Dua Siswa MTS Dlingo Kecelakaan Saat Ujian Nasional

Dlingo : Diknas Bantul : Pada pelaksanaan UN hari III Rabu tanggal 27 April 2011 dengan mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Inggris. Di hari ke III ini ada 2 ( dua ) siswa yang mengalami kecelakaan yaitu Tri Astutik siswi MTs Ma’arif Dlingo terjatuh dari motor saat akan berangkat UN sehingga mengaalami gegar otak dan saat ini dirawat di Rumah Sakit Sardjito, dan satu siswa lagi yaitu Abi Susilo mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan patah kaki dan saat ini di rawat di Rumah sakit Panembahan Senopati Bantul.

Dan 2 ( dua ) siswa sakit lainya atas nama Oky Wulandari siswi SMP N 2 Piyungan dan Panji Zulkarnain siswa SMP YP Bantul. Di hari ke III sebanyak 18 siswa tidak hadir dengan rincian 4 siswa sakit, 9 siswa mengundurkan diri dan 5 siswa tampa keterangan. Siswa yang sakit dan tampa keterangan dapat mengikuti Ujian Susulan yang akan dilaksanakan pada hari Selasa s.d. Jum’at , tanggal 3 ss..d 6 Mei 2011. Dari pantauan Tim Monitoring dan Laporan yang diterima Posko UN Kabupaten Bantul, pelaksanaan di hari II berjalan lebih tertib dan lancar .

Ujian Nasional SMP/MTs Negeri dan Swasta di Kabupaten Bantul diikuti oleh 11.291 siswa. 17 Pokja SMP/MTs, 93 Sekolah penyelenggara dan 14 sekolah menggabung. Tim UN Kabupaten Bantul menerjunkan 32 tim monitoring ke sekolah penyelenggara UN tingkat SMP/MTs Negeri dan swasta se- Kabupaten Bantul, kegiatan ini dimaksud untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan di Pokja dan di sekolah penyelenggara. Tim ini dari beberapa unsur baik dari Dinas Dikdas, Kementerian Agama, Pengawas yang langsung terjun ke lapangan.

Kepala MTS Maarif Dlingo Berharap Ada Mukjizat UN

Dlingo : TRIBUNJOGJA.COM : Bagi Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Maarif Dlingo, Bantul, DIY, Miftahul Bachri, Ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMP sederajat cukup membuatnya resah. Pasalnya, ia juga memikirkan para anak didiknya yang akan menjalani UN mulai Senin (25/4/2011) besok sampai Kamis.
"Saya juga ikut deg degan mikirin mereka, bahkan saya berharap semoga ada mukjizat yang dapat menolong nilai mereka," kata Miftahul saat ditemui Tribun Jogja, di sekolahnya.

Keresahannya tersebut karena nilai yang akan didapat siswa dalam UN juga akan berpengaruh pada akreditasi sekolah. Selain itu hal tersebut juga kerap dijadikan tolok ukur seorang pengajar, termasuk dirinya. Ia menuturkan dari 140 siswa MTs Maarif Dlingo, terdapat 40 siswa yang menurutnya masih mengkhawatirkan. Hal tersebut tak pelak membuatnya ikut stres memikirkan nasib para siswanya dalam menjalani UN 2011 ini.

"Kadang siswa itu terkesan lebih santai, yang stres malah orangtua dan guru-guru seperti saya ini," tambahnya. Sedangkan Wakil Kepala MTs Maarif Dlingo, Ismartoyo, menambahkan keberhasilan seorang siswa dalam UN juga menjadi pertaruhan kredibilitas seorang guru pengampu mata pelajaran. Pria yang sehari-hari mengajar mata pelajaran IPS ini tak jarang mengingatkan siswanya untuk terus berdoa dan meningkatkan ibadah.

