KK Miskin Dlingo Masih Tertinggi...Hemmmm

BANTUL-Pemkab Bantul perlu bekerja ekstra keras untuk menyejahterakan warganya. Itu karena pada 2011 lalu BKK Bantul mencatat angka kemiskinan di Bantul masih cukup tinggi. Dari 258.294 jumlah kepala keluarga (KK), sebanyak 40.321 KK atau 15.61 persen di antaranya tergolong miskin.
 
Sedangkan jika dilihat dari sisi jumlah jiwa, penduduk miskin Bantul mencapai 127.479 jiwa dari total jumlah penduduk 848.608 orang. ’’KK miskin tertinggi ada di Kecamatan Dlingo sedangkan terendah di Kecamatan Bantul,” kata Asek Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Dr Suyoto di sela-sela acara BUMN Peduli di Kecamatan Bantul
 
Untuk mengangkat ekonomi warga tergolong miskin tersebut, pemkab Bantul sudah berupaya semaksimal mungkin melakukannya dengan membuat berbagai program. Dia menyebut seperti permodalan usaha dan pelatihan pemberdayaan. ’’Jadi tidak melulu diberi bantuan terus. Kami lebih mendorong warga miskin bangkit dengan memberikan pelatihan keterampilan dan permodalan,” tandas mantan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini.


ACARA ADAT PEMERSATU WARGA POKOH II DESA DLINGO

Dlingo : Setiap mengetikkan kata “Rasulan” di situs mesin pencari (search engine) Google, nama Kabupaten Gunungkidul banyak tampil pada halaman pertama hasil penelusuran.

“Padahal, Rasulan tidak hanya di Gunungkidul. Di Bantul pun masih ada yang melestarikannya,” kata Ketua Panitia Rasulan Dusun Pokoh II, Dlingo, Samirin. Sama halnya di Gunungkidul, tradisi Rasulan di Dusun Pokoh II juga digelar tiap tahun sebagai bentuk syukur para petani atas melimpahnya hasil panen.

Bedanya, tradisi Rasulan di Dusun Pokoh II tahun ini yang diselenggarakan selama sepekan, bukan sekadar perayaan syukuran saja. Menurut Samirin, Rasulan kali ini lebih ditekankan sebagai media pemersatu warga mengingat, acara tersebut digelar seusai pelaksanaan pemilihan lurah desa (pilurdes) Dlingo, Minggu (10/6) lalu.

“Memang sengaja untuk sarana netralisasi setelah perbedaan pilihan calon dalam pilurdes yang sukses diselenggarakan dua pekan silam,” terang Samirin. Bertepatan dengan perayaan tradisi tahunan itu, panitia Rasulan Dusun Pokoh II bermaksud meredam perbedaan sekaligus mempererat persatuan warga kembali pasca-pilurdes.

Samirin menjelaskan, sejak awal Rasulan, panitia telah menggelar bermacam perlombaan. Mulai dari lomba bola voli buta, gobaksodor, dan beraneka permainan tradisional lain. Pada puncaknya, kemarin, Rasulan ditutup dengan kirab budaya. Mengenakan pakaian adat Jawa dan berbagai kostum lain, ratusan warga mengarak gunungan hasil panen palawija keliling dusun.

Sunarto Dlingo, Membuat Bambu Bernilai Tinggi

Dlingo : Solopos : Siapa sangka kalau perabot rumah tangga dari anyaman bambu bisa diekspor ke luar negeri? Di tangan Sunarto, bambu menjadi sesuatu bernilai tinggi dan sampai ke luar negeri. Sunarto, perajin dari Dusun Karang Asem, Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabuaten Bantul memilih bambu untuk diolah menjadi barang bernilai tinggi.

