Study Tour Perdana Gema Angkasa


Dlingo : Apabila ditilik lebih seksama study tour juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 pasal 19, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan. 

Tentu saja semuanya harus dalam pantauan dan arahan pihak yang melakukan pembinaan, ya tapi ya sudahlah mereka lebih senang dan bisa memiliki rasa kebersamaan dari hal-hal seperti itu. minimal mereka tidak sedang merencanakan keburukan. lain kali mungkin bisa lebih terarah. 






Apabila ditilik lebih seksama study tour juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 pasal 19, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan. Tapi mengapa study tour sampai ramai dibicarakan oleh media cetak bandung sekarang? Karena dinilai telah terjadi perubahan makna study tour yang sebenarnya. Study tour yang seharusnya memiliki esensi utama sebagai pembelajaran malah mengalami pergeseran menjadi kegiatan rekreasi belaka. Study tour ialah satu metode pembelajaran dan sebagaimana metode pembelajaran umumnya harus ada strategi, cara pembelajaran serta evaluasi demi tercapainya kompetensi yang diharapkan akan didapatkan siswa setelah melalui prosesnya. Tapi adakah kesemua hal itu dalam prakteknya sekarang? Guru dan pihak sekolah sering kali terlena dan melupakan hal tersebut. Bahkan pemilihan objek study tournya juga seringlah meleset dari nilai pembelajaran yang seharusnya. Tidak lagi mengutamakan sekolah-sekolah lain, museum, tempat atau objek dengan nilai historis bersejarah atau tempat dimana bisa terjadi interaksi dan pembelajaran maksimal siswa terhadap alam. Tentu saja semuanya harus dalam pantauan dan arahan pihak sekolah dan guru yang ada. Jangan sampai yang terjadi hanyalah, bersenang-senang, sibuk berbelanja, foto-foto atau malah sekedar hura-hura. Selain itu, patut diingat bahwa study tour bukanlah suatu metode yang harus bin wajib untuk dilaksanakan. Study tour hanyalah suatu pilihan untuk melaksanakan pembelajaran dilapangan dan kalaupun dilaksanakan maka pihak sekolah harus merancang koordinasi yang baik mencakup proses dan hasil yang diharapkan. Memang study tour bisa meningkatkan keceriaan, nilai kekeluargaan, mempererat jalinan silaturahmi antara sekolah, guru dan siswa. Tapi sebagaimana esensi nilai yang terkandung dalam arti kata STUDY TOUR, maka perlulah dikaji, diawasi, dan dinilai. Apabila itu nilai-nilai tersebut sudah tidak ada, maka sudah sepantasnya study tour ditiadakan dan mengganti namanya dengan PLESIRAN semata.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/median/study-tour-belajar-atau-plesiran_550062c6813311cb60fa791d
Apabila ditilik lebih seksama study tour juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 pasal 19, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan. Tapi mengapa study tour sampai ramai dibicarakan oleh media cetak bandung sekarang? Karena dinilai telah terjadi perubahan makna study tour yang sebenarnya. Study tour yang seharusnya memiliki esensi utama sebagai pembelajaran malah mengalami pergeseran menjadi kegiatan rekreasi belaka. Study tour ialah satu metode pembelajaran dan sebagaimana metode pembelajaran umumnya harus ada strategi, cara pembelajaran serta evaluasi demi tercapainya kompetensi yang diharapkan akan didapatkan siswa setelah melalui prosesnya. Tapi adakah kesemua hal itu dalam prakteknya sekarang? Guru dan pihak sekolah sering kali terlena dan melupakan hal tersebut. Bahkan pemilihan objek study tournya juga seringlah meleset dari nilai pembelajaran yang seharusnya. Tidak lagi mengutamakan sekolah-sekolah lain, museum, tempat atau objek dengan nilai historis bersejarah atau tempat dimana bisa terjadi interaksi dan pembelajaran maksimal siswa terhadap alam. Tentu saja semuanya harus dalam pantauan dan arahan pihak sekolah dan guru yang ada. Jangan sampai yang terjadi hanyalah, bersenang-senang, sibuk berbelanja, foto-foto atau malah sekedar hura-hura. Selain itu, patut diingat bahwa study tour bukanlah suatu metode yang harus bin wajib untuk dilaksanakan. Study tour hanyalah suatu pilihan untuk melaksanakan pembelajaran dilapangan dan kalaupun dilaksanakan maka pihak sekolah harus merancang koordinasi yang baik mencakup proses dan hasil yang diharapkan. Memang study tour bisa meningkatkan keceriaan, nilai kekeluargaan, mempererat jalinan silaturahmi antara sekolah, guru dan siswa. Tapi sebagaimana esensi nilai yang terkandung dalam arti kata STUDY TOUR, maka perlulah dikaji, diawasi, dan dinilai. Apabila itu nilai-nilai tersebut sudah tidak ada, maka sudah sepantasnya study tour ditiadakan dan mengganti namanya dengan PLESIRAN semata.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/median/study-tour-belajar-atau-plesiran_550062c6813311cb60fa791d

4 Pejudi di Tengah Hutan Perbatasan Dlingo - Playen Dibekuk Polisi


Dlingo : KrJogja : Empat tersangka judi domino di tengah Hutan Getas Kecamatan Playen, Gunungkidul dibekuk Polisi Sektor Playen Minggu (25/9) petang. Dari tangan para tersangka tersebut polisi berhasil menyita uang taruhan sebesar Rp 500 ribu serta kartu domino.

“Keempat tersangka yang diringkus tersebut Slm (40), Sup (35), Muh (60) seluruhnya warga Dlingo,Bantul dan Syt (35) warga Desa Getas Kecamatan Playen. Terbongkarnya aksi perjudian di tengah hutan itu bermula dari laporan pencari kayu bakar yang mendapati keempat tersangka itu hampir tiap hari melakukan perjudian di tengah hutan Getas yang merupakan perbatasan antara Gunungkidul dengan Bantul,” ujar Kapolres Gunungkidul AKBP Asep Nalaludin SIK MSi  Minggu (25/9) malam.

Begitu menerima laporan masyarakat, jajaran Polsek Playen langsung melakukan pengintaian dan mendapati ke empat tersangka itu sedang asyik bermain judi. Seketika itu juga mereka digrebek dan dilakukan penangkapan. Meskipun ada dua pelaku berusaha melarikan diri tetapi akhirnya menyerah dan kini menjalani proses hukum di Polsek Playen.

“Keempat tersangka sudah kami amankan dan kini sudah menjalani proses hukum. Mereka kita jerat dengan pasal 303 KUHP dalam tindak pidana perjudian,” imbuh Kapolres AKBP Asep Nalaludin SIK MSi.

Dua Pencuri Pohon Langka Cendana Wangi di Tangkap Polisi

Dlingo : KRjogja : Dua tersangka pencuri pohon langka Santalum album (cendana wangi) di Hutan Wanagama milik Universitas Gajah Mada (UGM) di petak 17, Playen, Gunungkidul dibekuk Polisi, Kamis (29/9) petang. Kedua tersangka tersebut yakni Mar (24) dan Ded (16) keduanya warga Banyuurip, Dlingo, Bantul, kini sudah menjalani proses hukum Polsek Playen Gunungkidul.

Aksi pencurian tersebut pertama kali diketahui Sukardiyono, penjaga hutan yang sedang melakukan patroli melihat kedua tersangka melakukan aksi penebangan pohon cendana. “Kedua tersangka langsung kami tangkap dan diserahkan ke Polsek Playen untuk diproses,” ujarnya kepada petugas kepolisian.

Hingga saat ini kedua tersangka masih dalam proses pemeriksaan polisi. Tetapi berdasarkan hasil pengecekan di lokasi hutan terdapat 9 pohon langka termasuk jenis cendana raib ditebang pencuri. Kapolsek Playen, AKP Sudaryana ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut dan polisi kini sudah menahan kedua tersangka untuk diproses hukum. “Kasus ini telah kami tangani,” tegasnya.

Warga Desa Terong Dlingo - Pucung Wukirsari Berdamai

Dlingo : Dua Pihak antara Desa Terong dengan Desa Wukirsari sepakat mengakhiri pertikaian dan kubu perusak yaitu warga Wukirsari sanggup mengganti kerusakan. Kesepakatan damai dituangkan dalam surat bermetrai. Bahkan MUSPIKA Kecamatan Dlingo dipimpin camatnya menggelar pertemuan dengan MUSPIKA Imogiri di sebuah rumah makan di jalan Parangtritis. Sudirman Lurah Desa Terong meyakini dan memastikan bahwa pasca ketegangan antara kedua belah pihak tidak akan berlanjut, lagi ketegangan yang lain karena antara Desa Terong dengan Desa Pucung selama ini belum dan tidak pernah ada permusuhan .

Sudirman menghimbau agar semua pihak tidak mempercayai isu penyerangan balik atau yang bersifat provokatif. informasi resmi terkait dengan ketegangan yang terjjadi hanya keluar melalui lembaga desa , Muspika, atau tokoh perwakilan dari masing-masing desa yang bersitegang. 

Sementara itu Lurah Desa Wukirsari Bayu Bintoro bersepakat sebagaimana yang telah di tuangkan dalam kesepakatan bahwa pihaknya bersedia untuk memberikan ganti rugi atas kerusakan yang dilakukan warganya terhadap warga desa Terong.

Camat Dlingo juga menegaskan bahwa dua kubu sudah bersepakat damai dan mengakhiri pertikaian, sehingga diharapkan masing-masing warga tidak lagi punya dendam, di kuatkan oleh Kapolsek Dlingo bahwa masalah perusakan sudah selesai dan sanggup di selesaikan secara kekeluargaan, dari pihak Pucung sanggup memperbaiki kerusakan yang sudah di perbuat dengan harga yang sepadan.

Warga Pucung Nuntut Polsek Dlingo, Warga Terong Jadi Sasaran

Dlingo : Selasa 27/09/2011 Tawuran antarwarga hampir saja terjadi di Kecamatan Dlingo kemarin. Ratusan warga Pucung, Wukirsari, Kecamatan Imogiri nyaris saja terlibat bentrok dengan warga Desa Terong, Dlingo. Beruntung kejadian ini bisa diantisipasi aparat kepolisian. Kejadian ini bermula ketika sedikitnya 300 warga Pucung melakukan konvoi menuju Mapolsek Dlingo. Mereka berencana mendesak Polsek Dlingo menangkap pelaku penganiayaan saat konser musik dangdut di Desa Munthuk beberapa waktu lalu diusut.

Namun,sangat disayangkan, rombongan massa tersebut justru melakukan perusakan saat memasuki wilayah Terong. Sebuah rumah milik Ny Sumiyem, warga Rejosari RT 05,Terong dilempari batu sehingga kaca depan rumah pecah. Tidak hanya itu,sebuah kendaraan yang diparkir di dekat rumah tersebut tidak luput dari amuk massa.Suzuki Carry AB 9016H milik Daryanto,warga Ngenep,Terong juga dipecah bagian kacanya.

Aksi massa ini belum berakhir, Sugiran, 40, warga Dusun Rejosari RT 03,Terong juga dipukuli massa sesaat sebelum rombongan konvoi sampai di Mapolsek Dlingo. ”Warga Terong, Dlingo bereaksi. Mereka sudah berkumpul dan konvoi untuk mengejar massa yang merusak rumah warga Terong.  Namun, berhasil kita halau di Desa Mangunan.

Sebelumnya, ratusan warga Pucung Wukirsari sempat menyampaikan aspirasi terkait penganiayaan yang menimpa Yanto, 27, saat konser dangdut di Desa Munthuk. Mereka warga Wukirsari datang ke Dlingo untuk meminta sikap tegas Polsek. Sanggup tidak mengadili pelaku. Saat ini, Polsek terus menelusuri kasus penganiayaan ini.

Jalur Cino Mati (Terong, Dlingo) - Pleret, Rawan Kejahatan

Dlingo  : Jalur Cino Mati di kawasan Desa Terong Kecamatan Dlingo merupakan salah satu jalur akses dari Kecamatan Dlingo Menuju Yogyakarta melewati Kecamatan Pleret. Jalur ini terkenal dengan tanjakan yang curam dengan kemiringan tebing curam. Namun Jalur ini menjadi jalur faforit warga Kecamatan Dlingo, dikarenakan melalui jalur ini perjalanan ke Yogyakarta cukup dengan memakan waktu sekitar 30 - 40 menit.

Namun sebulan terakir terjadi kejadian-kejadian yang megkhawatirkan bagi para pengguna jalur jalan cino mati. beberapa waktu lalu seorang guru di cegat  dua orang bermotor tak dikenal, namun karena ada mobil yang melintas kemudian kedua motor tersebut melarikan diri. kejadian berikutnya menimpa carik desa Terong saat akan menuju Giwangan Yogya, juga di cegat oleh dua orang dengan kendaraan bermotor yang juga tidak di kenal. Beberapa hari yang lalu Penulis juga melintas di jalur Cino Mati pada sekitar jam 21.00 WIB dan di pepet oleh kendaraan yang juga berusaha melakukan kejahatan, namun karena ada truk lewat maka orang tidak di kenal tersebut melarikan diri.

Akhir-akhir ini telah terjadi serangkaian peristiwa percobaan kejahatan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab di jalur tersebut. Masih banyak lagi kejadian-kejadian yang sudah menimpa warga Dlingo di jalur tersebut. Jalur tersebut juga di indikasikan menjadi tempat faforit pasangan muda untuk berbuat mesum, dan minum-minuman keras.  Jalan yang relatif sepi dan jauh dari rumah penduduk serta tidak adanya penerangan jalan membuat jalur tersebut menjadi lahan yang empuk bagi para pelaku kejahatan. 

Harapan Warga Dlingo pada umumnya adalah agar Pemerintah membangun pos keamanan di tiga titik pada jalur Cino Mati tersebut. Titik pertama di lokasi paling bawah di sekitar Kampung, lokasi di tengah diujung tanjakan cino mati dan di paling atas berada di sekitar padukuhan kebokuning desa Terong. kebutuhan pos keamanan tersebut sangat diperlukan warga, karena jalur tersebut menjadi jalur vital bagi perekonomian warga Dlingo. Penerangan listrik, rambu-rambu lalu lintas serta pembatas besi untuk pengaman tebing merupakan kebutuhan mendesak saat ini. karena sudah 4 kali kejadian motor dan mobil masuk jurang di kawasan ini.

Harga Jahe di Pasaran Melambung, Warga Dlingo Tidak Binggung


Dlingo : Kr.Jogja: Melambungnya harga jahe sejak awal Ramadan lalu menimbulkan kepanikan di kalangan penjual ramuan jamu tradisional serta pedagang minuman wedang uwuh. Selain harganya mahal, barang tersebut juga sangat sulit ditemukan di pasaran.

Andaikata ada, jumlahnya sangat terbatas. Sementara Kecamatan Dlingo yang selama ini menjadi sentra pengembangan tanaman obat itu kini menurun produksinya. Eko Suciati pedagang wedang uwuh di Pundong Kecamatan Imogiri mengatakan, kenaikan harga jahe sudah di luar kewajaran. Sebelum Ramadan lalu harga pada kisaran Rp 18 ribu per kilogram.

Memasuki Ramadan naik lagi menjadi Rp 23 ribu per kilogram. Bahkan selepas Ramadan harga per kilogram menyentuh Rp 50 ribu. "Masing-masing penjual memang tidak menentukan harga, tetapi selisihnya tidak banyak," ujar Eko di Bantul.  Sedang Ny Suyadi pengembang tanaman jahe di Dusun Mangunan Desa Mangunan Dlingo Bantul menjelaskan, meski harga jahe setinggi langit. 

Namun pihaknya tidak bisa serta merta menjual secara besar-besaran. "Tidak mungkin kami jual semua, kami juga membutuhkan bibit musim tanam yang akan datang," jelasnya. Ny Suyadi mengungkapkan, luasan tanaman jahe sekarang ini memang tidak sebanyak sebelumnya. Terpisah Ketua Kelompok Tani Sumber Giri Dusun Kanigoro Dlingo Bantul, Wardani mengatakan, wilayahnya saat ini sudah tidak mengembangka tanaman jahe. Menurutnya tanaman ini sangat cocok di dataran tinggi. Tetapi lahan di wilayahnya sudah penuh dengan tanaman lainnya.

Pembinaan P2W-KSS di Desa Pakis dan Koripan Dlingo

Dlingo : PMD.Bantulkab : Untuk menghadapi Tim Evaluasi dari Propinsi DIY dalam rangka persiapan Lomba Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2W-KSS) pada tanggal 22 September 2011.Kantor PMD Kabupaten Bantul bersama Tim Pembina melaksanakan pembinaan di Desa Koripan dan Pakis Kecamatan Dlingo.

Kegiatan pembinaan di Desa Koripan dan Pakis dilaksanakan pada Rabu, 14 September 2011 sebagai kelanjutan dari pembinaan pada Kamis, 8 September 2011 di Balai Desa Dlingo. Kegiatan tersebut diikuti oleh Warga binaan P2W-KSS dan Kader, TP PKK tingkat Kecamatan & Desa, Tokoh masyarakat dari Desa Pakis dan Koripan Kecamatan Dlingo.

Bisnis Limbah Kayu Sono Keling Dan Mahoni Dari Dlingo

Dlingo : cessee.com : Salah satu industri kerajinan yang cukup terkenal dari Bantul adalah kerajinan kayu mahoni dan sono keling yang berasal dari daerah Dlingo. Suwardi merintis usaha Evia Craft sejak 1989 dan mulai mengembangkan ke pasar ekspor pada 2002. Usaha milik Suwardi ini mengolah kayu sonokeling dan mahoni menjadi berbagai macam kerajinan yang disukai konsumen lokal maupun luar negeri. Sampai saat ini, ratusan model telah diproduksi evia craft dengan memperhatikan selera dan perkembangan pasar. Evia craft mulai merambah pasar ekspor setelah bekerjasama dengan salah satu trading di Yogyakarta.

Produk evia craft telah mencapai puluhan jenis dengan berbagai macam model. Untuk lokal, evia craft memproduksi plakat piagam, dudukan piala, rekal, dan papan nama. Sedangkan untuk produk ekspor, evia craft memproduksi tempat lilin, kotak perhiasan, nampan, mangkok, piring, gelas, satu set teko, vas bunga dan tempat koran. Sono keling dan mahoni menjadi pilihan Suwardi karena serat dan warna kayu yang disukai konsumen luar negeri. Untuk memprrtahankan tampilan kayu, Suwardi menggunakan cat waterbase sehingga aman untuk produk peralatan makanan dan juga cat dengan campuran minyak.

Suwardi membeli bahan dari Dlingo berupa potongan-potongan kecil. Potongan tersebut didapat dari limbah mebel atau pemotongan sehingga harganya relatif lebih murah. Bahan kayu tersebut oleh suwardi dikombinasi dengan bahan lain yaitu kertas, bambu, rotan, fiber, kaca dan lain-lain menjadi produk bernilai jual tinggi. Produk evia craft untuk lokal mulai harga 35.000 hingga ratusan ribu sedangkan untuk produk ekspor mulai 15.000 hingga 250.000. Omset penjualan usaha ini perbulannya mencapai 30 – 35 juta dengan keuntungan 10%.

Pemasaran produk kayu ini untuk pasar lokal ke Jogja, Magelang, Semarang, Solo, Purwokerto, Bali, Jakarta dan Kalimantan. Suwardi juga memasarkan produknya bekerjasama dengan beberapa trading ke berbagai negara. Inggris, Amerika, Jepang, Jerman, Australia dan negara-negara di Asean rutin menjadi pasar ekspor dari evia craft. Menurut Suwardi, produk utuk ekspor tiap negara mempunyai standar kualitas masing-masing dimana Inggris memiliki standar tertinggi.

Proses produksi kerajinan ini melibatkan 14 tenaga kerja yang merupakan warga sekitar. Suwardi berharap usahanya ini menyerap lebih banyak tenaga kerja , namun terkendala keterbatasan peralatan dan kapasitas tenaga listrik. saat ini, dengan dibantu seluruh tenaga kerjanya evia craft menghabiskan kayu sekitar 15 kubik perbulan.

Warga Mangunan Geruduk PN Jogja

Dlingo : Harian Jogja :Ratusan warga Mangunan, Dlingo, Bantul memberikan dukungan kepada Jiyono dalam sidang pledoi lurah Mangunan tersebut di PN Kota Jogja. Sekitar 500 warga Mangunan yang menamakan diri sebagai forum masyarakat Mangunan memadati teras kantor Pengadilan Tipikor Kota Jogja. Mereka datang untuk memberikan dukungan kepada Jiyono Ihsan menghadapi persidangan tindak pidana korupsi dana rehabilitasi dan rekonstruksi bencana gempa bumi di Bantul.

Sesuai agenda persidangan, siang ini Jiyono dijadwalkan mengikuti agenda pledoi atas kasus yang disangkakan kepadanya pada tahun 2007 itu. Pada persidangan sebelumnya, Jiyono dituntut hukuman penjara selama tiga tahun atas kasusnya itu. Jiyono dinilai bersalah dalam melakukan pengelolaan dana rehab rekon pasca gempa di Bantul. Jaksa menilai negara menderita kerugian hingga Rp2,08 miliar atas kasusnya tersebut.

Ratusan warga juga melakukan orasi menuntut pembebasan lurah Jiyono. Sigit handoko warga Mangunan berujar, aksi warga itu dilakukan meyakini Jiyono lurahnya yang telah memimpin desa Mangunan selama delapan tahun ini tidak bersalah. "Kami meyakini kalau bapak (Jiyono) tidak bersalah, makanya kami memberikan dukungan supaya bapak dapat dibebaskan.

Off Roader Se-Jogja Adakan Syawalan Di Dlingo


Dlingo : mobil.otomotifnet.com : Suasana akrab dan kekeluargaan hadir di kebun buah Mangunan, Dlingo, Bantul,.Hari itu Jogjakarta Land Cruiser Club (JLCC) adakan syawalan sejumlah anggota 'turun gunung'. Sekalian pengukuhan pengurus periode 2010-2012 . Komunitas maniak jip ini sudah berusia 8 tahun, tepatnya berdiri sejak 18 Oktober 2002. Bisa disebut juga kalau JLCC menaungi banyak off-roader senior asal Kota Gudeg.

“Kami fokus kegiatannya seperti bakti sosial, keakraban dan dukung pariwisata Yogyakarta dengan bekerja sama dengan IOF pengda Yogyakarta dan rekan klub jip lain," ujar Bremono, ketum baru JLCC. Saat ini anggota JLCC ada sekitar 92 orang. Sebagai penghangat saat acara syawalan, digelar kontes jip dengan 4 kelas; Standar (orisinal), Vintage (klasik), Custom (modifikasi), dan kelas bobrok.

Pemenangnya, untuk kelas Standar diperoleh Sunu, Vintage dicapai oleh Bremono, kelas Custom (modifikasi) dipegang oleh Idek. ,Satu lagi, kelas bobrok dimenangkan Anto. Sebetulnya jip Anto itu enggak bobrok, terlihat orisinal namun kondisinya beberapa bagian bodi terlihat kropos dan catnya kusam.

Supardiyanto Mangunan Adu Nasib Jual Selongsong Ketupat

Dlingo : KRjogja.com - Para pedagang selongsong ketupat di Pasar Giwangan, Kota Yogyakarta mengeluhkan penurunan pendapatan akibat banyaknya bermunculan pedagang serupa sehingga membuat persaingan maikin ketat.

Menurut Pedagang selongsongan ketupat, Supardiyanto menjelaskan pembeli tahun ini berkurang diandingkan tahun lalu dan munculnya pesaing baru.

"Setiap tahun, saya berjualan sejak H-2 sore hingga H-1 sore. Biasanya berjualan sehari semalam dapat sekitar Rp. 200 ribu. Tapi hingga saat ini baru dapat sekitar separuhnya. Kelihatannya bakal kurang dari pendapatan tahun lalu," ujarnya ketika diwawancara menjelang tengah hari ini (29/8).

Ia menjelaskan, seikat dagangan berisi 10 selongsongdijual Rp 3- 4.000. Setiap menjelang lebaran, pria asli Dlingo Bantul ini selalu menjual sekitar 500 selongsong ketupat, yang janurnya diperoleh dari kebun kelapa miliknya sendiri.

"Tahun ini saingannya bertambah, jadi pendapatan berkurang. Kalau nanti tidak habis dijual ya terpaksa dibuang, tidak masalah," pungkas pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh ini.

Sulut petasan di depan Polsek, 2 warga diamankan

Dlingo : Radar Jogja : Baharudin,16, dan Anom Subroto, 21, warga Kebosungu, Dlingo nekat bermain petasan di depan Mapolsek Dlingo. Gerah dengan perbuatan dua orang itu, polisi meringkusnya.

Baharudin dan Anom awalnya mondar- mandir dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Force AB 4358 VD di depan Mapolsek Dlingo. Sekitar pukul 18.45 WIB, tiba- tiba mereka berhenti dan menyalakan petasan berukuran besar lalu kabur.

Polisi lalu mengejarnya dan berhasil menangkap kedua pelaku tersebut. Dari tangan pelaku, polisi mengamankan 12 petasan berukuran besar dan satu ons bubuk mesiu yang rencananya akan digunakan membuat petasan sendiri.

Hingga berita ini diturunkan, sumber Harian Jogja mengatakan kedua pelaku hanya mendapatkan teguran dari polisi, sementara motor dan petasa.