Ika Sugiyarti Dlingo, Beraksi lagi lewat Kontes Dangdut KDI 2014 MNC TV

Sebanyak 36 kontestan telah berkumpul di Jakarta dan siap mengikuti seleksi berikutnya dalam Gerbang KDI 2014 yang diadakan pada Senin-Minggu, 21-27 April. Diantara mereka akan diambil 14 kontestan yang lolos untuk berlaga di Kontes KDI 2014 mulai Senin (28/4). Ke-36 kontestan tersebut merupakan hasil seleksi tahap audisi di enam kota yaitu di Makassar (29-30 Maret), Yogyakarta (29-30 Maret), Surabaya (30-31 Maret), Medan (12-13 April), Jakarta (12-13 April) dan Bandung (12-13 April).

 
 
Di setiap kota audisi telah dipilih masing-masing 6 wakil untuk maju ke tahap selanjutnya. Dari Yogyakarta diwakili oleh Syamsir Alamsyah, Yovita Ari Sanjaya, Fadli Sepcacito, Hana May, Nita Zuniarti dan Sheila Ayu Mustika. Makassar diwakili oleh Herawati, Irsyad, Irmayanti, Fardi Kamal, Megawati Zadila dan Ayhu Tirta. Surabaya diwakili oleh Dahlia Wahyuni, Mustika Dewi, Indah Yuninda, Buyung Hadi Susanto, Ita Ulaily dan Niken Perwitasari. Medan diwakili oleh Arfian, Sri Haryati, Putri Khairani Rambe, Edi Syahputra, Dimas dan Dewi Maharani. Jakarta diwakili oleh Deni Faisal, Mega Nurbaeti, Ika Sugiyarti, Desi Amelia, Yendri Huddami dan Putri Permatasari. Kemudian Bandung diwakili oleh Mutiara Ayu Lestari, Dina Rubianti, Wangi Suci Lestari, Mia Kamia P, Dewi Yulianti, dan Ridho Koko.

Gerbang KDI 2014 akan ditayangkan MNCTV pada Senin-Minggu, 21-27 April. Dalam setiap episode akan tampil 6 orang yang berasal dari 6 kota audisi. Mereka akan mengadu kemampuan bernyanyi di hadapan para penasihat (juri), di antaranya Elvy Sukaesih, Jaja Miharja, Bertha, Ikke Nurjanah dan Purwacaraka. Acara akan dipandu oleh host Valen ‘Jebret’, Okky Lukman, Nassar dan Ayu Lia.

Dua orang dengan dukungan SMS tertinggi di setiap episode dipastikan lolos ke Kontes KDI. Namun empat peserta tersisa masih memiliki kesempatan, karena penasihat akan memilih satu di antara mereka untuk kembali bertarung di Gerbang Wild Card pada 27 April. Dalam Gerbang Wild Card akan dipilih kembali dua kontestan untuk berlaga di Kontes KDI hingga diperoleh 14 kontestan.

Selama masa karantina, para kontestan akan mendapatkan bermacam pelatihan seperti pelatihan vokal, koreografi, etika dan kepribadian dari para pengajar yang ahli di bidang masing-masing.
 
Berikut adalah penampilan Ika di streaming Youtube : Disini
 
 

Wagub DIY Hadiri Bersih Dudun Dodogan, Jatimulyo, Dlingo Bantul

Dlingo : portal.jogjaprov.go.id : Kegiatan Bersih Dusun merupakan isyarat, betapa masih kokoh dan lestarinya budaya adat kejawen dalam tata kehidupan masyarakat Dayakan, Dodokan, Dlingo Bantul di tengah arus modernisasi dan globalisasi budaya asing yang masuk dan mempengaruhi tata budaya tradisional kita saat ini, demikian diungkapkan Wakil Gubernur DIY, Paku Alam IX saat menghadiri upacara Bersih Desa/ Rasulan di Dayakan, Dodokan, Karang Tengah, Dlingo Kabupaten Bantul, tadi pagi Rabu.
Dalam kesempatan tersebut Wagub mengemukakan pula bahwa, kegiatan adat Bersih Dusun hendaknya jangan dilihat dari sisi sakralnya dan kemeriahannya saja, namun seyogyanya juga mengupayakan bagaimana agar adat upacara ini bisa dikemas dan dijadikan sebagai paket wisata yang bermanfaat bagi pembangunan dan kemajuan masyarakat. 
Sementara itu Sutardi selaku Ketua Panitia Rasulan/Bersih Dusun 3 pedusunan Dodokan Karangtengah mengungkapkan bahwa, tradisi Bersih Dusun yang merupakan budaya nenek moyang yang dilestarikan sejak dahulu kala merupakan kegiatan yang turut mendukung keistimewaan DIY dengan berkiblat pada budaya Kraton Yogyakarta. 
Acara upacara Bersih Dusun yang dilaksanakan dengan meriah yang dihadiri oleh warga masyakarat sekitar 2549 jiwa yang terdiri dari 450 KK. Disamping itu juga dari berbagai elemen masyarakat terjun langsung mensuport kegiatan yang ada, bahkan paguyuban penduduk Dodogan yang ada di Jakartapun menyempatkan diri untuk hadir dalam kesempatan itu. Dengan diselenggarakannya kegiatan ini menurut Sutardi diharapkan dapat terwujud masyarakat yang tata titi tentrem

DPRD Bantul Usulkan Jembatan Gantung Sungai Oyo Dlingo

Dlingo : Harjo: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta mengusulkan pembangunan jembatan gantung di atas Sungai Oyo yang melintas di wilayah Kebosungu, Desa Dlingo sebagai akses warga untuk menyeberangi sungai itu.

“Kami pernah melakukan survei di lokasi, dan memang jembatan gantung sangat mendesak untuk direalisasikan, makanya kami usulkan ke pemerintah pusat,” kata Anggota Komisi C DPRD Bantul, Aslam Ridho.
Menurut dia, dalam survei pihaknya melihat langsung bagaimana mayoritas warga Kebosungu Desa Dlingo mempertaruhkan nyawa dengan menyeberang Sungai Oyo demi dapat menggarap lahan pertanian mereka yang berada di seberang sungai.

Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya mengusulkan pembangunan jembatan gantung melalui program padat karya Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), yang kemudian telah ditindaklanjuti dengan survei lapangan sekitar sebulan lalu.

“Positif sudah diakomodir pada APBN 2014. Kalau tidak ada perubahan program tersebut akan dilaksanakan pada bulan Mei atau Juni tahun depan,” katanya.

Menurut dia, sambil menunggu proses realisasi pembangunan, saat ini warga di wilayah Kebosungu membangun jalan cor blok menuju calon jembatan gantung tersebut, saat ini proses pembangunan dan pelebaran jalan telah mencapai 70%.

“Hampir seluruh lahan warga Kebosungu di seberang sungai, kalau yang Kebosungu II ada sebagian, karena itu kami apreisasi rencana pembangunan jembatan gantung tersebut. jika jembatan gantung direalisasikan maka warga setempat akan memiliki jembatan gantung yang menghubungkan tempat tinggal mereka dengan Dusun Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, DIY.

170 Calon Bidan Data Ibu Hamil Asal Mangunan Dlingo

Dlingo: Harjo: Akademi Kebidanan Yogyakarta (Akbidyo) menerjunkan 170 mahasiswa calon bidan (cabid) ke enam dusun di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo untuk melakukan pendataan ibu hamil dan balita. Pelepasan cabid ke enam dusun dilakukan Muspika Dlingo di balaidesa setempat,

Koordinator Desa (kordes) Kebidanan Komunitas Akbidyo Yani Rusnawati mengatakan, kegiatan calon bidan disebar ke enam dusun berlangsung tiga pekan ke depan. Pekan pertama cabid akan melakukan sensus ibu hamil dan balita.

“Pekan berikutnya inventarisasi masalah yang ditemukan ditindaklanjuti aksi program pendampingan dan edukasi,” kata Yani saat ditemui

Menurut dia, program kebidanan sebagai ruang mahasiswa cabid melakukan pengabdian masyarakat dengan fokus pelayanan kesehatan ibu hamil dan balita. Secara khusus pula, imbuh Yani, program menjadi upaya kemitraan kampus dengan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu melahirkan dan angka bayi meninggal. “Kegiatan juga kami prakarsai di daerah Lendah, Kulonprogo beberapa waktu lalu,” tambahnya.

Koordinator Lapangan Kebidanan Komunitas Akbidyo Maria Ignasia mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat sangat penting menjadi orientasi dasar cabid yang tangguh mengenal medan tugas dan siap menjalankan pelayanan medis di seluruh wilayah tanah air.

Maria yang juga sudah bertugas sebagai bidan di Kabupaten Bovendigul, Papua, menilai tugas bidan tidak cukup selesai dengan mendapat ilmu kebidanan dan membuka bisa membuka praktik, melainkan siap menjalankan tugas di seluruh daerah pelosok di Indonesia. Terlebih, kampus Akbidyo dalam beberapa tahun terakhir menjalin kerja sama dengan Kementerian Daerah Tertinggal untuk pengiriman tenaga bidan di wilayah tertinggal.

Pedagang Keluhkan Kualitas Bangunan Pasar Dlingo

Dlingo : Harjo: Pedagang pasar baru Dlingo, di Dusun Koripan I, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo mengeluhkan kualitas bangunan kios yang sudah mulai ditempati sejak sekitar sebulan terakhir.

Pasalnya, bangunan kios belum mampu menahan masuknya air. Akibatnya, kios pedagang masih sering kebanjiran dan merusak barang dagangan.

Gini, salah satu pedagang sembako Pasar Dlingo mengungkapkan, pada saat hujan lebat air masih masuk kios. Ia terpaksa harus sering tinggal di kios karena khawatir air hujan menenggelamkan barang dagangan di kiosnya.

“Airnya masuk ke kios tiap hujan deras. Kami selalu waswas kalau turun hujan,” katanya, Selasa (7/1/2014).

Sugiyo yang kiosnya bersebelahan dengan Gini tidak menampik seringnya kebanjiran. Ia tidak mengetahui apakah ketinggian lantai kios kurang tinggi dari pelataran halaman parkir atau sebab lainnya.

“Pokoknya airnya itu masuk kios kalau hujan deras,” tambahnya.

Tak hanya itu, pedagang di Pasar Dlingo juga menilai minimnya tong sampah. Selama ini para pedagang kesulitan membuang sampah. Pedagang hanya membungkus sampah dengan plastik dan membuang di lahan samping bangunan pasar.

“Lah mau dibuang kemana, tongnya tidak ada,” ujar Gini lagi.

Tak hanya itu, awak sopir angkutan barang yang hendak masuk area parkir mengaku cukup kesulitan karena akses jalan menuju pasar sempit. Para sopir mengaku jalan masuk menuju pasar sekitar 75 meter dari jalan raya Dlingo sulit untuk digunakan berpapasan dua kendaraan barang.

Nugraha, salah satu sopir box mengatakan kesusahan membawa masuk kendaraan lantaran hanya ada satu jalan masuk menuju halaman pasar.

“Hanya satu jalannya ke lokasi parkir. Itupun sempit dan turunan tajam. Ini menyulitkan kami untuk bisa parkir di halaman. Kalau kendaraan kami tinggal di jalan, jelas memicu kemacetan,” ujarnya.

Dinlopas Segera Tindaklanjuti Keluhan Pedagang Pasar Dlingo

Dlingo : Harjo: Pedagang Pasar Dlingo Bantul sudah bertemu langsung Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kabupaten Bantul Hermawan Setiaji terkait sejumlah keluhan pedagang atas kondisi pasar tersebut.

Pertemuan itu dilakukan di sela-sela peninjauan pasar baru Dlingo setelah pemindahan 200 pedagang ke 15 kios dan ratusan bangunan los seraya koordinasi lurah pasar Bantul di Pasar Baru Dlingo.

Kepada pedagang, Hermawan menyatakan siap menindaklanjuti keluhan pedagang. Hermawan juga berjanji akan mengambil sikap pengguna salah satu kios depan yang menambah bangunan teras namun kualitasnya buruk dan tidak memberikan keamanan pembeli.

Menurut Hermawan, Pasar Dlingo sudah mulai dioperasikan sekitar dua bulan lalu setelah pembangunan diselesaikan pihak ketiga dan ketertiban pedagang mengikuti ketentuan relokasi dari pasar darurat ke pasar baru.

Menurut Hermawan Pasar Dlingo sebenarnya sudah cukup memadai dari sarana pendukung. Pasar beroperasi setiap Kliwon dan Pahing ini telah disediakan bangunan 15 kios dan los yang mampu menampung 200 pedagang dan dilengkapi 10 ruang MCK.

Penataan pasar dinilai sudah cukup baik karena memisahkan pedagang makanan yang menggunakan api dengan dagangan lain.

“Bahkan kami mendirikan bangunan tambahan khusus untuk pedagang makanan yang harus pakai api jadi tidak bercampur di tengah pasar yang bisa memicu kebakaran,” ujarnya,

Tradisi Rasulan Dusun Dodogan Dlingo Dinginkan Suhu Politik di Bantul

Dlingo: Harjo: Setelah masyarakat terlibat hiruk pikuk pemilu dan masih menunggu hasil perhitungan suara, sejumlah pemuda di Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo mulai disibukkan dengan kegiatan persiapan menggelar tradisi rasulan atau bersih desa. Rencananya rasulan akan dirayakan secara serentak masyarakat Rabu (15/4/2014) mendatang.

Aktivis Pemuda Dodogan, Desa Jatimulyo Agung mengatakan, persiapan rasulan sudah dilakukan sejak dini agar tidak mengurangi kemeriahan kegiatan tradisi yang setiap tahun dirayakan.

“Kami mulai dengan kegiatan persiapan bersih-bersih kampung melibatkan para pemuda untuk menjaga kekompakan kembali setelah pemilu berlangsung sukses,” katanya, Jumat (11/4).

Persiapan rasulan dengan menggelar kerja bhakti pemuda ini dilakukan untuk sekeliling kampung. Dari kegiatan memasang umbul-umbul, membersihkan sepanjang jalan, hingga pengecatan tempat stategis untuk tujuan menambah kemeriahan upacaya tradisi sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan nanti.

“Sekaligus ini menjadi ajang mempererat persatuan lagi antar pemuda setelah kemarin sukses menyambut demokrasi sukses,” tambah Agung.

Menurut dia, kegiatan kampung seperti kerja bhakti menjadi sarana paling efektif merekatkan kembali persatuan dan kekompakan pada diri pemuda setelah pesta demokrasi berlaku.

Biasanya pemilu berdampak buruk bisa mengkotak-kotakan kelompok pemuda karena pilihan parpol dan caleg.

ANGKA PUTUS SEKOLAH TINGGI

DLINGO :  (KR) : Sekitar 30 persen warga di Kecamatan Dlingo saat ini hidup di bawah garis kemiskinan dan tergolong dalam kategori Rumah Tangga Miskin (RTM). Kemiskinan ternyata juga membawa dampak di sektor pendidikan, karena berdasarkan data dari beberapa desa, anak yang putus sekolah jumlahnya cukup banyak. Camat Dlingo Hermawan Setiaji SIP kemarin mengungkapkan, jumlah RTM di Dlingo sebanyak 3.411 KK, total jumlah penduduk sekitar 10-11 ribu KK. Selain kemiskinan, jumlah anak yang drop out (DO) sekolah di Dlingo juga tinggi. Di Desa Temuwuh mencapai 61 anak, Desa Mangunan 18 anak, Desa Jatimulyo 9 anak.

Selanjutnya di Desa Dlingo 21 anak. Sedang anak usia sekolah yang tidak bersekolah di Desa Dlingo ada 78 anak dan Jatimulyo 46 anak. Sementara angka buta huruf di Dlingo sekitar 900 orang. Sejumlah langkah untuk menangani kemiskinan pun telah dilakukan. Antara lain dengan melakukan validasi data RTM. “Pengurangan beban RTM dilakukan dengan pambagian raskin. Sedangkan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin dilakukan pemberdayaan. Warga diminta membuat kelompok usaha kemudian diberi bantuan modal,” kata Hermawan.

Kabag Ekonomi Pembangunan, Bangun Rahina menambahkan, tingginya angka putus sekolah disebabkan beberapa faktor. Banyak anak usia sekolah yang DO karena menikah. Ada pula yang enggan sekolah karena memilih bekerja. “Kebanyakan bekerja di sektor kerajinan. Setelah mendapatkan uang mereka lantas memilih tidak melanjutkan sekolah,” ujarnya.

Kecuali itu, lanjut Bangun, pola pikir masyarakat dan ketidakmampuan ekonomi juga jadi kendala. Banyak warga yang menganggap pendidikan itu kurang penting. Bagi mereka yang penting bisa bekerja dan menghasilkan uang. “Mengubah pola pikir ini yang paling sulit,” imbuhnya.
Bangun mengatakan, pihak kecamatan sudah sering melakukan sosialisasi. Memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan. Juni 2009 mendatang juga akan dilakukan sweeping untuk mendata jumlah anak putus sekolah maupun yang tidak sekolah. Mereka nantinya diminta untuk melanjutkan sekolah. Bagi yang sudah bukan usia sekolah diarahkan mengikuti kejar paket.

Sedang jumlah sekolah di Dlingo, Bangun menyebutkan, ada 26 SD/MI, 9 SMP dan 3 SMA/SMK baik negeri maupun swasta. Pihaknya pernah mengusulkan agar di Dlingo didirikan SLB, tapi belum disetujui. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) diarahkan untuk masuk ke sekolah formal, adalah yang telah menjalankan program inklusi. Hanya saja hingga sekarang juga belum ada sekolah inklusi di Dlingo.