“Saya memang berkeinginan memberi nilai tambah terhadap kerajinan bambu di sini. Kenapa kerajinan dari Kasongan bisa dikenal sampai ke luar negeri tapi produk di sini tidak?” katanya ketika Harian Jogja menyambangi rumah sekaligus workshop-nya di Karang Asem. Keluarga Sunarto sudah berkecimpung di dunia kerajinan bambu sejak lama. Ayahnya dulu pengepul produk-produk anyaman di daerahnya. Kalau dulu kerajinan bambu yang dihasilkan hanya berupa tampah, besek, atau perabot rumah tangga lainnya, maka sekarang produknya semakin beragam. Sunarto membuat box set (kotak penyimpan serba guna), tempat lilin, vas bunga, kap lampu dan keranjang berbagai bentuk.

Meneruskan usaha keluarga sejak 1998, Sunarto kemudian menitipkan hasil-hasil kerajinannya di perusahaan perdagangan (trading) di Jogja. Oleh perusahaan-perusahaan tersebut, produk-produknya dikirimkan ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Spanyol dan Inggris. Untuk pasar lokal, Sunarto hanya membuat perabot rumah tangga seperti tampah, besek, dan beberapa variasi keranjang serta box set. Barang-barang tersebut disebarkan ke Bandung, Surabaya, Lampung, serta Sulawesi.

Harga untuk lokal dan ekspor pun berbeda. Jika harga tampah biasa untuk lokal dijual seharga maksimal Rp10.000 per buah, maka untuk ekspor dilepas dengan harga tiga kali lipat. “Barang-barang untuk ekspor kualitasnya lebih bagus karena pengerjaannya lebih teliti dan desainnya lebih unik. Karena itu, rata-rata harganya tiga kali lebih tinggi dari yang lokal,” sebut Sunarto.

Tiap dua bulan, dia mengirimkan satu kontainer produk-produk kerajinannya ke berbagai negara. Itu setara dengan lima sampai tujuh ribu set kerajinan. Untuk tujuan lokal biasanya dikirimkan tiap dua minggu sampai satu bulan. Biasanya, para pengepul datang langsung ke Dlingo dengan membawa truk. Tiap pengepul bisa mengambil sekitar lima ribu set. Dengan pesanan yang terus datang, sekali pengiriman ke luar negeri Sunarto setidaknya bisa mendapatkan Rp200 juta.

Nominal yang didapat Sunarto cukup menggiurkan. Namun, apakah Sunarto juga menemui risiko dalam profesinya? Menurut dia, kalau pesanan sangat banyak, Sunarto menarik tenaga tambahan dari penduduk sekitarnya. “Jadi perajin banyak risikonya. Kalau pelanggan tidak suka dengan desain kita, mereka akan minta revisi. Biaya revisi hampir sama besarnya dengan biaya produksi,” tutur Sunarto. Jika barang rusak di jalan atau berjamur, imbasnya Sunarto memotong harga jual barang.

Bupati Bantul Lantik Lurah Dlingo; Jika Menyimpang, akan Kami Tindak Tegas

BUPATI Bantul Hj Sri Surya Widati tidak akan mentolerir jika Lurah Desa dalam melaksanakan tugasnya menyimpang dari aturan yang berlaku. Oleh karena itu untuk menghindarkan terjadinya penyimpangan, hendaknya lurah desa dalam melaksanakan tugasnya benar-benar mentaati aturan yang ditetapkan. Sekali lagi, jangan menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan, tegas Bupati Hj Sri Surya Widati.

Bupati Hj Sri Surya Widati menegaskan hal tersebut saat menyampaikan sambutannya seusai melantik dan mengambil sumpah Bahrun Wardoyo ( 39 tahun ) untuk menjabat Lurah Desa Dlingo Kecamatan Dlingo Bantul, Rabu ( 20/6 ) siang, di pendapa Kalurahan Dlingo Bantul. Hadir juga dalam kesempatan tersebut Sekda Drs H Riyantono Msi, Asek I Drs Misbakhul Munir, Ketua TP PKK Ny Hj Soemarno, Kadinas/instansi terkait dan Muspika Dlingo serta unsur DPRD Kabupaten Bantul.

