Ini hanya sebuah analisa bodoh atau lebih pantasnya bualan seorang politisi yang gagal ke pentas politik dan menengelamkan dirinya di dalam sistem birokrasi yang memaksanya harus netral dan menjaga netralitasnya tersebut. Sebuah renungan politik yang mungikin dialami oleh sebagian masyarakat dlingo, atau paling tidak pernah terlintas dalam pikiran para pembaharu yang menginginkan perubahan. sebuah kehausan yang wajar karena kran air sistem politik yang hampir mati dan tergantikan oleh sebuah dinasty baru mirip pada jaman orde baru dengan gaya baru.
Mungkin ini hanya sebuah lagu, untuk menghibur para politisi yang lelah jiwanya, agar tidak berhenti berharap dan patah semangat dalam mengisi dan mewarnai sistem politik Bantul dengan kebaikan. Dua hari kedepan akan ada pesta besar bagi masyarakat Bantul, sebuah masyarakat yang amat sangat dinamis dan homogen. Sebuah pesta demokrasi untuk memilih kepala daerah seorang pejabat publik yang diharapkan dapat sensitif terhadap kebutuhan publik terutama bagi masyarakat Bantul. Mungkin argumentasi ini tidak mewakili suara mayoritas, namun saya berharap dapat memberikan sebuah gambaran kondisi riel yang dirasakan oleh masyarakat, tentu saja masyarakat dlingo.
Jika kita amati dari masing-masing calon peserta PIKADA Bantul 2010, akan terlihat pemandangan yang tampak jelas perbedaannya. Pasangan pertama Kardono-Ibnu Kadarmanto (Karib) yang diusung oleh PDIP misalnya, di Dlingo selama masa kampanye hampir foto wajah mereka tidak terpampamg dijalan-jalan. Selain itu di sampai saat ini saya belum pernah mendengar berita ada pertemuan atau konsilidasi di Dlingo oleh pasangan tersebut. Berdasarkan informasi dari kompas calon ini menjadi calon boneka bagi Ida Idham-Sumarno karena mereka khawatir lawan tidak serius mencalonkan diri sehingga bisa gugur dalam verfikasi KPU informasi ini ditulis oleh : Penulis: ENY | Editor: made/kompas).
Pasangan kedua adalah Ida Idham-Sumarno yang keduanya diusung oleh Golkar, PAN, dan PKPB, sedangkan PDIP keluar dan kemudian menjadi pengusung tunggal calon pasangan pertama. Padahal seperti kita ketahui bahwa selama ini PDIP adalah tulangpunggung bagi Bupati Bantul Idham Samawi. Lagi-lagi sebuah pertaruhan martabat dan harga diri sebuah partai politik dipertaruhkan. Namun ternyata konsistensi didalam politik ternyata juga merupakan sebuah cara bunuh diri yang tidak boleh dipilih sebagai sebuah kebijakan bagi partai. Jika perselingkuhan politik saja boleh tentu berpura-pura berpaling juga boleh, yang penting "Kekuasaan" didalam sistem dapat diraih. Di Dlingo konsilidasi dari pasangan ini cukup solid, gambar-gambar pasangan ini memenuhi hampir di seluruh plosok Dlingo.
Mereka tidak hanya berkampanye secara fisik, namun di dunia maya mereka juga memanfaatkan situs jejaring sosial Facebook dan memiliki web yang bertema "Menuju Bantul Satu" . Sebuah usaha maksimal yang tidak muluk-muluk untuk sebuah hasil yang maksimal pula. Sebuah kepercayaan diri yang sesuai dengan usaha yang sudah dilakukan, mengingat calon ini adalah satu-satunya pasangan yang identik dengan status quo.
Pasangan ketiga adalah Sukardiyono-Dharmawan Manaf (Suka-Darma) pasangan ini diusung oleh Koalisi Rakyat Bantul Bersatu yang terdiri dari PKS, Partai Demokrat, PPP, PKB, dan Paguyuban Dukuh se-Bantul namun rupanya PPP mengalami pasang surut dalam mendukung calon ini setelah terjadi polemik terkait pendanaan di tubuh pasangan calon. Isu yang beredar di masyarakat dikarenakan pasangan calon ini tidak memiliki dana lebih seperti yang di inginkan PPP. Dalam perkembangannya di Dlingo terjadi respon yang mendadak dan cukup signifikan pengaruhnya bagi masyarakat Dlingo. Pada akhir masa kampanye konsolidasi dari sisi basis masa relatif merata di Dlingo. Gambar-gambar pasangan ini mendadak juga bertebaran di seluruh plosok Dlingo. Informasi terakhir pada tanggal 19 Mei 2010 mereka mengadakan konsolidasi di Desa Terong Dlingo.
Berdasarkan gambaran di atas saya memiliki sebuah resume singkat agar masyarakat dlingo dapat memilih dari hati nurani dan bukan atas pengaruh orang lain apalagi UANG. Masyarakat Dlingo dapat memilih "Yang Malu Tapi Mau" atau "Yang PD Aja" atau "Yang Pasrah Wae". Silahkan pilih tapi ingat " SEMUA ADA RESIKONYA" bagi perjalanan pemerintahan di Bantul lima tahun kedepan.Artinya itu juga berpengaruh terhadap kesejahteraan Masyarakat Dlingo juga.
0 Melu Omong:
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken