DEWATA Yogyakarta Atau Dawet Murahan

Dewata kamu masih muda carilah banyak hal tapi jangan lupakan satu hal, karena apapun itu kamu harus menunjukan bahwa orang dlingo bantul bukan seorang pecundang, karena hidup adalah :

Hidup adalah kesempatan, gunakan itu.
Hidup adalah keindahan, kagumi itu.
Hidup adalah mimpi, wujudkan itu.
Hidup adalah tantangan, hadapi itu.
Hidup adalah kewajiban, penuhi itu.
Hidup adalah pertandingan, jalani itu.
Hidup adalah mahal, jaga itu.
Hidup adalah kekayaan, simpan itu.
Hidup adalah kasih, nikmati itu.
Hidup adalah janji, genapi itu.
Hidup adalah kesusahan, atasi itu.
Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu.
Hidup adalah perjuangan, terima itu.
Hidup adalah tragedi, hadapi itu.
Hidup adalah petualangan, lewati itu.
Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu.
Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu.
Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu.

Akhir 2009 Tahun Menyenangkan Di Dlingo

Liatlah Dunia Istriku, lihatlah dlingo disiang yang panas, saat mata liar memandang luas keseluruh antero yogyakarta dan tanpa batas, ini adalah kesempatan terakhirmu menghabiskan masa tumbuhnya ego dari dalam dirimu. Bersabarlah istriku sayang sungguhpun yang kau pikirkan adalah salah selama ini. Harus ada sakit mendera dan tajamnya pengalaman yang mengasah jiwamu. Rasakan dengan sanggat dalam, maka engkau akan merasa sendirian. bayangkanlah engkau tertidur maka sebenarnya seperti itulah yang akan kita jalani kelak. Tidak ada siapapun yang dapat menolong.

Rasakan satu demi satu pesakitan itu maka engkau akan semakin dewasa. lakukan saja banyak hal karena itu yang kamu inginkan. tapi inggatlah satu hal bahwa kodrat tetaplah tidak bisa di rubah meski sekuat apapun engkau berusaha.
Takdirmu saat ini bukanlah yang terkhir dan aku juga bukan sebuah terminal terakhir dalam hidupmu, karena seperti halnya sebuah mimpi yang berganti  layar dan judul dalam setiap episode. Aku hanya sebuah pilihan hidup bagimu meski engkau sebuah cahaya lilin bagiku. Aku tidak mungkin bisa memaksamu menjadi sebuah bara api yang membakar jiwaku hingga aku bisa bersemangat dan bergairah. Namun aku yakini bahwa engkau adalah sebuah anugerah terindah dalam hidupku.

Jauh dalam perasaaan dan kejujuranku yang tinggal secuil ini yang tertinggal hanya namamu dan anak kita. Betapapun beribu bahkan berjuta kepahitan yang kita alami harini dan kelak akan aku iklashkan semua ini untukmu dan anak kita. Aku tak perduli lagi apakah engkau merasakannya atau tidak tapi itulah kejujuranku.
Ada banyak hal yang sebenarnya aku ingin darimu, namu kita lahir dari dunia yang berbeda. Memintamu untuk mejadi inginku adalah sebuah keniscayaan karena kamu lebih tahu apa yang akan engkau berikan untukku. Mencoba untuk menjadi dirimu adalah sebuah kemustahilan karena kebodohanku adalah pakaiyan jiwaku dan sulit bagiku melepaskanya. Betapapun sulit untuk kita bersepaham, namun aku yakin ini lah hidup yang normal dan di alami oleh banyak orang. Sadarlah istriku kita adalah biasa dan keistimewaan kita hanya satu " KITA MEMILIKI SEORANG ANAK YANG CANTIK" yang tidak di miliki siapapun didunia ini.
Istriku...beranikan dirimu memilih jalan, hari ini juga kelak tidak akan pernah ada lagi sebuah penjara kehidupan dalam hidupmu. Aku percaya ada jalan terbaik bagimu yang sudah di siapkan-NYA untukmu. berjalanlah menurut nuranimu hadapi semua dengan ketegaran yang sama seperti saat ini. Maka akan engkau temukan siapa dirimu, namun ingatlah bahwa tidur adalah sebuah perjalanan nyata. Begitu juga hidup dan tujuan hidup yang nyata kita alami semata mata untuk meng asah jiwa sosial spiritual, itu bukan apa-apa karena kita bukan siapa-siapa. Kita hanya mendapatkan sebuah kepercayaan yang sakral untuk memperbaiki dan memutus mata rantai syaitan sebagai khalifah rendahan.
Anaku "Ara" tahun ini usiamu 2 tahun 2 bulan...engkau paham dan lebih paham tentang kebaikan yang engkau rasakan dan setiap ajaran yang kau anggap baik semua. Ada satu hal pesanku nak..jagalah kejujuran senyum dan tawamu karena itulah yang Ibu Bapak banggakan. Meski esok,lusa atau kelak Ibu Bapakmu akan tetap ada di hatimu, dan kamu adalah sebuah buah apel yang paling enak dalam hidup Ibu dan Bapakmu. Terimalah apa adanya dan syukuri setiap jengkal perlakuan yang sederhana ini.
Akhir tahun ini Istriku, Anakku adalah sebuah tahun yang harus kita inggat sepanjang masa meski hari ini detik ini tak kan pernah terulang sepanjang masa. Aku menyayangi kalian tapi maafkan aku karena aku tak punya kuasa atas cinta yang diberikan Alloh kepadaku dan atas segala keindahan yang pernah kita alami bersama. Sehingga hati harus berserah dan jiwa harus pasrah, andai kalian merasakannya maka seperti itulah perasaanku pada kalian.

PRT Progresif Dari Dlingo

Bermula dari kesukaannya menulis catatan harian, Djuminem (31), mantan pekerja rumah tangga (PRT) asal Desa Dlingo Bantul, Yogyakarta, mulai mencoba belajar menulis artikel meski menjadi pekerja yang di anggap rendahan. Meski baru dalam taraf coba-coba, Lek Djum, demikian perempuan berambut cepak itu biasa dipanggil, ia sudah berani mengirimkan hasil tulisannya yang berbentuk artikel kepada redaksi Suara Serikat PRT, buletin yang dimaksudkan untuk mewadahi aspirasi para PRT yang tergabung dalam Serikat PRT Tunas Mulya, Yogyakarta.