Langkah tegas yang ditempuh Bupati Bantul jika Lurah Desa dalam melaksanakan tugasnya sampai menyimpang, menurut isteri Pak Idham ini, tentunya sesuai prosedur hukum yang berlaku. Sehingga pihaknya tidak akan gegabah dalam menentukan sikap, jika ternyata dijumpai penyimpangan yang dilakukan oleh oknum lurah desa di wilayah Kabupaten Bantul. Namun kami tidak menginginkan hal seperti ini terjadi. Oleh karena itu sekali lagi, berhati-hatilah dalam melaksanakan tugas, dan jangan sampai melanggar aturan yang berlaku, tambah Bupati Bantul.

Menurut Ketua BPD ( Badan Permusyawaratan Desa ) Kalurahan Dlingo Bantul, Muhammad Syamsul Malik, dilantik dan diambil sumpahnya oleh Bupati Bantul Hj Sri Surya Widati terhadap Bahrun Wardoyo tersebut karena yang bersangkutan berhasil memenangkan pemilihan calon lurah desa Dlingo periode tahun 2012-2018. Pillurah yang dilaksanakan belum lama ini tersebut diikuti tiga calon, masing-masing Hj Sri Purwantini dengan tanda gambar manggis, Bahrun Wardoyo ( blimbing ), dan Subardi ( pepaya ). Dalam akhir coblosan, Bahrun Wardoyo berhasil meraih suara paling unggul.

Pak Lasimin Pak Ashari dan Pak Fachori dari Ketangi Banyusoco Penyedia Jasa Rakit Penyeberangan Kebosungu Dlingo

Sungai Oyo yang membelah antara kabupaten Bantul dan Gunungkidul salah satunya memisahkan dusun Kebosungu dengan Banyusoco Playen. Bagi warga Kebosungu dan Pakis desa Dlingo kecamatan Dlingo Bantul yang menjadi pedagang di Pasar NGGoro Playen setiap pasaran harus menyeberangi sungai Oyo yang memisahkan dua desa tersebut.Begitu juga warga Banyusoco yang ingin ke Dlingo Bantul dan keYogyakarta dengan naik sepeda motor maka akan lebih cepat lewat Dlingo Bantul.

Belum ada jembatan penyeberangan di atas sungai Oyo yang menghubungkan desa Banyusoco dengan desa Dlingo Bnatul,sehingga untuk menyeberangi sungai tersebut maka penduduk sekitar menggunakan jasa Pak Fachori dan pak Ashari serta pak Lasimin.Bila kondisi dalam keadaan banjir maka bapak bertiga tersebut bersama-sama setiap pagi standby di dekat rakitnya untuk menyeberangkan penduduk yang akan ke Dlingo maupun yang akan ke Banyusoco.Tetapi bila dalam kondisi biasa dan tidak banjir maka cukup bergiliran setiap harinya karena arus sungainya yang tidak terlalu besar.

Tidak hanya orang dan barang yang diseberangkan tetapi juga sepeda motor para penduduk yang ingin menyeberang sungai tersebut.Pak Fachori dan pak Ashari tidak memasang tarif khusus bagi para pengguna jasa penyeberangan tersebut ,untuk penyeberangan satu orang saja kadang diberi seribu atau dua ribu rupiah tetapi bila dengan menyeberangkan sepeda motor maka kadang-kadang diberi lma ribu rupiah untuk sekali penyeberangan.

Salah satu anugrah Allah SWT kepada bapak Fachori adalah walaupun secara lahir hanya mengandalkan rezeki dari Allah SWT tetapi Maha Kuasanya Allah SWT salah satu anak sulungnya dari ke empat anaknya berhasil masuk Perguruan Tinggi.

Semoga usaha jasa penyeberangan rakit pak Fachori pak Ashari dan pak Lasimin selalu mendapatkan lindungan Allah SWT sehingga menjadi rezeki yang barokah serta dapat untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka bertiga.