Kisah Seorang Kartini Dari Dlingo

Ini adalah sebuah kisah nyata Dari Dlingo, Seorang Kartini yang bisa menjadi inspirator bagi generasi penerus bangsa. Asli dari dlingo "KLIK DISINI" Atau  " DISINI " lalu Klik "Vote" untuk menjadikanya inspirator bagi sebuah karya dan kerja keras Dlingo.


 

Hidup cemas di lokasi bencana...Dlingo

Dlingo : Harian Jogja :Sudah 10 hari Rukiman tak pulang ke rumahnya pascaperistiwa nahas tanah longsor yang merenggut nyawa putri tunggalnya berumur 10 tahun. Tak hanya Rukiman, sejumlah keluarga lainnya yang tinggal di Dusun Seropan, Desa Munthuk, Kecamatan Dlingo, sampai kini dihantui kekhawatiran luar biasa. Cemas bila seketika tebing setinggi hingga puluhan meter yang mengelilingi rumah warga itu tiba-tiba runtuh.

Rukiman, 44, hanya dapat memandangi rumahnya dari jauh. Semenjak kematian putri semata wayangnya, Meida Wulandari, ia mengaku trauma untuk kembali ke rumah. Sisa puing bekas longsor serta jutaan barang berharga masih tertimbun di dalam tanah. “Kalau mau melihat silahkan saja sendiri, saya enggak kuat kalau ke sana. Trauma kalau mengingat di rumah itu anak saya meninggal,” tutur Rukiman dengan mata berkaca-kaca. Beserta istrinya, Rukiman kini mengungsi di rumah mertuanya di atas bukit. Entah sampai kapan mereka bakal kembali ke rumah. Rukiman hanya berharap dapat pindah dari lokasi nahas tersebut sekaligus membuang sisa kenangan manisnya saat masih tinggal bersama Meida. Sayang, belum ada satu pun yang mau membantu keluarganya untuk pindah, termasuk pemerintah padahal pascabencana sejumlah pejabat mulai Bupati sampai DPRD Provinsi ramai-ramai datang ke lokasi membantu sejumlah sembako.

Slamet Kiswanto, 43, juga merasakan hal serupa. Bukan hanya sekali ini, sejak longsor kedua menghantam rumahnya pada 2007 dan terakhir 3 April lalu, ia tak dapat tidur tenang. Anak istrinya pun sampai kini masih mengungsi di rumah tetangga. “Kalau yang lain tidur nyenyak, kami malah nggak bisa tidur harus berjaga,” kenang Slamet yang baru selesai membersihkan rumahnya dari timbuban tanah dan lumpur saat Harian Jogja datang. Kekhawatiran luar biasa kata Slamet yang juga Ketua RT 04 itu dialami warganya.

Di Seropan, sedikitnya ada lima buah rumah yang berpotensi tertimpa longsor dari tebing di sisi rumah. Tebing yang merupakan kaki bukit bernama Perut itu juga mengandung bebatuan besar yang siap runtuh bila hujan terus mengguyur. “Harapannya dapat di relokasi ke tempat yang enggak jauh dari sini tapi aman,” ujarnya.

'Ujub Syukur', Warga Pancuran Dlingo Gelar Rasulan

DLINGO : KRjogja.com : Ribuan warga Dlingo dan sekitarnya, Mingggu (17/4) siang memadati pesta rasulan di Lapangan Dangwesi, Pancuran, Desa Terong Kecamatan Dlingo, Bantul. Tradisi tahunan yang digelar masyarakat Dusun Pancuran juga menampilkan aneka pertunjukkan seni masyarakat setempat. Sedangkan Kenduri massal di lapangan Dangwesi menjadi puncak acara rosulan ini.

Lurah Desa Terong, Sudirman Alfian SE mengatakan, rasulan digelar sebuah upaya melestarikan adat budaya masyarakat Jawa. Diyakini kebudayaan merupakan media mempersatukan masyarakat secara keseluruhan. "Kami tinggal di pedesaan dengan apalagi pemersatu itu kalau bukan kebudayaan yang selalu dikedepankan," terang Sudirman.

Dari kebudaayaan itulah akan muncul kebersamaan sesama masyarakat. Selain itu tradisi rasulan secara tidak langsung juga turut melestarikan budaya lokal. "Ada ajang pentas budaya dan kesenian dalam event ini," jelas Sudirman. Sementara Kepala Dusun Pancuran Desa Terong Dlingo, Sugiyadi mengatakan, prosesi rasulan dimulai kirab hasil bumi dari Dusun Pancuran menuju Lapangan Dangwesi. Sementara dalam prosesi kenduri di lapangan hampir semua warga menggunakan sarang atau tempat nasi terbuat dari daun kelapa. Dalam rasulan itu sebanyak delapan RT membawa jhodang serta kesenian masyarakat untuk dipentaskan.

Menkop-UKM Resmikan Pasar Tradisional, Dangwesi, Terong, Dlingo.

Dlingo : Bantulkab.go.id : MENTERI Koperasi dan UKM ( Usaha Kecil Menengah ) RI DR Syarif Hasan MM MBA, Rabu ( 13/4 ) siang meresmikan selesainya pembangunan pasar tradisional Dangwesi Kalurahan erong, Kecamatan Dlingo. Hadir juga dalam kesempatan tersebut selain jajaran Muspida Bantul dipimpin Bupati Hj Sri Surya Widati, juga dari unsure dinas/instansi terkait se DIY dan pejabat terkait tingkat Propinsi DIY. Seusai peresmian, dilanjutkan peninjauan pasar yang diresmikan, disertai dialog langsung Menkop-UKM dengan sebagian p0edagang dan pembeli di pasar tersebut. Sedangkan peresmian tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Menkop dan UKM RI.

Bupati Bantul Hj Sri Surya Widati dalam sambutan penerimaannya antara lain menegaskan bahwa keberadaan pasar tradisional di wilayah Kabupaten Bantul, hingga kini masih tetap dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Upaya fisik yang dilaksanakan Pemkab Bantul, antara lain membangun kondisi bangunan pasar yang sudah lama, dan dibangun dengan bangunan baru. Karena keberadaan bangunan pasar lama tersebut sudah tidak memungkinkan untuk dipertahankan. Kemudian bangunannya, diganti dengan bangunan baru yang letak bangunannya tentu saja pada lokasi yang memungkinkan dan strategis, jelas Bupati Bantul Hj Sri Surya Widati. Pasar tradiosional yang bangunannya sudah diperbarui tersebut, kata Bupati Bantul, antara lain pasar Piyungan, pasar Imogiri, pasar Niten di Kecamatan Kasihan maupun pasar Pijenan di Kecamatan Pandak.
Sedangkan menurut panitia pembangunan pasar Dangwesi, pembangunan pasar Dangwesi tersebut dalam rangka program revitalisasi pasar tradisional melalui koperasi KSP ( Koperasi Simpan Pinjam ) Koperasi Kredit Adil Terong, Dlingo. Pembangun an pasar tersebut nilai kontraknya mencapai Rp 887.163.000,-, dan dilaksanakan selama 45 hari kalender, antara lain membangun kios dan los pasar. Terdiri dari 21 unit kios berukuran 3 x 3 meter persegi, dan dua unit bangunan los masing-masing berukuran 12 x 3 meter persegi, tegas panitia pembangunan.

Sedangkan Menkop dan UKM RI DR Syarif Hasan MM MBA,dalam sambutannya antara lain mengharapkan agar bangunan pasar Dangwesi tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dengan demikian, kata Menkop, singkatan UKM yang kependekan dari kata Usaha Kecil dan Menengah, nantinya dapat diartikan/kepanjangannya menjadi Usaha Kakap dan Milyaran rupiah. Ini perlu direalisasikan, tegas Menkp dan UKM RI DR Syarif Hasan MM MBA.

Andai Mau Ciptakan "PDMI" Patuk, Dlingo, Mangunan, Imogiri

Dlingo : Sejak awal ketika Saya mencalonkan diri menjadi Calon Bupati Bantul tahun 2035 masalah yang di hadapi Kecamatan Dlingo bukanlah permasalahan terkait sosial dan budaya apalagi politik dan modernisasi. Lokasi Kecamatan Dlingo yang berada di perbatasan paling timur berhimpitan dengan wilayah kabupaten gunungkidul juga bukan alasan terhadap masuknya pembaharuan. Hampir tidak ada yang tidak mungkin untuk membuat Dlingo menjadi salah satu pilar penyokong pemberdayaan ekonomi dan pendapatan yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat bantul "Tidak hanya Dlingo saja....Dan itu sanggat mungkin 1000% !!!Mungkin!!!.

Permasalahan yang terjadi adalah terkait dengan perencanaan detil terkait pembangunan yang belum terstruktur saja. Sehingga dokumen-dokumen terkait tahapan-tahapan pembangunan hampir tidak ada. forum musrenbang dan forum-forum yang lain selama ini hanya semata-mata perebutan kue-kue anggaran yang cenderung hanya membuat kecemburuan pembangunan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Secara politis Kecamatan edlingo selama ini juga selalu di tempatkan sebagai objek kampanye para pembuat kebijakan dan kroni-kroninya namun tetap saja secara representatif keterwakilan masyarakat dlingo di legislatif selalu di manipulasi secara politis pula oleh penyandang dana politik.

Kalau mau Tunggu tahun 2035 pilih no 1 untuk Bantul, kerjasama lintas daerah dan lintas sektor akan terwujud. tapi kalo tidak memilihpun pasti ada yang bisa mewujudkannya. Slama ini PDRB di Dlingo lebih di dominasi sektor pertanian, lalu apanya yang salah??? Sedangkan jika kemajuan dan indikator peningkatan ekonomi salah satunya adalah dengan mengukur tingkat pendapatan masyarakat. Lalu bagaimana merintis dan mengubah pola pendapatan dari sektor pertanian ke sektor jasa tanpa harus mengurangi salah satunya?.

Mari kita lakukan mulai dari sekarang : "PDMI" Atau Patuk, Dlingo, Mangunan dan Imogiri lah salah satu tawaran saya untuk membuka dan merintis jalur pendapatan dari sektor jasa. Alur tersebut potensial adanya, tergantung bagaimana mengemas jalur tersebut menjadi salah satu rute wisata. Jika pesimis jangan jadi pejabat publik, jika optimis maka 2015 anda akan terpilih kembali, dan bagi yang PNS pasti akan segera promosi.

Masalah cara anda lebih tahu, meskipun kita sama-sama tahu...hahahahahahha...

12 Dusun di Dlingo Rawan Longsor

Dlingo : KRjogja.com : Sebanyak 12 dusun di Kecamatan Dlingo kategori rawan bencana tanah longsor. Lokasi tersebut berada di tiga desa yaitu Desa Terong, Muntuk dan Mangunan. Pernyataan tersebut dilontarkan Camat Dlingo. Sukrisna merinci, jumlah dusun tersebut meliputi Dusun Cempluk, Sukorame dan Kanigoro berada di Desa Mangunan. Desa Muntuk terdiri Dusun Seropan I dan II, Karangasem, Tangkil dan Pedukuhan Banjarharjo atau Ngliseng. Wilayah Desa Terong meliputi Kebokuning, Saradan, Pancuran dan Rejosari.

"Wilayah itu memang sangat rawan bahaya longsor, sehingga memang harus meningkatkan kewaspadaan, terutama bila hujan lebat," ujar Sukrisna. Untuk Desa Temuwuh dan Dlingo, menurutnya tidak terlalu mengkhawatirkan ketimbang tiga desa lainnya. "Dua kecamatan itu medannya datar, sehingga tak terlalu rawan," jelasnya.

