Gua Gajah Dlingo

Dlingo memiliki objek wisata gua yang belum terexplorasi dengan maksimal sampai saat ini masih goa tersebut  masih alami. Belum banyak campur tangan manusia untuk mengubah atau memperindah lokasi itu. Lingkungan alami seperti waktu pertama kali ditemukan pada tahun 1978.  Karena belum banyak orang tahu, lokasi yang dipergunakan masuk juga rimbun dengan tumbuhan jalar. Gua tersebut dikenal sebagai Gua Gajah yang berada di Dusun Kembang Sore Pedukuhan Lemah Abang  Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Lokasi itu berada 25 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 3 kilometer selatan objek wisata Kebun Buah Mangunan Dlingo Bantul.
Gua tersebut tidak terlalu dalam, sekitar 150 meter. Atau cukup 15 menit perjalanan kaki ketika menyusuri gua. Meski tidak terlalu dalam untuk ukuran gua. Tetapi di dalam Gua Gajah pengunjung bisa menikmati pemandangan menakjubkan yang tidak ditemukan di gua pada umumnya. Ketika berada di mulut gua, kesan pertama yang timbul pasti menakutkan dan menyeramkan. Bagaimana tidak, meski masih berada di mulut gua, suara kelelawar penghuni gua sudah terdengar riuh.
Masuk Gua Gajah harus menyiapkan mental. Dasar gua memang tidak tergenang air. Tetapi dasaran gua yang sebagian tanah liat khas pegunungan cukup licin akibat pengaruh tetesan air dari langit gua. Pemandangan menakjubkan mulai terasa ketika kaki menginjakkan beberapa meter meninggalkan mulut gua. Sebuah stalaktit sebesar pohon kelapa menjulur dari langit gua. Panjangnya cukup mencengangkan. Stalaktit warna putih mirip kayu yang ditancapkan di langit gua. Semakin ke bawah, ukurannya mengecil dan runcing.
Gua Gajah memiliki karakter berbeda dengan kebanyakan gua di Bantul. Jarak dasar dan langit gua sangat tinggi, ada yang mencapai 10 meter lebih. Meski kedalaman gua tidak terlalu dalam, sebelum menyusuri gua untuk mencapai pendapa gua, anda harus masuk lewat lubang kecil yang hanya cukup untuk satu orang dewasa. Menurut pemandu Gua Gajah Somiran (45), lubang kecil itu sering disebut pintu gerbang Gua Gajah.
Selepas dari lubang kecil itu, lorong yang dilewati cukup lebar. Sehingga tidak perlu merunduk menghindari stalaktit. Tetapi yang perlu diwaspadai tanah liat yang cukup licin. Setelah sejenak berjalan menyusuri gua, anda akan menemukan bagian gua dengan ukuran luas mencapai tiga kali besaran lapangan bola voli.
Di tempat itu, oleh masyarakat setempat sering disebut pendapanya Gua Gajah. Ribuan kelelawar turut meramaikan suasana. Pendapa lebih pas bila disebut mirip rumah joglo. Ketinggian pendapa Gua Gajah mencapai belasan meter. Sedang ribuan kelelawar menempel di langit gua. Ribuan kelelawar akan mengeluarkan suara yang mendesirkan hati ketika disorot lampu dari bawah. Selain itu, kelelawar itu juga akan beterbangan ketika ada orang. Sementara di kanan kiri dinding gua ratusan stalaktit semakin memperindah pendapa itu. “Kelelawar itu hanya ada di pendapa ini, lokasi yang lain tidak ada, jumlahnya mencapai puluhan ribu,” ujar Somiran.
Puas menikmati pendapa Gua Gajah dengan ribuan kelelawar, perjalanan belum berakhir. Masih ada ujung gua, lokasi di mana sebuah batu berbentuk mirip binatang gajah berdiri kokoh. Batu itu pula yang menjadi alasan gua itu disebut Gua Gajah. Pengunjung tidak hanya bisa melihat, tetapi bisa memegang, meski harus berjalan mengendap lewat dinding gua dengan bongkahan batu. “Menurut cerita, Gua Gajah ini mucul karena adanya batu berbentuk gajah itu,” ujar Somiran. Tetapi meski Gua Gajah masuk dalam kumpulan objek wisata yang disusun Dinas Pariwisata Bantul. Gua Gajah tampak tidak terawat dan ada kesan liar tanpa perawatan.

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken