Bunuh Diri Guru TK Gubukrubuh asal Dlingo Masih Misterius

Dlingo : sorotgunungkidul.com ; Kematian Suwarni (32) Guru TK RA Gubukrubuh yang merupakan warga RT03/ RW 20, dusun Rejosari, Jatimulyo, Dlingo, Bantul masih menimbulkan tanya besar bagi orang yang mengenalnya. Banyak tetangga dan kerabat korban tidak percaya Suwarni bakal nekat mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis yakni menjatuhkan dirinya pada derasnya Sungai Oya, Jumat (14/6/2013).

Suwarni adalah istri Jamal warga RT 14/05, Getas, Getas, Playen, Gunungkidul. Jenazahnya ditemukan mengambang di Sungai Oya tepatnya dusun Kebosungu, Dlingo, Bantul, Minggu pagi (16/6/2013) oleh pencari ikan. Hingga saat ini belum ada titik terang penyebab pasti ibu tiga anak tersebut nekad bunuh diri.

Menurut informasi yang berhasil di himpun dari beberapa warga RT03/ RW20, dusun Rejosari, Jatimulyo, Dlingo, Bantul, sebelum jenazah korban di temukan mengambang, Suwarni diduga tengah mengalami tekanan jiwa yang cukup berat. "Jumat sehabis jumatan tetangga saya masih melihat Suwarni jalan ke arah timur,(arah sungai Oya), sejak saat itu keluarga bingung, warga pun kemudian mencari keberadaanya hingga kepenjuru desa," terang Budi, Selasa (18/6/2013).

Warga Dlingo terus melakukan pencarian namun tak kunjung di temukan, wargapun terus mencari hingga akhirnya jasad korban ditemukan mengambang, "Jenazahnya ditemukan oleh pencari ikan Minggu (16/6/2013) pagi, diduga Suwarni nekat bunuh diri dengan cara terjun dari jembatan Getas," tambahnya.

Dihimpun dari kabar yang beredar di masyarakat Getas, Suwarni nekad mengakhiri hidupnya lantaran depresi berat akibat melihat suaminya berselingkuh dengan ibu kandungnya sendiri. "Suwarni kan baru sekitar satu minggu melahirkan, menurut kabar yang beredar suami Suwarni tega berselingkuh dengan mertuanya, karena Suwarni tidak dapat melayani nafkah batin. Ya gimana Mas, baru seminggu melahirkan kok sudah diajak gituan," papar salah seorang warga yang enggan disebut namanya.

Kejadian ini selanjutnya ditangani oleh Polsek Dlingo, Jenazah korban telah dimakamkan di pemakaman desa setempat Minggu (16/6/2013) Hingga berita ini di langsir keluarga Suwarni belum bisa di mintai keterangan karena masih shock

WARGA TEMUWUH DLINGO DUKUNG IDHAM

Dlingo : KRjogja.com : Dukungan beragam elemen masyarakat Bantul terhadap Drs Idham Samawi maju sebagai anggota DPR RI terus mengalir. Setelah sebelumnya dari kalangan petani, Selasa (18/6) siang, puluhan warga dari berbagai elemen di Desa Temuwuh Dlingo Bantul memberikan dukungan pencalonan Drs Idham Samawi maju di kancah nasional. Mereka terdiri dari masyarakat petani, pengusaha kayu, pedagang dan tokoh masyarakat.

Salah satu perwakilan, Bambang Sutopo ditemui di Trirenggo Bantul menegaskan, tekadnya mendukung Drs HM Idham Samawi maju sebagai anggota DPR RI banyak alasannya. Salah satunya, kegigihannya memperjuangkan masyarakat kecil di pedesaan. Selain itu kata Bambang, sebagai pemimpin Idham Samawi mampu menciptakan rasa tentram di kalangan masyarakat bawah. "Kami di Dlingo pernah merasakan bagaimana kebijakan Pak Idham waktu menjabat bupati, itu yang tidak bisa kamu lupakan," ujar Bambang.

Faktor lainnya adalah, Idham Samawi dinilai sangat memperhatikan masyarakat kecil, mulai dari petani, pedagang hingga pekerja di berbagai pekerjaan. Menurutnya sosok Idham yang bisa 'nguwongke' dan peduli wong cilik menjadi salah satu karakter wakil rakyat yang didambakan. "Pak Idham itu orang entengan, diundang pasti datang, meski yang mengundang rakyat kecil sekalipun," ujarnya. Dijelaskan, peran sentral Idham Samawi di masyarakat tidak perlu diragukan, terutama perhatiannya terjadap berbagai macam sektor.

Sementara Idham Samawi mengatakan, dukungan dari berbagai elemen masyarakat tersebut merupakan amanah. Idham juga berharap pesta demokrasi merupakan pesta rakyat untuk menentukan wakilnya. Tetapi jika proses pemilihan selesai, diharapkan masyarakat juga kembali hidup bersama berdampingan seperti sedia kala.

Distribusi 100 Paket Sekolah ke Dlingo untuk Panti Asuhan Tunas Harapan

Dlingo : PKPU : PKPU Yogyakarta lakukan aksi “Serbu Sekolah” di Panti Asuhan Tunas Harapan, yang berlokasi di Rejosari 120, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Tidak perlu khawatir dengan aksi Serbu Sekolah ini, karena tidak ada senjata ataupun kekerasan. kegiatan Serbu Sekolah kali ini merupakan program PKPU cabang Yogyakarta bekerjasama dengan PT Indosat sebagai bentuk keperdulian untuk para siswa sekolah yang kurang mampu untuk menyambut tahun ajaran baru 2013/2014.

Pada acara tersebut, PT Indosat melalui PKPU Yogyakarta mendistribusikan 100 paket alat sekolah untuk siswa siswi Panti Asuhan Tunas Harapan dan warga sekitar. Isi paket antara lain sebuah tas, satu pack buku, buku iqro, tempat pencil, pulpen, penggaris, dua buah pencil, sebuah rautan dan penghapus.

Kegiatan dimulai pada pukul 15.10 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Rangkaian acara diawali dengan shalat ashar berjamaah di kompleks Panti Asuhan, dilanjutkan pembukaan, tilawah dari anak asuh, penyerahan 100 paket alat sekolah, doa serta penutup.

Kegiatan distribusi dihadiri pengurus Panti Asuhan Tunas Harapan, Bapak Tugiyanto, tim PKPU Yogyakarta, diwakili Akhta Suendra, Afik Purwandhika, dan Sugeng Wahyudi, 25 siswa anak panti asuhan, para siswa serta orangtua warga kurang mampu (dhuafa) dari warga sekitar panti. Program ‘Serbu Sekolah’ ini berlangsung meriah meskipun diwarnai dengan hujan deras yang mengguyur lokasi distribusi.

Tinggalkan Rumah, Suwarni Dlingo Ditemukan Tewas

DLINGO : KRjogja.com: Ny Suwarni (25), seorang ibu rumah tangga (IRT), warga Rejosari, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Bantul ditemukan tewas tersangkut pada batu di aliran Sungai Oya Dusun Kebosungu, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Bantul, Minggu (16/06/2013). Korban ditemukan tiga hari setelah meninggalkan rumah Jumat (14/06/2013) pagi lalu.

Kematian korban tersebut cukup mengagetkan lantaran ketika meninggalkan rumah, Jumat kemarin. Korban baru sekitar 10 hari pasca melahirkan putra ketiganya. Informasi di lokasi kejadian menyebutkan, korban selama ini termasuk pendiam. Bahkan dalam kesehariannya, korban berprofesi sebagai pengajar TK Gubuk Rubuh, Wonosari, Gunungkidul.

Sebelum ditemukan ratusan warga berupaya melakukan pencarian sejak Jumat malam. Bahkan semua pelosok hutan dicari, namun tiada hasil. Jenazah korban pertama kali ditemukan oleh pencari ikan di Sungai Oya Dusun Kebosungu Desa Dlingo Kecamatan Dlingo Bantul atau sekitar tujuh kilometer dari rumah duka.

Warga kemudian melakukan evakuasi korban untuk dibawa ke perkampungan warga. Namun karena medan yang cukup berat sehingga membutuhkan orang dalam jumlah banyak. Kapolsek Dlingo AKP Suparmin mengatakan, lokasi penemuan dengan permukiman warga terdekat sekitar 3 kilometer. Sehingga proses evakuasi memakan waktu cukup lama.

Jenazah korban kemudian dibawa ke rumah duka untuk segera dimakamkan. Sedang Heru Sarjono, mengatakan, sebelum meninggalkan rumah korban baru saja melahirkan putra ketiganya. Namun sejauh ini belum diketahui secara pasti pemicu tindakan nekat dari korban. "Kemungkinan ada masalah keluarga, tetapi secara pasti jelas kami tidak mengetahui," ujar Heru.

Kejari dalami kasus korupsi dana gempa Dlingo

Dlingo :jogja.antaranews.com: Kejaksaan Negeri Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih mendalami dugaan kasus korupsi dana rekonstruksi korban gempa 2006 di pedukuhan Pakis, Desa Dlingo, yang melibatkan perangkat dusun setempat. "Laporan warga terkait kasus di Pakis sudah kami tindaklanjuti, belum lama ini dua orang warga sudah datang ke Kejasaan Negeri (Kejari) untuk kami mintai keterangan," kata Kepala Seksi (Kasi) Intel Kejari Bantul, Putro Haryanto di Bantul, Senin.

Menurut dia, beberapa waktu lalu Kejari Bantul kedatangan sejumlah warga pedukuhan Pakis, Desa Dlingo untuk melaporkan adanya dugaan korupsi dana rekonstruksi korban gempa di daerah itu dengan modus pemotongan dana. "Belum ada saksi terkait kasus ini, karena ini baru dalam tahap klarifikasi dan belum masuk tahap penyelidikan, kami masih mengkaji kebenaran adanya dugaan itu, sehingga kami belum bisa menyimpulkan," katanya.

Ia mengatakan, untuk menyimpulkan dugaan tindak pidana korupsi pihaknya masih memerlukan tambahan data termasuk meminta keterangan lagi terhadap sejumlah warga yang merasa menjadi korban pemotongan dana korban gempa. "Dua orang yang kami mintai keterangan masih belum cukup, sehingga kami perlu meminta keterangan sejumlah warga yang menjadi saksi maupun korban dalam kasus itu, paling tidak minta keterangan lima warga," katanya.

Ditanya mengenai adanya dugaan keterlibatan Kepala Desa Dlingo Junaedi yang saat ini ditangani karena dugaan korupsi dana gempa di Desa Dilngo, menurut dia Kejari masih mengumpulkan berkas dan menunggu keterangan warga lainnya. "Makanya kami "follow up" apa kasus ini termasuk kasus yang melibatkan Kepala Desa Dlingo, Junaidi yang sedang kami tangani apa kasus sendiri. Namun sebisa mungkin kami berupaya ada pengembalian kerugian negara," katanya.

Dugaan kasus korupsi itu dilaporkan Giyanto warga pedukuhan Pakis, Dlingo dengan modus pemotongan dana korban gempa yang rumahnya rusak ringan dan sedang yang diduga merugikan keuangan negara sebesar Rp200 juta. Di Dusun Pakis I dan II ada sebanyak 143 kepala keluarga (KK) yang dipotong masing-masing sebesar Rp1,3 juta atau totalnya sebesar Rp185 juta lebih, sementara 17 KK lainnya dipotong hingga Rp3 juta atau totalnya mencapai Rp51 juta.

Menurut Giyanto, dugaan korupsi di desanya bukan kali ini saja yang dilaporkan, karena kasus sebelumnya yang menyeret mantan Kepala Desa Juni Junaidi dengan dugaan kerugian sebesar Rp1,6 miliar dan dirinyalah yang awalnya melaporkan.

Pemkab Ingatkan Desa Dlingo Serahkan Permohonan Pencairan ADD

Dlingo : jogja.antaranews.com : Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengingatkan kepada pemerintah desa untuk segera menyerahkan permohonan pencairan alokasi dana desa termin kedua Tahun Anggaran 2013.

"Desa diharapkan segera menyerahkan permohonan pencairan alokasi dana desa (ADD), jika tidak ADD termin kedua terancam hangus bila desa sampai akhir Juni belum menyerahkan," kata Kepala Bagian Pemerintahan Desa (Pemdes) Setda Bantul, Sigit Widodo, Rabu. Menurut dia, pihaknya mengklaim kebijakan tersebut muncul bukan karena temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait ADD, namun untuk lebih memastikan dan membiasakan pemerintah desa melakukan tertib administrasi.

"Kebijakan ini akan berlaku pada pencairan termin kedua pada 2013 untuk semua desa yang berjumlah 75 desa, karena memang aturannya baru keluar setelah pencairan ADD termin pertama," katanya. Menurut dia, selain itu kebijakan tersebut tidak lepas dari pemberian penghargaan bagi desa yang tertib administrasi dan sebaliknya sanksi bagi desa yang dinilai tidak tertib administrasi.

"Pada 2012 lalu terdapat enam desa yang mendapat tambahan ADD karena tertib administrasi. Namun di sisi lain terdapat 16 desa yang mendapat pengurangan ADD karena tidak tertib administrasi," katanya. Lurah Desa Dlingo, Bantul Bahrun Wardoyo mengatakan lambatnya penyampaian laporan dari masyarakat pengguna ADD menjadi kendala utama penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebagai syarat pengajuan pencairan ADD.

Menurut dia, kondisi tersebut menyebabkan pemerintah desa Dlingo belum menyelesaikan penyusunan APBDes tahun 2011 dan 2012, dan sebagai lurah baru dirinya mengaku hanya menerima warisan masalah dari lurah sebelumnya. "Meski cukup berat untuk, namun kami akan berupaya untuk menyelesaikan secepatnya, karena ADD sangat penting dalam pembangunan desa dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat," katanya.

REOG GALIH JATI SARI Dodogan, Jatimulyo, Dlingo, Bantul

Dlingo : Jatimulyo

Dlingo Bantul Ikuti Lomba Kelompok Tani Berprestasi 2013

Dlingo : Plaza Informasi : Lomba intensifikasi komoditas tanaman pangan yang diadakan rutin setiap tahun oleh Dinas Pertanian DIY dimaksudkan untuk menjaring dan memotivasi kelompok-kelompok tani di DIY untuk berprestasi dalam pengembangan intensifikasi budidaya tanaman pangan khususnya padi, kedelai dan jagung.

Tahun 2013 ini sebagai wakil dari Kabupaten Bantul adalah kelompok tani Kismo Mudo Rejosari, Terong, Dlingo untuk lomba intensifikasi jagung. Penilaian dilakukan 14 Mei, 15 Mei dan 21 Mei yang lalu dengan tim penilai lomba terdiri dari Diperta DIY, BPSB, BPS, BPTP dan unsur terkait lainnya. Dipertahut dalam hal ini bertugas mempersiapkan dan mendampingi lomba bekerjasama dengan mantra tani, penyuluh, lurah dan camat. Penilaian lomba yang dilakukan meliputi sisi intensifikasi yang terdiri dari aspek ekonomi, teknis, sosial, administrasi, bidang kemitraan dan bidang pembinaan oleh aparat.

Tahun 2012 yang lalu Kabupaten Bantul berhasil meraih Juara III tingkat nasional  lomba intensifikasi jagung kelompok tani Suko Lestari, Dodokan, Jatimulyo, Dlingo berhasil meraih juara II tingkat propinsi.

Prestasi Desa Terong

Dlingo : Kulon Progo.go.id : Juara harapan I diraih oleh Kelompok KB Pria Pria Perkasa dari Pedukuhan Sendangsari, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul dengan total nilai 56, dan juara harapan II dicapai oleh Kelompok KB Pria Desa Karangsari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul dengan total nilai 55.

Ditambahkan oleh Sunaryo, dengan kemenangannya itu, Kelompok KB Pria Kokoh berhak mewakili DIY dalam lomba serupa di tingkat nasional yang menurut informasi akan dilakukan melalui kunjungan lapangan langsung ke kelompok. Sehubungan dengan hal itu, Kelompok KB Pria yang diketuai oleh Bapak Paiman saat ini sedang melakukan berbagai persiapan menghadapi kunjungan lapangan tersebut.
 
Keputusan ini berdasarkan hasil penilaian dokumen profil kelompok KB Pria oleh Tim Penilai dan diberitahukan kepada kepala SKPD KB Kabupaten/Kota melalui Surat Ka Perwakilan BKKBN DIY No 1195/KB.203/J3/2013 tertanggal 27 Mei 2013 tentang Pemberitahuan Pemenang Lomba Kelompok KB Pria Tingkat Provinsi Tahun 2013.

JALAN RUSAK : Jalan Pleret-Dlingo Rusak, Warga Berharap Ada Perbaikan

Dlingo : Radar Bantul : Jalan utama yang menghubungkan Kecamatan Pleret dengan Dlingo, tepatnya di Dusun Clegukan, Desa Wonolelo, Pleret mengalami kerusakan cukup parah. Dalam kondisi hujan, jalan sepanjang hampir 3 kilometer ini mengancam keselamatan pengguna jalan.

Warga Wonolelo, Yati, 38, mengatakan keluhan kerusakan jalan sudah lama disampaikan warga.

“Sudah lama warga sini berharap jalan mendapat perbaikan. Tapi sampai saat ini belum terkabul,” katanya kepada Harian Jogja, Senin (3/6/2013).

Padahal, jalan tersebut sangat penting, karena warga di dua kecamatan tersebut menggunakannya sebagai jalur perdagangan maupun pekerjaan.

“Pada jam-jam tertentu jalan ini ramai pengendara yang mau berangkat atau pulang kerja,” tambah Agus Sulistyono tokoh pemuda di Pleret.

Ia berharap pemkab Bantul segera turun ke bawah untuk meninjau lokasi kerusakan, karena warga tidak mampu iuran untuk melakukan perbaikan jalan.