Selama ini, kata Sukrisna, banyak kejadian tanah longsor lantaran berada di bawah tebing. Padahal kondisi tanah di kawasan Dlingo sangat labih. Sadar akan ancaman bencana longsor, sejumlah program penanggulangan bencana gencar digulirkan oleh pemerintah desa dan kecamatan, mulai simulasi hingga pelatihan penanggulangannya. Pemerintah Kecamatan Dlingo menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul untuk memerangi ancaman itu. "Kami bersama BPBD Bantul menggelar pelatihan kebencanaan," ujarnya. Langkah tersebut dinilai efektif memberikan bekal ketika bencana terjadi.

Monitoring Kearsipan di Kecamatan Dlingo

Dlingo : Bantulkab.go.id : Tim dari Kantor Arsip Kabupaten Bantul melakukan monitoring kearsipan di Kecamatan Dlingo,Kabupaten Bantul. Tim terdiri dari 4 (empat) arsiparis yaitu:Samta, Noni Mujiasih,A.Md, Lilik Nur Kholidah,A.Md dan Lintang Karmayoga,A.Md. Disana diterima oleh arsiparis Kecamatan Dlingo yaitu Bapak Timbul. 

Kegiatan ini juga untuk sosialisasi tentang Undang-Undang Kearsipan nomor.43 tahun 2009 dan mengingatkan kmbali tentang Pedoman Tata Kearsipan Pemerintah Kabupaten bantul yang sudah diatur dengan Peraturan Bupati no.342 tahun 2003. Bapak Samta, arsiparis dari Kantor Arsip Kabupaten Bantul mengatakan bahwa”Dengan pelaksanaan tata kearsipan yang baik maka pelayanan kepada masyarakat akan semakin meningkat”.

Miniatur Hewan Dlingo Ramaikan Pasar Ekspor

Dlingo : KRjogja.com : Sejumlah industri rumahan di Bantul kurang berkembang secara mandiri, akibat minimnya keterampilan penyelesaian tahap akhir. Sehingga sebuah usaha masih melibatkan pihak kedua sebelum sampai ke pembeli. Hal itulah yang saat ini dialami oleh Wiji (34) warga Sendangsari RT 01 Desa Terong Kecamatan Dlingo Bantul.

Wiji mengatakan, kendala perkembangan industri kerajinan miniatur hewan miliknya karena tidak punya keahlian dalam hal membatik kayu. Sehingga penyelesaian tahap akhir itu diserahkan orang lain. “Terus terang kami tidak punya keahliandalam membatik, sehingga proses itu kami serahkan orang lain ,” ujar Wiji di rumahnyal. Padahal kata Wiji, prospek pasar ekspor kerajinan miniatur hewan sangat potensial. Ia yakin bila ada yang memberi keterampilan membatik kayu usahanya akan lebih berkembang.

Usaha yang dirintis sejak tahun 1998 ini mempekerjakan tujuh karyawan. “Pasaran miniatur hewan ini merambah pasar luar negeri, tetapi lewat perantara,” ujar Wiji. Selain kendala keterampilan, bahan baku kadang juga sulit terutama kayu pule. Selama ini pemesan meminta bahan baku tertentu. Begitu pula dengan miniatur hewan.

Tetapi saat ini Wiji baru mengerjakan pesanan hewan kura-kura, angsa serta sejumlah hewan lainnya. “Apa yang saya buat tergantung pesanan pembeli,” ujarnya. Dijelaskan, dalam setahun paling tidak ada empat kali pesanan dalam jumlah besar. Ia yakin bila keterampilan batik kayu telah dikuasai usahanya semakin berkembang.

Siswa SD Tewas Tertimbun Longsor Di Dlingo

Dlingo : Radar Jogja : Hujan deras yang mengguyur Dlingo, Bantul, Minggu (3/4) lalu memakan korban jiwa dan kerusakan tempat tinggal milik warga. Hujan deras menyebabkan Meida Wulandari, 10, meninggal dunia. Selain merenggut nyawa seorang siswa sekolah dasar tersebut, hujan lebat itu juga membuat lima rumah tinggal tertimbun tanah longsor, satu kadang ayam rusak terkena, dan jalan kampung putus akibat tertimbun tanah longsor dari perbukitan.
 
”Akibat tanah longsor dan banjir, kerugian yang dialami warga di Kecamatan Dlingo diperkirakan Rp 150 juta,” kata Camat Dlingo Sukrisna Dwi Susanta kepada RADAR JOGJA disela-sela takziah di rumah almarhumah Meida Wulandari di Dusun Seropan I, Desa Muntuk, Dlingo, kemarin (4/4). Sukrisna membeberkan rumah milik warga di Kecamatan Dlingo yang terkena tanah longsor antara lain milik Rukiman, orang tua Meida Wulandari. Rumah Rukiman mengalami kerusakan paling parah karena terkena hantaman tebing yang longsor. Total kerugian yang dialami Rukiman ditaksir lebih Rp 100 juta. 

Selain rumah Rukiman, rumah bagian belakang milik Sugiyono di Dusun Pancuran RT 02 Terong Dlingo juga mengalami kerusakan. Nilai kerugian yang diderita Sugiyono sebesar Rp 15 juta. Selanjutnya, rumah bagian dapur milik kepala Dukuh Kanigoro Desa Mangunan. Bangunan bagian dapur di rumah milik Supriyanto, warga Dusun Mangunan RT 10 Desa Mangunan juga mengalami kerusakan. Kerusakan juga terjadi pada rumah kepunyaan Harto Wardoyo, warga Dusun Mangunan RT 12 Desa Mangunan.

Sedangkan kandang ayam di Dusun Cempluk RT 05 Desa Mangunan kebanjiran air yang berasal dari perbukitan. Banjir tersebut mengakibatkan sekitar 2.000 ekor ayam mati. ”Hujan juga mengakibatkan tebing longsor dan menutup jalan sepanjang 15 meter di Dusun Mangunan RT 16 Desa Mangunan. Tapi, kini jalan dapat kembali dilalui warga setelah warga bekerja sama dengan TNI bergotong royong,” papar Sukrisna. Sukrisna mengaku berulang kali Kecamatan Dlingo sudah memberikan pelatihan mitigasi bencana bagi warga yang berada di daerah rawan bencana. Termasuk menyiapkan jalur evakuasi bila terjadi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan gempa.
 
Selain itu, saat turun hujan dengan intensitas tinggi pihak kecamatan selalu memerintahkan pamong desa mengimbau warganya supaya meningkatkan kewaspadaan. ”Sebagai pengayong masyarakat, kami selalu mengingatkaan warga yang tinggal di daerah rawan bencana. Tapi ya itu, tidak semua warga merespon imbauan yang dikeluarkan kelurahan, kecamatan dan Pemda Bantul,” terang Sukrisna. Sukiman juga tinggal di Dusun Seropan I. Lokasinya tidak jauh dari rumah Rukiman.

Dia mengaku tempat tinggalnya itu berada di antara tebing. Namun, dia menegaskan tidak terlalu khawatir ketika turun hujan lebat. Sebab, tebing yang ada di sekitar rumahnya tidak berupa tanah liat. Tebing itu adalah bebatuan yang tahan terhadap air. ”Biasa saja karena tebingnya bukan tanah tapi bebatuan,” kata Sukiman kepada Radar Jogja saat melihat rumah milik Rukiman yang runtuh terkena tertimbun tanah longsor. Meski tidak terlalu khawatir, lanjut Sukiman, dirinya bersama anggota keluarga selalu meningkatkan kewaspadaan apabila turun hujan dengan itensitas tinggi. Misalnya, saat turun hujan tidur dalam satu kamar yang lokasinya jauh dari tebing atau sala satu anggota keluarga ada yang tidak tidur ketika turun hujan pada malam hari
.
”Peristiwa yang terjadi di rumah Pak Rukiman tentu akan menjadi pelajaran kami yang tinggal di perbukitan. Tapi, kami tidak takut,” jelas Sukiman.