kayu putih.