Buletin yang telah terbit sejak dua tahun lalu itu, awalnya menjadi salah satu bentuk advokasi bagi Serikat PRT yang difasilitasi oleh Rumpun Tjoet Njak Dien. Namun dalam perjalanannya kehadiran buletin itu justru menjadi wadah untuk menyalurkan hobi dan bakat terpendam para PRT yang notabene kemampuan menulisnya sering dianggap sebelah mata.
“Pertama kali nulis untuk buletin Suara Serikat PRT saya hanya menuangkan ungkapan hati saya saja, semacam curhat gitu deh, jadi saya hanya menulis pengalaman dan uneg-uneg pribadi yang saya alami sehari-hari sebagai PRT. Akan tetapi setelah saya mengikuti pelatihan dari Rumpun (Rumpun Tjoet Njak Dien, red) saya mulai bisa menulis dalam bentuk artikel,” terang Lek Djum.
Meski belum lama ikut berpartisipasi menyumbang tulisan untuk buletin, Lek Djum sekarang ini telah dipercaya oleh pihak serikat untuk menjadi penanggung jawab media untuk mengelola buletin Suara Serikat PRT di Serikat PRT Tunas Mulya.
“Saya juga berusaha mengajak teman-teman sesama PRT untuk ikut belajar menulis, paling tidak coba-coba dululah mengirimkan karya mereka dalam bentuk apapun. Bisa berupa cerpen, puisi atau artikel bebas. Mulanya, hampir sama seperti yang saya lakukan dulu, mereka lebih banyak mengirimkan artikel yang berisi curahan hati mereka. Kami sih mau saja menerima kiriman-kiriman artikel itu, hitung-hitung untuk memberi wadah bagi teman-teman belajar menulis,” tuturnya.
Bahkan untuk mengasah kemampuan mereka, Rumpun juga telah beberapa kali menyelenggarakan diklat jurnalistik bagi PRT yang bekerja sama dengan berbagai media lokal di Yogya.
Program itu diselenggarakan berbarengan dengan program pendidikan alternatif bagi PRT. Adanya diklat jurnalistik itu dirasakan Lek Djum dan rekan-rekannya yang terhimpun dalam Serikat PRT Tunas Mulya sangat menolong mereka untuk bisa menulis dengan benar. “Setelah ikut diklat saya sudah bisa menulis dalam bentuk artikel dan feature, bahkan sekarang saya sudah berani melakukan liputan untuk menulis berita seperti layaknya wartawan sungguhan.
Sekarang saya malah sudah jarang menulis puisi atau catatan harian,” ulasnya. Lek Djum sendiri mengaku sempat grogi waktu pertama kali mendapat tugas liputan untuk mencari berita dan mewawancarai narasumber. “Pertama kali saya disuruh nulis tentang suatu kasus kekerasan yang terjadi pada seorang PRT oleh majikan. Selain saya harus wawancara dengan PRT yang notabene teman saya sendiri itu, saya juga harus ke Polda DIY untuk mendapatkan data pendukung sebab waktu itu kasusnya sudah ditangani polisi. Untungnya saya bisa mengerjakan semua itu dengan lancar. Bahkan sekarang saya lebih senang menulis yang berdasarkan hasil liputan dari lapangan,” tambahnya sambil tertawa.
Buletin dengan 12 halaman yang diterbitkan sebulan sekali itu, sering memuat tentang kasus-kasus seputar PRT dan beban kerja yang tidak sebanding dengan upah yang mereka terima. “Sejauh ini buletin Suara Serikat PRT menjadi tempat sharing bagi sesama anggota serikat dan teman-teman PRT yang tergabung dalam Organisasi Pekerja Rumah Tangga (Operata) di daerah lain,” katanya.
Sekolah Alternatif, Selain sebagai fasilitator bagi PRT dalam bentuk advokasi, Rumpun Tjoet Nyak Dien juga menyelenggarakan sekolah alternatif untuk mereka. Pendidikan alternatif dalam sekolah untuk PRT itu sendiri tidak hanya mengajarkan tentang pendidikan dasar Kejar Paket ABC, melainkan juga dikenalkan tentang pendidikan kritis. Yakni adanya penyadaran tentang hak dan kewajiban PRT sebagai pekerja.
“Selama ini ada pemahaman yang keliru tentang status PRT, yakni mereka lebih sering diposisikan sebagai pembantu yang sebenar-benarnya. Padahal mereka itu kan sama juga dengan pekerja yang lain, jadi sebenarnya mereka juga punya hak dan perlindungan hukum seperti layaknya pekerja-pekerja di sektor lain seperti karyawan atau buruh pabrik,” tandas Muryanti dari Rumpun Tjoet Njak Dien yang selama ini mengadvokasi persoalan PRT di Yogya.
Meskipun, imbuhnya, sekarang ini belum ada UU tersendiri yang bisa dijadikan acuan payung hukum bagi PRT. Sebab, dalam UU Ketenagakerjaan tidak ada definisi khusus tentang batasan-batasan PRT. Sebenarnya dalam UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tercantum PRT yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap di sana termasuk dalam lingkup rumah tangga. Artinya, PRT yang menetap di rumah majikan secara otomatis termasuk anggota keluarga jadi apabila terjadi kekerasan dalam rumah tangga ia berhak mendapat perlindungan hukum.
“Akan tetapi tetap saja itu (UU KDRT, red) tidak memuat secara spesifik batasan-batasan tentang PRT, padahal kan PRT itu sendiri jenisnya ada bermacam-macam. Ada PRT yang menetap bersama majikan, tapi ada juga PRT yang jam kerjanya hanya bersifat part time. Selama ini jika ada masalah antara PRT dan majikan, penyelesaiannya selalu menggunakan pasal-pasal dalam KUHP yang dijadikan acuan,” tegas Yanti.
Selain kekerasan secara fisik, banyak PRT yang mendapatkan kekerasan dalam bentuk psikis dan seksual. “Mereka sangat rentan mendapat tambahan pekerjaan yang sebenarnya bukan menjadi tugas mereka dan kebanyakan untuk tugas-tugas tambahan itu mereka tidak mendapat tambahan upah sebagai reward yang sebanding,” ungkapnya.
Salah satu manfaat lebih diselenggarakannya sekolah bagi PRT yang memuat adanya pendidikan alternatif dan kritis, para pekerja sektor rumah tangga itu menjadi paham tentang hak-hak dasar mereka sebagai pekerja. Implementasi yang diharapkan dari adanya pendidikan kritis itu, mereka akan cenderung lebih sedikit melakukan kesalahan kerja. Selain itu mereka juga diajarkan untuk selalu mempertanyakan adanya kontrak kerja yang memuat pembagian kerja secara spesifik.
Hal itu dimaksudkan untuk melindungi mereka agar tidak mendapat perlakuan yang semena-mena dari pihak majikan. Meski sebenarnya, menurut Yanti, majikan sendiri juga diuntungkan dengan adanya kontrak kerja yang jelas tersebut. Sebab, jika PRT itu tidak mau melaksanakan tugas atau bekerja secara sembarangan, majikan bisa melakukan teguran bahkan menggugat melalui jalur hukum.
Di pihak lain, di sekolah itu PRT juga diajarkan cara bernegosiasi agar mendapatkan posisi tawar yang seimbang dengan majikan dalam hal upah. “Apalagi jika sampai upah itu tidak dibayarkan oleh majikan, mereka diberi penyadaran bahwa mereka juga berhak menuntut kesejahteraan. Selain itu mereka juga belajar memberi advokasi kepada sesama rekan PRT,” terang Yanti.
Lecehkan PRT, Menanggapi adanya sebuah acara pencarian pembantu di sebuah TV swasta oleh pesinetron Ari Wibowo, Yanti cukup emosional saat memberi komentar. “Acara itu sama saja melecehkan profesi PRT dengan memberikan hadiah Rp 10 juta setahun. Itu kan sama saja menawarkan mimpi apalagi peserta yang lolos audisi justru yang bukan berprofesi sebagai PRT,” tuturnya.
Bahkan, lanjutnya, materi tes dalam audisi untuk acara tersebut sudah di luar konteks pekerjaan PRT. “Penekanannya justru lebih ke nuansa games aja dan bukan menjaring orang-orang yang benar-benar terjun sebagai PRT tapi yang diambil (lolos audisi, red) justru orang-orang yang memang menginginkan supaya bisa menjadi selebriti,” ungkapnya.
Hal semacam itu menurutnya bisa diartikan sebagai upaya trafficking ke PRT dalam bentuk yang lebih samar. “Itu kan sama saja merendahkan profesi PRT yang seharusnya dihargai layaknya profesi-profesi yang lain,” tegasnya.
Sumber http://www.kombinasi.net/

Arsodibejo Dlingo Usia Senja Tetap Berkarya

Maliboro Yogyakarta beberapa saat sebelum perayaan hari-hari besar seperti Tahun baru, Idul Fitri , natal dan lain sebagainya pasti riuh dengan teriakan & ajakan gadis penjaja di pusat perbelanjaan. Semakin dingin dan larut malam, semakin ramai ruas jalan jantung kota Yogyakarta ini. Spanduk potongan dan rabat menyambut hari-hari raya yang di peringati oleh warga yogyakarta dan menghiasi nyaris tiap titik Malioboro.

Tapi mungkin tidak bagi seorang Mbah Arsodibejo. Ia adalah salah satu dari sekian penjual di kawasan Malioboro. Warga Desa Jati Mulyo Dlingo ini menjajakan barang dagangannya yang antara lain adalah bakiak, bangku & papan cucian dari kayu, lugu tanpa warna. Mungkin itu pula yang membuat orang enggan menoleh pikulannya. Sekarang kan jaman plastik dan karet warna-warni, produksi massal yang membuat harganya jauh lebih murah dari dagangan Mbah Arsodibejo.

Mbah Arso biasa di panggil namanya dia harus menempuh jarak 35 Km  untuk sampai di pusat kotaYogyakarta. Berada di lereng perbukitan bagian selatan yogyakarta, perbatasan antara Kabupaten Gunungkidul dengan Kabupaten Bantul. Pasca bencana memang ada beberapa bantuan yang terdengar. Alat-alat pertukangan dari Direktorat Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian di selama 2008 & 2009 misalnya, tapi apakah mereka terbantu juga dalam memasarkan hasil kerajinanannya? Termasuk untuk memoles kembali hasil kerajinannya dan bersaing dengan barang-barang karet dan plastik?
Semua hasil penjualan bakiak, bangku & papan cucian yang selalu dipikulnya memang untuk sekedar hidup dan menghidupi keluarga mbah Arso atau hanya sekedar merayakan hari raya  secara sederhana.  Jika bagi orang lain beberapa hari menjelang perayaan hari raya adalah saat potongan dan rabat, maka bagi Mbah Arsodibejo adalah saat untuk menjual lebih banyak lagi dagangannya. Kalau barang dagangan tak kunjung berkurang, berarti berjalan lebih jauh dan kembali lebih larut ke kamar tumpangannya di pinggiran Kali Code.
Arsip brita di sokong dari :
Publikana.com

Pengrajin Meubel Kayu Ringan Dlingo

Melimpahnya jumlah mahasiswa di Kota Yogyakarta membuka aneka macam peluang bisnis. Salah satunya, bisnis mebel kayu ringan yang dirancang khusus untuk mahasiswa. Anehnya pengerajin kayu berasal dari kecamatan dlingo bantul dan tersebar di seluruh wilayah yogyakarta. Aneka mebel dari kayu albasia itu murah, ringan, dan bisa tahan hingga mereka lulus dan meninggalkan Yogyakarta.Bisnis ini juga didukung dengan indekos atau kontrakan yang kebanyakan hanya menyediakan ruang kosong tanpa perabotan. Alhasil, para anak muda dari berbagai kota tersebut harus membeli perabotan mereka sendiri. Perabot kayu albasia yang murah dan bisa tahan hingga lima tahun tentulah menjadi pilihan utama.

Di Jalan Colombo, terdapat sekitar 15 kios pedagang mebel dari kayu albasia. Setiap kios menjual mebel yang umumnya seragam, mulai dari rak buku kecil seharga Rp 20.000 hingga lemari dua pintu seharga Rp 250.000. Kayu albasia yang sudah dipoles pelitur dengan ukuran mungil pas untuk dipajang di ruang indekos.Uniknya, semua penjual mebel ringan ini berasal dari Kecamatan Dlingo, Bantul. Pekerjaan pembuatan aneka mebel tersebut dilakukan di kampung halaman secara turun-temurun. Bahan baku biasanya didatangkan dari Boyolali, Jawa Tengah. Sambil menunggu pembeli, para penjual mebel melakukan pekerjaan finishing, seperti mengecat dan memelitur. Ali (26) mengaku sudah 15 tahun berjualan mebel jenis ini. Modal untuk membuka usaha ini tidaklah mahal. Kontrak kios per tahun sekitar Rp 3,5 juta. Sementara, untuk kulakan barang dagangan dibutuhkan dana Rp 4 juta. "Balik modalnya lumayan cepat," ujar Ali ketika ditemui pekan lalu.
Pendapatan yang diperoleh pun cukup lumayan. Dari pendapatan kotor, biasanya mereka memperoleh keuntungan sekitar 30 persennya. Pada musim tahun ajaran baru, para pedagang panen rezeki. Setiap hari, selama dua bulan, mereka bisa memperoleh pendapatan kotor sekitar Rp 600.000.
Pada hari-hari biasa, dagangan biasanya laku dua buah per hari. Pedagang lainnya, Widadi (45), asal dlingo mengaku selalu membuat mebel setiap hari. Dalam satu hari, para pekerjanya bisa menghasilkan tiga hingga 15 barang, tergantung jenisnya.
Meski diperuntukkan bagi mahasiswa, banyak pula ibu rumah tangga yang tertarik membeli aneka mebel tersebut. Model furnitur bahkan bisa diatur sesuai pesanan. Asal ada gambar, maka pesanan pun bisa dikerjakan. Selama dirawat dengan baik dan dijauhkan dari air, mebel bisa bertahan lebih lama.
Selain di Jalan Colombo, para pedagang asal Dlingo ini juga ada yang berjualan di Jalan Kaliurang dan beberapa tempat lain yang dekat dengan kampus. Jam operasional kios bervariasi. Ada yang buka dari pukul 09.00-19.00 atau dari pukul 07.00-21.30. "Saya sering tidur di kios, jadi bisa buka hingga larut malam," ucap Ali.
Meski barang yang dijual hampir sama dalam jenis dan kualitas, para pedagang biasanya menawarkan harga bervariasi. Tinggal bagaimana kecakapan pembeli untuk menawar harga. "Harga memang beda, tetapi biasanya jatuhnya sama saja," tutur Widadi.

Penjual Gorengan Dlingo VS Penjual Pulsa

Bangun di pagi hari adalah sebuah rutinitas yang wajib di jalani sebagian orang di Dlingo, menjalani aktifitas adalah sebuah tuntutan bagi setiap orang yang memiliki tanggungjawab untuk menafkahi dirinya sendiri maupun keluarga. Ada sebuah cerita kecil yang ingin sekali saya bagi dengan para pembaca yang mungkin belum pernah di fikirkan, namun coba kita lihat gambar berikut :

Dari Foto di atas terlihat sebuah toko berjajar, foto ini saya ambil pada  hari Senin tanggal 30 November 2009 jam 06.30 WIB. Nah dari sini terlihat sebuah perbedaan jenis kegiatan perdagangan antara penjual gorengan dengan penjual pulsa. Lokasi toko tersebut berada di Simpang Tiga Kerdu, Temuwuh, Dlingo, Bantul. Sekarang kita coba untuk menelusuri lebih jauh tentang "Penjual Gorengan dan Penjual Pulsa ini" sebagai berikut :
1. Penjual Gorengan antara Jam 05.00 maksimal jam 06.00 sudah buka warung, sementara itu penjual pulsa buka paling pagi rata-rata jam 07.00 dan maksimal lebih dari jam 08.00.
2. Penjual gorengan menata dagangan setiap pagi dan sore hari supaya tampil menarik, penjual pulsa menata dagangannya sebatas ketika ada barang baru yang datang/dibeli.
3. Penjual Gorengan berusia di atas 45 tahun sedangkan penjual pulsa berusia di bawah 35 tahun
4. Penjual Gorengan harus berfikir tentang usia barang dagangannya, penjual pulsa hanya beberapa barang saja yang perlu di perhitungkan usia barangnya.
5. Modal penjual gorengan lebih sedikit di bandingkan modal penjual pulsa
6. Penjual gorengan harus sering berdiri dalam menjajakan dagangannya sedangkan penjual pulsa rata-rata dalam bertransaksi di dominasi dengan duduk di kursi.
Ok sekarang bisa kita sedikit analisa dari enam gambaran di atas sebagai berikut :
a. Dari sisi rutinitas, maka penjual gorengan secara rutin bangun pagi sekali untuk dapat membeli bahan pokok dan barang-barang lain di pasar induk. Hal ini lah yang kemudian mendidik sebuah kedisiplinan dan kehandalan seorang pedagang dalam fluktuasi geliat ekonomi yang kadang menentu, dengan rutinitas yang seperti ini maka bisa dipastikan bahwa mental berdagang akan semakin kuat. Sementara itu penjual pulsa membuka warungnya rata-rata di atas jam 07.00 WIB, dan pada saat itu market dalam hal ini "PEMBELI" sudah mulai krodit alias sibuk, karena waktu sudah hampir mendekati jam-jam sekolah, kantor dan lain sebagainya. Padahal sebagian besar konsumen membeli kebutuhannya, dalam keadaan normal adalah pada sela-sela kegiatan utama, artinya pedagang akan ramai pembeli pada antara jam 05.30 - 06.45, 11.00-12.30, dan 16.00-20.00. Dapat disimpulkan sementara yaitu Pedagang Gorengan lebih efektif soal pemanfaatan waktu di bandingkan penjual pulsa.
b. Dari sisi Menarik tidaknya barang dagangan memang memiliki perbedaaan yang sanggat menyolok antara penataan dagangan gorengan dan pulsa. Namun apabila di lihat lebih dalam maka penjual gorengan akan lebih terlatih untuk menyiasati tata letak dagangannya di bandingkan penjual pulsa. Sehingga penjual Gorengan akan memiliki modal komparatif berupa ketrampilan dan kreatifitas yang akan selalu terasah setiap hari.
c. Pepatah kata atau slogan " YANG MUDA YANG BERKARYA" lagi-lagi terbantahkan oleh seorang penjual gorengan yang rata-rata berusia lanjut, sedangkan penjual pulsa rata-rata muda namun sering meninggalkan banyak hal yang di anggap tidak penting. Dengan kata lain Penjual gorengan memiliki modal semangat yang besar dengan lebih memperhitungkan segala aspek-aspek yang dianggap tidak penting oleh kebanyakan orang-orang muda.
d. Penjual gorengan setiap hari harus berfikir, mesti tanpa catatan kecil sekalipun dia selalu inggat dagangan apa saja yang laris di pasaran dan dagangan apa yang usianya pendek, dengan keterasahan seperti itu maka sebenarnya penjual gorengan ini sudah harmonis dengan permintaan pasar. Artinya ketika ada gejolak perekonomian mereka cenderung bisa bertahan, karena mereka sudah memperhitungkannya secara terinci meskipun tidak tertulis. sanggat bertolak belakang dengan penjual pulsa, mereka lebih bergantung dengan distributor dan kompetitor, nah Kemandirian yang kuat inilah yang tidak dimiliki oleh seorang penjual pulsa.
e. Kehati-hatian seorang penjual gorengan lagi-lagi juga lebih unggul mestipun modal mereka rata-rata lebih sedikit, berbeda dengan penjual pulsa kehati-hatian mereka cenderung hanya secara normatif meskipun modal mereka lebih besar. Hal ini akan terasa jika kedua pedagang tersebut menghadapi masa-masa sulit dan harus beralih profesi sesuai kapasitas masing-masing, tentu seorang penjual gorengan akan lebih memiliki ketelitian dan kehati-hatian karena mereka biasa bermain dengan modal yang kecil.
f. Dari sisi kesehatan jelas penjual gorengan memiliki kekuatan fisik yang lebih di bandingkan penjual pulsa yang hanya duduk di kursi dan hanya mengandalakn konsep dan fikiran. Padahal angka harapan hidup yang panjang salah satunya di pengaruhi oleh aktifitas fisik yang baik dan berlangsung secara ruitn.
Nah Para pembaca dapat menyimpulkan...sendiri kan.!!!!
Mana yang menang dalam pertandingan dua pedagang ini...Slamat Berkompetisi.

Konfersi Minyak Gas Siapa Beruntung "wonk Dlingo Po Wonk Liyo"

Beberapa waktu lalu Pemerintah memberikan tabung gas bersubsidi kepada masyarakat, namun hal ini bagi sebagian besar masyarakat Dlingo bantul tidak begitu berpengaruh. Hal ini dikarenakan masyarakat tetap lebih memilih kayu sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga. namun apa bila di lihat geliat roda ekonomi di Kecamatan Dlingo memang beraneka ragam komentar dan apresiasi terhadap konfersi minyak ke gas ini. Bahkan sebagian pedagang bakso, Mie Ayam, soto di pasar dangwesi Desa Terong justru mengeluhkan karena gas jika dipakai untuk memanaskan dalam waktu lama terlalu beresiko dan boros. Lain lagi dengan beberapa penjual gorengan dan roti bakar yang biasa berjualan di seputar Kerdu Desa Temuwuh, mereka merasa lebih ngirit dengan gas dari pada dengan mintak tanah.

Persoalannya adalah sejauh mana konfersi minyak ke gas ini kemudian di ikuti dengan program dan kegiatan lain, yang kemungkinan akan berdampak positif bagi masyarakat yang merasa di rugikan dengan konfersi ini. karana tidak sedikit pula beberapa warung dan ukm yang pada awalnya menggunakan minyak tanah harus mengeluarkan modal agak lumayan untuk tetap berproduksi. Jika hanya berfokus pada efisiensi anggaran mungkian dalam itung-itungan statistik maka akan ada grafik positif dan meningkat secara angka-angka, namun realitas yang terjadi di masyarakat tentu juga selayaknya mendapatkan perhatian.
Kenyataan di lapangan banyak tabung gas 3 kilo-an yang ada di Kecamatan Dlingo banyak di jual pada pembeli yang berasal dari luar daerah, hal ini terjadi karena masyarakat masih mengandalkan kayu bakar dan meyakini bahwa dalam mendukung aktifitas rumah tangga belum begitu memerlukan gas. hal ini bisa di cek di lapangan. pada awalnya berapa tabung yang sudah di bagikan, dan sekarang tinggal berapa yang aktif di gunakan. hal ini perlu di lakukan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas program konfersi ini di tingkat bawah. dan apa yang sebenarnya menjadi harapan dari masyarakat, ya yang namanya masyarakat kalau di bantu ya pasti diterima.. masalahnya adalah sejauh mana bantuan itu dapat bermanfaat dan di gunakan serta di kembangkan sebagaimana mestinya terutama masyarakat sosial kita.

Cino Mati Jalur Cepat Dlingo

"Cino Mati" atau kalau didalam bahasa indonesia bisa di sebutkan "Cina Mati", adalah sebutan bagi sebuah ruas jalan yang mengakses alternatif jalur sebelah barat dari Kecamatan Dlingo bantul menuju pusat Kota Yogyakarta melalui Kecamatan Pleret dan Kecamatan Banguntapan. Dari ibu kota kecamatan ke utara, lalu setelah sampai Desa Terong (tepatnya di perempatan "Ringin Terong") menuju arah barat maka anda akan sampai di ruas jalan Cino Mati.

Ruas jalan ini kira-kira sepanjang 7 kilo meter berkarakter kemiringan jalan yang X-trim. Sepanjang Tahun 2009 tercatat sudah terjadi kecelakaan sebanyak 5 kali dan rata-rata penyebab kecelakaan tersebut adalah ketidak mampuan kendaraan akibat keterbatasan mesin. badan jalan sudah baik dilengkapi dengan irigasi yang memenuhi syarat, namun karena jalan tersebut merupakan jalan tembus yang memiliki kemiringan lereng vertikal curam maka banyak tebing-tebing batu yang masih membahayakan pengguna jalan.
Pada tahun 2009 telah terjadi longsoran tebing sebanyak 4 kali, namun tidak ada korban baik jiwa maupun material. Biasanya Longsoran ini terjadi pada musim hujan dengan debit air yang cukup deras sehingga lapisan-lapisan batu bertanah yang ada tidak mampu menahan laju pergerakan air. sampai sekarang ini potensi tanah longsor di kawasan ini masih besar dan mungkin terjadi.
Dilihat dari sejarah, jalan ini dirintis pada era Soeharto pada waktu itu ada program pemerintah "ABRI MASUK DESA" pada sekitar tahun 1990-an. berawal dari situ kemudian karena wilayah tersebut berbatasan dengan dua kecamatan maka pengerjaan-nya juga melibatkan warga masyarakat yang berasal dari desa Terong dan juga dari Desa Wonolelo Kecamatan Pleret.
Sebutan "Cino Mati" sendiri memiliki beberapa sejarah dan cerita yang berbeda-beda, namun karena keterbatasan informasi maka saya belum akan mengulas lebih jauh. Kawasan ini menjanjikan panorama segar sekaligus tantangan bagi pengembangan wisata yang apa bila di garap secara berkesinambungan akan menciptakan mata rantai kunjungan wisata di Kecamatan Dlingo.

Rumah Batu Kreatifitas Potensi Lokal Dlingo

"BATU PUTIH" Anda Pernah Mendengar itu, nah dalam bahasa umum biasa di sebut "BATU BRANGKAL KAPUR" jenis batu ini banyak di jumpai di pegunungan berkarakter karst. Biasanya batu ini berada dalam satu lempengan besar, ada yang tertimbun tanah dan ada yang menonjol ke permukaan tanah. Zona kawasan batu putih ini akan banyak anda jumpai, terutama jika anda berkunjung ke Kecamatan Dlingo bantul atau akan lebih banyak lagi jika anda berkunjung keKabupaten Gunungkidul yogyakarta.

Di Kecamatan Dlingo bebatuan jenis ini berada di kawasan timur diantaranya di Desa JatiMulyo, Desa Temuwuh dan Desa Dlingo. Hal ini dikarenakan karakter wilayah ini hampir mirip dengan wilayah Kabupaten Gunungkidul, menginggat ketiga wilayah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul.
Kerajinan Batu putih di Kecamatan Dlingo sampai saat ini masih sekedar sebagai usaha yang dikesampingkan dan lebih banyak diproduksi untuk kepentingan rumah tangga. hasil dari produksi kerajinan batu putih ini bisa berupa "Keren Pawon" atau Tungku untuk memasak, Tegel batu atau lantai batu giring dan sebagai pengganti bata merah untuk bangunan rumah.
Untuk lebih mengoptimalkan hasil produksi batu putih di kawasan Dlingo sebenarnya tidak memerlukan banyak biaya. namun tentu saja kerjasama berbagai pihak diperlukan guna mendukung pemberdayaan potensi lokal yang ada. Hal ini pada kemudian hari akan menjadi penting karena potensi batu putih yang masih mungkin digarap dan diolah tidak sekedar sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga namun juga berorientasi ekonomis.
Nilai ekonomis ini baru akan muncul ketika penyadaran pemanfaatan potensi lokal yang ada berkembang, nah pertanyaannya adalah...Siapa yang akan memulai untuk membawa masyarakat mengenali potensi lokal yang ada sehingga berhasil guna dan berdaya guna ekonomis untuk kesejahteraan masyarakat itu..? apakah kita sebagai masyarakat biasa atau pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan terhadap kesejahteraan warganya...?
Ku Tunggu Jawab-MU wahai Penguasa...?

Bukit Bintang Jalur Dlingo Utara

Memasuki kawasan Kecamatan Dlingo bantul lewat jalur darat dapat di tempuh melalui berbagai jalan yang tersedia dan terhubung dengan wilayah-wilayah lain di Provinsi DIY. Pada tulisan-tulisan terdahulu saya pernah menulis jalur akses kecamatan dlingo melalui jalur Timur "menyeberangi Sungai oyo dan Jembatan Dodogan", melalui jalur Selatan "melewati imogiri dan makam raja-raja mataram" dan kali ini saya akan sedikit memberikan gambaran akses masuk Kecamatan Dlingo melalui jalur utara " melalui jalan Jogja_Wonosari". Pada jalur utara ini kita mulai perjalanan melalui pusat kota Yogjakarta atau sepanjang ring road utara dan selatan yang ada di yogyakarta.

Jika anda berada pada ketiga lokasi tersebut untuk dapat memasuki Kecamatan Dlingo melalui jalur Utara anda cukup menuju dan mencari Jalan Jogja - Wonosari. setelah anda menemukan jalan jogja wonosari anda akan menempuh perjalanan kira-kira 18 Km dari pusat kota menuju arah Timur. Sesampai di kecamatan Piyungan anda akan bertemu dengan sebuah bukit dengan jalan berkelok-kelok sepanjang kira-kira 7 Km. Sepanjang tanjakan biasanya arus kendaraan ramai lancar, namun jika hari sabtu malam minggu anda harus hati-hati karena biasanya jalur ini akan padat merayap. Hal ini dikarenakan para penglaju/pekerja/siswa/mahasiswa dari kabupaten Gunungkidul biasanya pulang ke Wonosari.
Nah..setelah sampai pada puncak bukit anda sudah memasuki wilayah Kecamatan Patuk, disana anda akan bertemu dengan pertigaan Patuk. Untuk menuju Ke Dlingo anda harus mengambil jalur ke arah Selatan "Ambil kanan/Belok Kanan". Lalu setelah kira-kira 300 meter anda akan bertemu pertigaan lagi, lalu ambil kanan lagi ya, nah setelah itu anda harus mempersiapkan gigi rasio 1 sebagai persiapan. Hal ini perlu diperhatikan karena ada salah satu tanjakan paling tinggi yang biasa disebut "Mbrambang"..banyak terjadi kecelakan mobil dan motor di kawasan ini. Jika anda lolos di tanjakan ini maka dapat di pastikan bahwa anda sudah pasti lolos menghadapi tanjakan-tanjakan lain di kawasan Dlingo.
Kira-kira 1 Km dari tanjakan Brambang ini cobalah berhenti sejenak untuk menghirup udara segar pegunungan. Di puncak bukit ini kalau malam minggu biasa di padati para kaum muda yang lagi asik pacaran. Biasanya bagi mereka yang lagi di madu asmara , mereka menyebut kawasan ini sebagai "BUKIT BINTANG".
Pemandangan Bukit Bintang atau masyarakat lokal biasa menyebutnya dengan Watu Amben Jika Dimalam Hari Panorama Lampu Yogyakarta akan terlihat dengan jelas dan indah. Dari puncak bukit ini kan terlihat jelas kota yogyakarta dan sekitarnya secara menyeluruh. Bahkan anda juga bisa melihat panorama Gunung Merapi jika cuaca cerah. Jika sekiranya anda sudah cukup melepas lelah, anda dapat melanjutkan perjalanan menuju kecamtan dlingo yang tinggal 15 Km lagi. Dijamin tidak melelahkan, karena anda akan selalu di suguhi dengan pemandangan alam perdesaan yang masih rindang akan pohon-pohon dan hutan rakyat yang memang sengaja dilestarikan di kawasan ini.
Kira-kira setelah perjalanan 20 menit dari Bukit Bintag/Watu amben anda akan bertemu dengan perempatan Ringin Terong, tepatnya berada di Desa Terong kecamatan Dlingo. Jika anda lurus keselatan anda akan menuju ke desa Muntuk dan Desa mangunan. Namun jika anda ke barat anda akan menuju Kecamatan Pleret, sedangkan jika anda menuju arah Timur anda akan menuju ibu kota Kecamatan Dlingo disamping juga anda dapat menuju ke Gunungkidul. Pokoknya Menarik dan di jamin ketagihan jika anda memang memiliki karakter pribadi yang suka tantangan dan traveling. Jangan di tunda lagi ya, untuk sekedar berkunjung atau mencari relasi atau bahkan investasi..saya siap mengatarkan anda.

Pemandangan Dlingo Jalur Selatan

Berkunjung Ke Kecamatan Dlingo bantul dapat melalui beberapa jalur alternatif, salah satunya adalah jalur selatan. Jalur ini dapat di tempuh melalui jalan Imogiri Barat Dan Jalan Imogiri Timur, jalur ini juga merupakan jalur wisata ritual menuju makam raja-raja mataram yang berlokasi di Pajimatan Imogiri. Dari pasar Imogiri menuju makam seniman dan makam raja-raja, lalu anda akan bertemu dengan pertigaan yang menuju ke Kecamatan Dlingo, jalan menuju ke arah Kecamatan Dlingo memiliki karakteristik tanjakan-tanjakan yang berkelok-kelok.

Bagi anda yang suka dengan kegiatan petualangan baik sepeda gunung, tral track dan off road atau safari Car jalur Selatan menuju Dlingo ini akan memberikan nuansa yang menarik. Dari puncak perbatasan Kecamatan imogiri dengan Kecamatan Dlingo ini akan dapata terlihat di sisi Utara adalah pemandangan Kota Bantul dan di Sisi Selatan akan tampak hamparan laut parang teritis yang berkilau sebagai dampak pantulan sinar matahari yang terpancar ke laut. Namun demikian dituntut kewaspadaan dan kehati-hatian yang extra, karena jalur ini juga berbatasan dengan jurang dan tebing-tebing gunung yang dalam.
Setelah sekitar 20 menit perjalanan dari Imogiri menuju ke Dlingo anda akan di suguhi dengan berbagai ke elokan pemandangan gunung serta rimbunnya hutan rakyat yang terpelihara dengan baik. Anda juga dapat mampir ke Kebun Buah Mangunan, untuk sedikit melepas lelah dan makan buah-buah segar.
Setelah itu apa bila anda ingin melanjutkan perjalanan menuju pusat kota kecamatan Dlingo maka anda tinggal menempuh sekitar 20 perjalanan lagi. panorama sepanjang jalan tersebut juga tidak kalah menarik. di sepanjang perjalanan anda akan bertemu dengan sentra-sentra industri kecil yang sangat beraneka ragam, dari kerajinan patung kayu, souvenir, bunga plastik, daun pintu, anyaman bambu sampai makanan-makanan lokal.
Memang industri-industri kecil tersebut masih belum terintegrasi dalam satu kawasan, namun justru itu adalah keuntungan bagi anda, karena dengan begitu anda dapat membeli dan langsung bertransaksi dengan pengrajin secara langsung tanpa perantara. atau jika anda butuh pendamping ..hehehehe..Saya juga siap jadi Leader Official bagi anda....yang penting anda dapat harga terendah...nanti saya yang menawar...hehehehehe, tapi rugi jika tidak membeli.

Rekruitmen CPNS 2009 Merugikan Pendaftar Dlingo

Pemerintah pada tahun 2009 melakukan rekruitmen CPNS di berbagai lingkungan instansi yang ada baik di daerah maupun pusat. Tapi entah mengapa lagi-lagi proses pendaftaran dan rekruitmen tersebut hanya efisien dari sisi pelaksanaan kegiatan dalam hal ini pemerintah. Bagaimana tidak ratusan bahkan ribuan peserta dari kecamatan Dlingo bantul yogyakarta harus mengeluarkan ratusan ribu untuk melengkapi berkas yang di persyaratkan. Hal ini mungkin tidak diperhatikan, namun bagi para pendaftar hal ini dirasakan berat, menginggat para pendaftar ini rata-rata adalah para pencari kerja yang secara finansial mereka memiliki dana yang pas-pasan.

Berikut ini adalah gambaran biaya yang harus dikeluarkan warga Kecamatan Dlingo yang mengikuti sebagai peserta dalam proses pendaftaran CPNS pada pemerintah :
1. Uang Bensin : Pesrta dari Kecamatan Dlingo harus mengeluarkan uang bensin sebesar kurang lebih Rp.250.000,- untuk keperluan mobilitas pengurusan syaratnya sebagai contoh :
"Perjalanan dari rumah ke balai desa rata-rata berjarak 6-7 KM, untuk mendapatkan surat pengantar pengurusan SKCK, Perjalanan dari Balai desa ke POLSEK dan Kecamatan rata-rata berjarak 9-10 KM Untuk pengantar SKCK dan legalisasi, Perjalanan dari Kecamatan dlingo ke Instansi Pemda, RSUD dan Polres rata-rata berjarak 24-35 KM untuk pengurusan kartu kuning, surat keterangan sehat dan bebas narkoba, serta SKCK Polres".
2. Uang Administrasi Di Tingkat Kecamatan : Peserta harus membayar Rp.3000,- s/d Rp.10.000,- di Pemerintah desa, Rp.3000,- s/d Rp.10.000,- di Kecamatan dan Polsek. Setelah itu mereka harus meng Copy berkas tersebut untuk di legalisir Rp.5000,-.
3. Uang Administrasi Di Tingkat Kabupaten : Peserta harus membayar Rp.70.000,- s/d Rp.85.000,- untuk biaya test Laboratorium di RSUD untuk Surat keterangan sehat dan Bebas narkoba. Lalu untuk kartu kuning rata-rata Rp.7000,- s/d Rp.15.000,- untuk biaya copy berkas. Belum lagi SKCK Polres mereka juga harus mengeluarkan kocek untuk Foto dan administrasi sebersar rata-rata Rp.25.000,-.
4. Uang lain-lain : Peserta harus memiliki Foto yang berfariasi, ada yang hitam putih dan ada yang berwarna, biayanya rata-rata Rp. 20.000,- s/d Rp.50.000,-. belum lagi pembelian kertas folio dan metrai 6000 dengan rincian biaya yang juga berfariasi antara Rp.6000 s/d 15.000,-.
Suasana Pendaftaran CPNS "berjubel dan Panas"
nah Silahkan di total sendiri berapa biaya yang harus mereka keluarkan, sedangkan apa bila para pendaftar dari Kecamatan Dlingo harus mendaftar lewat media internet mereka juga tetep harus mengeluarkan biaya kurang lebih Rp.30.000,- s/d Rp.100.000,- untuk biaya jaringan dan transportasi. hal ini terjadi karena di wilayah Kecamatan Dlingo belum ada fasilitas jaringan yang besar dan mempunyai kecepatan maksimal untuk download dan upload data dari pemerintah.
Kalo setiap tahun peserta harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit mestinya setiap tahun pula pendapatan pemerintah meningkat...tapi..pertanyaannya sekarang adalah..."Apakah masyarakat harus selalu di bebani biaya yang seharusnya biaya itu di tanggung pemerintah...karena yang butuh tenaga kerja kan pemerintah...ya to...."

Kecamatan Dlingo

Buat yang belum Mengenal Dlingo bantul Sekali lagi saya kasih info singkat..meski belum begitu valid tapi mudah-mudahan bisa memberikan keterangan yang membantu. Dlingo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Dlingo terletak di Kabupaten Bantul paling timur, dan berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, potensi yang ada di kecamatan Dlingo adalah pada sektor industri kayu, anyaman bambu, tambang batu, pertanian berladang, kehutanan, perkebunan, pariwisata dan potensi bentang alam berupa pegunungan dengan Luas 55,87 km².

Karakteristik Desa yang dimilikipun beraneka ragam antara lain :
Desa Mangunan:
Desa ini memiliki potensi agrowisata berupa kebun buah (masih dalam rintisan), kerajinan ukiran, souvenir, dan alam pedesaan yang masih alami, fasilitas jalan yang bagus yang di tunjang dengan keramahan masyarakat lokal yang bersahaja dan berbudaya. Disamping itu kandungan mineral tanah yang di miliki dapat dijadikan bahan campuran pembuat gerabah. Ritual desa yang sering dilakukan adalah pementasan Ketoprak mataram setiap setahun sekali pada bulan Agustus dan acara budaya lain.

Peta lokasi Kecamatan Dlingo bantul

Desa Muntuk:
Desa ini memiliki potensi kerajinan anyaman bambu yang sudah menembus pasar nasional maupun internasional, disamping juga potensi wisata pemandangan alam pegunungungan di kawasan wisata Nganjir. Desa muntuk ini memiliki karakter masyarakat yang tradisional yang masih kuat memegang tradisi dan budaya lokal yang ada. pada bulan-bulan tertentu digelar pesta budaya Tayuban ( Ledekan) untuk acara bersih Dusun. sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, pengerajin bambu dan kayu. hasil kerajinan masyarakat Desa Muntuk sampai saat ini sudah menembus pasar-pasar internasional. namun bagi anda yang berdomisili di indonesia jangan khawatir, bila datang kesana akan mendapatkan harga tarif lokal.
Desa Terong:
Desa ini merupakan desa yang secara politik paling dinamis, hal ini bisa ditunjukan dengan peran serta partisipasi politik masyarakatnya yang tinggi dalam setiap pesta demokrasi (Pemilu). Di samping juga dari sisi pembangunan pendidikan termasuk yang paling menonjol sehingga kultur masyarakat yang kritis sudah mulai terbangun. Secara ekonomi sebagian besar masyarakat Desa Terong bermatapencarian sebagai petani, namun pada generasi terkini sudah mulai ada pergeseran pekerjaan. dominasi pekerjaan yang lain adalah hampir 35 % masyarakatnya sudah bekerja sebagai birokrat, TNI, Polri, dan Pekerja Perusahaan.
Desa Temuwuh:
Karakteristik desa ini yang paling menonjol adalah pada persaingan ekonomi tepatnya secara ekonomi masyarakat sudah mulai sadar akan potensi desanya yaitu dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berdagang dan berusaha menciptakan lapangan kerja. Usaha kecil menengah mulai berkembang dan mulai menembus pasar nasional. Komoditi yang paling mendominasi adalah industri kayu/meubeler berupa daun pintu, meja, kursi dan barang-barang dari kayu, disamping indusri pengrajin bunga palsu, serta rak-rak kayu sengon.
Desa Jatimulyo:
Secara umum desa ini tidak mengalami pertumbuhan secara menonjol, baik dari sisi ekonomi, politik,dan potensi lokal yang ada, akan tetapi di wilayah ini terdapat lokasi-lokasi wisata ritual yang selalu ramai dikunjungi wisatawan luar daerah seperti Sendang Banyu Urip dan Pohon Jatikluwih. Sehingga ciri umum desa ini terletak pada warisan budaya yang religius dari leluhur.
Desa Dlingo:
Desa Dlingo merupakan desa yang secara religius beraneka ragam, secara ekonomi didominasi sektor pertanian, dan secara politik masih tradisionalis, dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih lemah, namun dari sisi kekayaan alam terdapat potensi hidrologi (air bawah tanah) yang bisa dikembangkan. Kebutuhan air di desa ini bisa dipenuhi dengan syarat pengelolaan sumber daya yang ada dapat diakses secara maksimal.

Kebun Buah Mangunan Dlingo

"Spot-Spot area Kebun Buah Mangunan dlingo bantul antara lain : Kolam Renang Anak, Kolam Ikan, Repling Area, Area Kapling Buah-buahan, Rest Area, Peternakan Sapi, Kambing, Circle Track, Trail Track, Out Bond"
Kebun buah Mangunan mulai dirintis sejak beberapa tahun yang lalu oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, dengan memanfaatkan lahan kering perbukitan yang kurang produktif di wilayah Desa Mangunan Kecamatan Dlingo. Kawasan tersebut berada sekitar 20 Km arah selatan kota Yogyakarta pada ketinggian sekitar 250 mdpl dan hawanya sangat sejuk.

Secara lansekap, kawasan tersebut sangat menarik dan unik. Dari tempat ini kita dapat melihat pemadangan alam pegunungan yang indah di sekitarnya, dan ditengah kawasan tersebut terdapat cekungan mata air, serta disekitarnya merupakan perbukitan dengan beragam kemiringan lereng, yang saat ini telah penuh dengan berbagai macam tanaman buah-buahan yang sudah berbuah. Jenis buahan yang ada di kebun buah Mangunan, antara lain: Mangga, durian, rambutan, jeruk, jambu air, belimbing, dan lain-lain. Sungguh tempat ini sangat cocok bagi yang ingin berwisata keluarga, pertemuan (meeting), pelatihan, wisata pendidikan lingkungan, outbond, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya kini Kebun buah Mangunan kian menawan, dengan ditingkatkannya berbagai fasilitas untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung, antara lain kolam renang, jalan setapak, ruang pertemuan, penginapan, gazebo, lokasi parkir, kantin dan berbagai fasilitas yang lain. Infrastruktur jalan untuk menuju lokasi kebun buah juga sudah sangat bagus sehingga pngunjungpun bisa langsung sampai ke lokasi kebun buah.
Bagi yang ingin berkunjung untuk mengunjungi tempat ini cukup mudah, apabila dari arah kota Yogyakarta, langsung menuju Jalan Imogiri Timur, setelah sampai di Kecamatan Imogiri kemudian mengambil jalur Imogiri Dlingo, maka sekitar Km 5 akan menjumpai Balai Desa Mangunan, dan disitu ada petunjuk arah ke lokasi Kebun Buah. Sungguh kebun buah ini bisa menjadi wisata andalan di Kabupaten Bantul. Selamat berkunjung ke Kebun Buah Mangunan.
Apabila membutuhkan keterangan lebih lanjut bisa menghubungi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Jl. Raya Bantul Km 7,5 Pendowoharjo, Sewon, Bantul (0274) 6466291.

Pemandangan Sungai OYO Dlingo cocok untuk Tubing dan Rafting pemula

Jembatan DODOGAN
Mungkin beberapa bulan terakhir, ada banyak hal yang loncat-loncat dari pikiran saya, maka kali ini saya akan merefresh kembali semua dan kembali pada "DLINGO MARGINAl". Nah kali ini saya akan mengajak anda dan menawarkan sebuah keajaiban berupa Spot pemandangan bentang alam perbatasan Kecamatan dlingo bantul dengan Kabupaten Gunungkidul.

Gambar di atas adalah jembatan penghubung antara Kabupaten Bantul dengan Kabupaten Gunungkidul yogyakarta yang melintasi Kecamatan Dlingo bantul yogyakarta. pada ujung barat jembatan menjadi wilayah Kab. Bantul sedangkan ujung Timur menjadi wilayah Kab. Gunungkidul. pembangunan jembatan ini di mulai pada tahun 2004, pembangunan jembatan ini membawa perubahan yang besar baik dari sisi struktur maupun infrastruktur baik secara ekonomi, sosial maupun budaya.
Pada hari-hari tertentu jembatan ini penuh sesak oleh para kawula muda yang menghabiskan hari dan menunggu gelap. Apalagi jika malam minggu, bisa-bisa pengunjung di jembatan ini bisa sampai jam 10-12 malam. namun jangan salah, keramaiyan di jembatan ini bukan semata-mata duduk diam dan lihat pemandangan tapi kadang di sertai dengan atraksi-atraksi balap motor liar, offroad, trail track dan berlomba-lomba mencari pasangan..alias pacaran.,...hehehehe..
Kenapa Tidak dibuat rafting atau Tubing, waw pasti menarik yaaaaa kapan-kapan kami pasti wujudkan melalui tangan-tangan Tuhan yang lain di kecamatan Dlingo.
 
Pengembangan wilayah ini masih sebatas jalan alternatif sebagai jalan tembus dari dan ke kedua kabupaten di wilayah Yogyakarta ini. namun meski demikian sayang jika hanya seperti itu kan, masak pemandangan yang elok, udara sore yang sejuk, hanya dilewatkan tanpa konsep yang tertata. wah...jika pada suatu hari masih mungkin....kayaknya di bikin arena balap, offroad, trail track...akan memiliki daya tarik yang lebih hebat lagi....yah paling tidak jika bukan aku,,,,,ya..mungin para pembaca dapat mengambil inisiatif lebih awal ...dari saya...maklum berapa seh..gaji.."Oemar Bakrie"..cuma cukup buat beli susu....Gak cukup buat bikin adventuring Area.....

Dlingo Nama Tanaman Obat

Ini adalah wujud tanaman obat yang bernama "Dlingo"
SINONIM :
Nama Latin : Acorus terrestris Spreng
Nama Daerah : Jeurunger (aceh), Jerango (Gayo), Jerango (Batak), Jarianggu (Minangkabau), Kakapasan (Sunda), Dlingo ( yogyakarta jawa Tengah), Jharango (Madura), Jangu, Kaliraga (Flores), Jeringo (Sasak), Kareango (Makasar), Kalamunga (Minahasa), Areango (Bugis), Ai wahu (Ambon), Bila (Buru).

KLASIFIKASI


Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L


KEGUNAAN : Dalam pengobatan Alternatif Herbal Obat penenang, Obat Lambung dan Limpa, Bahan baku kosmetika.

Kredit UMKM Dlingo Terselesaikan

Posted on August 14, 2009
Monggo dipun raosaken...
Kembali kita bisa bernafas lega, Pemerintah Provinsi yogyakarta dalam waktu dekat (September dan November 2009) akan menyelesaikan kredit bermasalah UMKM pasca gempa di DIY. Ini merupakan program ke-2 dan ke-3 setelah program pertama diluncurkan pada Bulan Desember 2008. Pada tahun tersebut beberapa masyrakat dlingo bantul telah menerima pembebasan beban di bank akibat gempa tahun 2006

Program ke-2 (September 2009) akan menyelesaikan sebanyak 344 Kasus Kredit bermasalah UMKM, dengan nilai Outstanding Pokok sebesar Rp. 1.083.981.657,- Sedangkan program ke-3 (November 2009) akan menyelesaikan 1.626 Kasus Kredit bermasalah UMKM, dengan nilai Outstanding Pokok sebesar Rp. 3.815.537.421,-
Jadi total program (ke-2 dan ke-3) yang terselesaikan sampai dengan November 2009 adalah untuk 1970 Nasabah UMKM, dengan nilai Total Outstanding Pokok sebesar : Rp. 4.899.519.078,- Sedangkan sisa kasus kredit yang belum terselesaikan ada 2.645 kasus kredit dengan total Nilai Kredit : Rp. 129.933.829.569,- Total Nilai Agunan: Rp. 209.266.966.896,- Dari sisa data inilah yang baru diproses di pemerintah pusat.
Rencana dalam waktu dekat Tim Ad Hoc akan diundang oleh Deputi Menko Perekonomian (Bapak Bayu Krisnamurthi) untuk hadir membahas pola penyelesaian kredit tersebut bersama dengan Bank Indonesia Pusat, Kementrian Koperasi dan UKM, Kementrian Negara BUMN, dan pihak terkait lainnya.
Semoga bermanfaat, dan sabar menunggu barang sejengkal waktu…
Terima kasih.
TIM AD HOC Penyelesaian Kredit Bermasalah UMKM Pasca Gempa di DIY.
Nurul Muslimin
Sebagai Warga yogyakarta yang berdomisili di Dlingo Bantul....Saya turut bangga memiliki generasi bangsa yang menjadi agen pejuang UMKM..."LANJUTKAN!!!"..."Lebih Cepat Lebih Baik" ...tapi yang paling penting..... "Harus PRO-RAKYAT"...

Di Dlingo Aku Rindu KEKASIH

Entah kenapa angin malam ini sangat sejuk, malam itu aku berjalan kaki sendiri di sebuah lembah yang bernama dempak terong dlingo. lalu aku pulang dan aku tergolek di dekatnya melihat ke atap langit-langit kamarku tampak warna putih bergaris-garis hitam dan tampak beberapa titik-titik terang dikejauhan di ambang batas pengelihatanku. Aku tak tahu apakah itu bintang-bintang hatiku yang sengaja menampakan senyum menyapa aku. Sungguh sebuah Kepekatan yang indah.

Tiba-tiba hatiku menyeruak terharu, aku ingat ada beberapa hal yang tertunda yang belum sempat aku kerjakan. Sengaja aku tunda atau memang hanya terpikirkan sekilas dan terpendam di ruanghati. Mataku berkaca-kaca memikirkan semua pristiwa demi peristiwa seperti film terlihat jelas di depan mataku. Kutahan sekuat mungkin runtuhnya air mata.
Aku menghela nafas , sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan hadir, rinduuuuu, ya aku rindu ritual itu, berbuka, makan sahur , sholat taraweh…duh … jantungku berdebur keras mengingat semua itu. Peristiwa beberapa tahun terakhir ini sekilas mengiris hatiku. Ku pejamkan mata sekedar untuk menghalau semua kisah hidupku. Semua sudah terlewat dan aku masih berdiri disini bersama berlian-berlian cintaku. Allah telah mengatur semua, memberikan kekuatan dan kesabaran untuk melewati hari-hari demi hari waktu demi waktu meski kadang perihnya tak kan terlupakan.
Tiba-tiba aku teringat sudah beberapa tahun ini aku tidak berkomunikasi dengan baik layaknya hubungan persaudaraan yang diridhai. Dengan alasan klise yaitu, sibuk, males, dan berjuta alasan lain yang hanya mengedepankan egoku.
Teringat juga kekhilafan yang pernah aku lakukan dengan istri, anak dan semua orang yang kini sudah menjadi satu bagai bongkahan salju , sejuk dan keras menggedor hati dan jiwaku. Ada yang harus aku lakukan. Ini adalah saat yang tepat untuk mengunjungi mereka , bersirahturahim, meminta maaf atas kesalahan yang pernah terjadi. Aku harus mulai menyisihkan waktu ku untuk mendatangi mereka atau paling tidak menyapa mereka lewat telp dan bilang rindu serta minta maaf karena sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan.
Tak kuat untuk menahan tangis ini, sudah banyak dosa yang sudah kuperbuat dan Allah masih memberikan waktu untukku di bulan yang maha suci ini , untuk kembali beribadah dan bertobat . Terima kasih Ya Rabb. Aku menghela nafas , aku akan mulai besok untuk menghubungi atau menyapa kerabat dekat, teman-teman untuk meminta maaf dan menyambung tali sirahturahim yang sempat longgar. “Aku rindu, Wangimu mulai kurasakan, Kusiapkan pintu hati dan jiwaku untuk menyambutmu, Semoga semua ketulusan menyertai langkahku Semoga semua kekhilafan termaafkan, Kupeluk dan kucium kedatangan mu, Tak rela hati ini Melepaskan rindu akan sentuhanmu Selamat datang bulan yang penuh dengan berkah…Marhaban Ya Ramadhan ….. “

Kisah Klasik Dlingo Antara Impian Dan Kenyataan

Akhir-akhir ini terlalu banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup ini carut marut penuh dengan pengorbanan dan tetesan air mata, Tiba-tiba saja, hanya dalam hitungan detik, sebuah peristiwa itupun terjadi. Sebuah peristiwa yang kemudian meruntuhkan tembok pertahananku selama ini. Sebuah tembok besar mirip sebuah bentang gunung yang menjulang sepanjang gunung mungker sampai di pegunungan nganjir dlingo bantul

Sebuah benteng kokoh yang sudah terbangun tinggi, tebal, menjulang ke langit, sebauh tempat sebagai sebuah peraduan yang sudah aku siapkan dimana ada rasa aman dan nyaman tiap kali berlindung di dalamnya, kini runtuh tiba tiba, hancur lebur jadi debu, hanya dalam hitungan detik. Akhirnya aku harus mengakui dan menyerah, atas idealisme politik seorang suami dengan segala mimpi yang pernah ada, tapi aku sadar, aku bukanlah dewa, im just an human being, seorang anak manusia dengan segala ego, keinginan, kebutuhan, dengan segala keterbatasan.
Salahkah aku jika harus mengambil suatu langkah kontroversial layaknya politik demokrasi terpimpin era soekarno yang umum menurut kebanyakan orang pada umumnya, demi meraih cinta yang sejati dengan konsistensi kepada hati tanpa sebuah keraguan sedikitpun meski harus melewati dan menikmati puncak kepedihan. demi untuk menyelamatkan kehidupan selanjutnya? Egoiskah aku, jika untuk itu semua, ada hati hati manusia lain yang ikut menjadi korban karena paksaaan yang dia sendiri tidak yakin sanggup menjalaninya?
Berdosakah aku, jika langkah yang aku tempuh, sangat dibenci oleh Nya, atas ketidak langsungan pertaubatan setelah semua terjadi.. walaupun itu halal untuk dilakukan? Aku tidak tahu. Aku sungguh-sungguh tidak tahu. Yang Aku tahu hanyalah bahwa aku hanya ingin hidup tenang, jauh dari kebisingan, hiruk pikuk suara yang pada akhirnya akan saling menyalahkan, memojokkan, padahal tidak satupun manusia tahu "APA yang diingginkan Tuhan Pada umatnya" meski sebuah kehilangan yang paling besar, meski harus membangunkan lagi semangat hidup, meski harus membangun tembok baru lagi, meski harus lebih berserah atas karunia yang telah di berikan-NYA.
Yang aku inginkan hanyalah, sebuah pengertian, bahwa segala upaya yang telah aku lakukan, telah sampai pada ujung jalan dan tidak mungkin lagi aku membangun sebuah jalan yang lebih panjang. Segeralah kembali sayangku....segera temukan pasangan cintamu dalam kehidupan kita. Agar segala hikmah ini tidak segera musnah, agar segala kehilangan dan lobang hati kita segera tertutup oleh anugrah.
Malam ini saat tersungkur dihadapanMu ya Robbi, kepingan demi kepingan peristiwa itu kembali melintas, menerjang.Dan rasa sakit itu kembali memporak porandakan kestabilanku, Dan perih itu tanpa ampun mengkoyak koyakkan kedamaianku. malam ini dihadapan Mu ya Robbi, saya telah menetapkan hati, untuk tidak kembali lagi mengulangi semua ini...dan aku berjanji akan mengajak dia serta menghadap-MU..

Cinta Dlingo "Tidak Selalu Berwujud Bunga"

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. mugkin karena dia ngelaju dalam bekerja ibarat dari dlingo menuju yogyakarta yang berjarak kurang lebih 45 km. sehingga dia terlalu capek dan mudah boring

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan” Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”.
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya:Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”
Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan….“Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.”
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya: “Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya.” “Kamu selalu lupa waktu saat mengerjakan segala sesuatu, kadang aku harus mengingatkan, kadang membawakan barang yang ketinggalan dari rumah dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa melakukannya.”
“Kamu pergi menuntut ilmu demi kariermu, saya harus menunggu di rumah meski tanpa hati tapi pikiranku selalu tertuju pada tujuan kariermu meski aku tidak mengarahkanmu” “Kamu selalu pegal-pegal masuk angin pada waktu tertentu , meski hanya kadang saya rela memberikan tangan saya untuk memijat, kerokin kamu, saaat kamu sakit dan hampir pingsan aku rela mengendongmu .” “Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi aneh’. meski tidak sering dulu kupinjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal yang kita alami.” “Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku, nonton tv, dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya meski sering tertidur, tapi aku sudah berusaha agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.”
“sebenarnya Tanganku memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah, melihat warna-warna bunga yang bersinar dan indah bersama anak-anak kita jikalau kamu bisa memahami cintaku selama ini”. “Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.”
“Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu.”“Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu. mulailah mencarinya awalilah dan aku akan mebiarkan dan mengiyakan semua keinginanmu..karena aku tidak bisa memulai mengakhiri semua ini...aku tidak akan punya alasan dan itu akan sanggat melukaiku akan membohongi perasaaanku padamu. ”Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
“Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang? tapi jika hatimu masih meragukanku tolong jawab " bukankah kita pernah bisa menjalani semua ini, lalu apa yang membuatmu ragu, dan apakah kamu tahu apa yang di inginkan Tuhan terhadap kita, bukankah semua ini hanya keinginan kita....dan bukan yang terbaik bagi kita".
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud“bunga”. Roda jaman kadang memaksa kita untuk mengistiratkan cinta yang telah jenuh. kemudian untuk berjalan lagi dan melakukan yang terbaik.

Arti Kasih Ibu "Wejangan Untuk Kawula Muda Dlingo Bantul Dan Yogyakarta"

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di salah satu ibu kota negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota . Ada sebuah kisah Natal yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang. kalo di dlingo ya..mirip mirip perempatan ringin terong atau pertigaan kerdu temuwuh dlingo. Cerita ini dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa IA bukan penduduk asli kota itu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya. Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, Tidak sampai setahun di kota itu, mereka sudah kehabisan seluruh uangnya,

Hingga suatu pagi mereka menyadari akan tinggal dimana malam nanti dengan tidak sepeserpun uang Ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong seorang bayi berumur satu tahun. Dalam keadaan panik Dan putus ASA, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya Dan tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing dari sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh. Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang untuk mendapatkan pekerjaan apapun, kalau tidak malam nanti Kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya IA pergi. Dan itu adalah kata2nya yang terakhir karena setelah itu IA tidak pernah kembali. Tak seorangpun yang tahu dengan pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika.
Selama beberapa Hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya, Dan bila malam menjelang ibu Dan anaknya tidur diemperan toko itu. Pada Hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, Dan jadilah mereka pengemis disana selama 6 bulan berikutnya.Pada suatu Hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit Dan memutuskan untuk bekerja.  Persoalan nya adalah di mana IA harus menitipkan anaknya, yang kini sudah  hampir 2 tahun, Dan tampak amat cantik. Keliahatan nya tidak Ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu Dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka.
Suatu pagi IA berpesan pada anaknya, agar IA tidak pergi kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau yang menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa Hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, Dan Kita tidak lagi tidur dengan angin dirambut Kita". Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, Dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya, di sebelahnya Ia meletakkan sepotong roti, kemudian, dengan Mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, dimana Ia bekerja sebagai pemotong kulit. Begitulah kehidupan mereka selama beberapa Hari, hingga dikantong sang Ibu Kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh tsb.
Dengan suka cita sang Ibu menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, membayar uang muka sewa kamarnya Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, Dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota . Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya Dan membawanya kesebuah rumah mewah dipusat kota . Disitu gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.
Suami istri dokter tsb memberi nama anak gadis itu Serrafona, mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi Dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, Dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun IA pergi. Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, Dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.
Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif digereja, Dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian setiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo. Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, Dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan Dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga Dan istana yang paling megah di kota itu.
Menjelang Hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang Ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, Dan di laci meja kerja ayahnya, IA menemukan selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, Dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam. Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar Dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian IA membuka lemarinya sendiri, Dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu tampak sesuatu yang terbungkus oleh kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan Dan bukan terbuat dari emas murni.
Almarhum ibu memberinya benda itu dengan pesan untuk tidak menghilangkan nya. Ia sempat bertanya, kalau itu anting, dimana pasangannya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting itu didekat foto. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang. Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri.
Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, dengan senyum yang dibuat-buat, belum pernah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanya annya, kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya. Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat  dibenaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya Dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dingin sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.
Matanya basah ketika ia keluar dari kamar Dan menghampiri suaminya, "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkin kah ibu sekarang masih Ada di jalan setelah 25 tahun?" Ini semua adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, penerbit surat kabar Dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.
Bulan demi bulan telah berlalu, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu dinegeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang.
Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.
Saat itu waktu sudah memasuki masa menjelang Natal . Seluruh negeri bersiap untuk menyambut hari kelahiran Kristus, Dan bahkan untuk kasus Serrafona-pun, orang tidak lagi menaruh perhatian utama. Melihat pohon-pohon terang mulai menyala disana-sini, mendengar lagu-lagu Natal mulai dimainkan ditempat-tempat umum, Serrafona menjadi amat sedih. Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, saya bukannya tidak berniat merayakan hari lahirmu, tapi ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup ini 'temukan saya dengan ibu' ".Tuhan mendengarkan doa itu.
Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ketempat wanita itu berada, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka. Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang,
Malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik, mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa Ibunya masih hidup dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya. Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan Maha Kasih nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu nyonya, hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak terlalu banyak lagi." Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh Dan banyak angin. Rumah-rumah disepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikutnya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan.
Tubuh Serrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Cepat, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa: "Tuhan beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja untuknya". Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil masih berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan".
Ketika mereka masuk dibelokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat. Jalan itu bernama Los Felidas, panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak. Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya Dan 3 mobil polisi, di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis-pengemis yang segera memenuhi tempat itu.
"Belum bergerak dari tadi." Lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun dari Mobil, suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu."
Serrafona memandang tembok dihadapannya, dan ingatan semasa kecilnya kembali menerawang saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kakinya dan kembali terlintas bayangan ketika IA mulai belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkannya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat. "Tuhan", ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, "Beri kami sehari,Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberinya tahu bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Sehingga mama tidak sia-sia pernah merawat saya".
Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya, wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri disaat ia masih muda. "Mama....", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang selama ini ditunggunya tiap malam dan setiap hari - antara sadar Dan tidak kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas, dengan perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebuah anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk Dan menyadari bahwa itulah pasangan anting yang selama ini dicarinya dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.
"Mama, saya tinggal di istana dengan makanan enak setiap hari. Mama jangan pergi, Kita bisa lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur apapun juga........ Mama jangan pergi....... ." Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan Maha Pengasih dan Pemberi, Tuhan..... satu jam saja.......satu jam saja....." Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.
Semoga artikel diatas boleh menjamah setiap hati yang luka, hati yang tawar Dan hati yang keras untuk bisa mengampuni karena hanya CINTA KASIH yang mampu melakukan semua itu.