Dlingo kembali mengabarkan dari sumbernya langsung :
Konon, ketika terjadi Geger Suroyudo salah seorang prajurit Mataram yang bernama Ki Potrojiwo menyingkir ke bagian timur wilayah kerajaan Mataram dengan membawa serta isteri dan seorang anak perempuannya yang bernama nyi Jopotro dan cucu laki-lakinya yang bernama Trononggo anak dari nyi Jopotro. Setelah Ki Potrojiwo meninggal dan dimakamkan di gunung sentono wilayah Piyungan Nyi Jopotro bersama Trononggo menyingkir lebih ke timur lagi dari wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram masuk hutan belantara naik ke gunung yang sekarang disebut Cinomati dan sampailah di sebuah wilayah yang hanya ada semak belukar di tumbuhi tanaman liar terong hutan dan kemudian tempat tersebut oleh Nyi Jopotro dinamainya dengan Alas Terong .
Letak Alas Terong yang di perbukitan dan jauh dari pusat kekuasaan Kerajaan Mataram dipilih oleh Nyi Jopotro dan Trononggo untuk menjadi tempat tinggalnya yang baru. Lama kelamaan ada beberapa orang yang juga datang ke alas Terong baik yang dari arah barat dan juga dari arah utara dan berkumpulah mereka menjadi penghuni alas Terong dan melakukan interaksi sosial di sana. Dari interaksi sosial dengan komunitas masyarakat di alas Terong kemudian Trononggo menikahi seorang perempuan dan memiliki dua orang anak yaitu Trosentono dan Tromenggolo. Ketika Trononggo telah lanjut usia dia menunjuk Trosentono untuk menjadi pemimpin komunitas alas Terong yang disebut bekel .
Menurut beberapa sumber Trosentono menjadi bekel di Terong yang pertama dan masa tugasnya antara Tahun 1912 sampai dengan 1930, kemudian pada Tahun 1930 kedudukan bekel Terong digantikan oleh Demang Harjoutomo anak laki laki Trosentono sampai Tahun 1951, setelah Demang Harjoutomo purna digantikan oleh Joyo utomo anak Mertomenggolo atau cucu dari Tromenggolo. Sejak kepemimpinan Joyoutomo maka sebutan bekel berubah menjadi lurah, Lurah Joyoutomo memangku jabatan mulai Tahun 1951 sampai dengan 1963.
Kemudian sejak Tahun 1963 atas kepercayaan Penewu Kapanewon Kota Gede Sk lurah Terong di percayakan kepada Harjosuwarno hingga Tahun l992. Tahun 1974 ketika berdirinya Kecamatan Dlingo maka Kelurahan Terong yang semula berada di wilayah Kecamatan Kotagede SK kemudian menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul dengan Lurah Harjosuwarno dan purna pada Tahun 1992 .
Berdasarkan UU no 5 Tahun 1979 proses demokrasi dalam pengisian lurah desa ( Kepala Desa sesuai sebutan pada UU no.5 1979 ) menggunakan sistim pemilihan langsung dan dalam proses pemilihan tersebut terpilihlah Sudirman sebagai Kepala Desa Terong masa bakti 2002 – 2012. Setelah selesai masa jabatan Sudirman pada Tahun 2012 dan dilakukan pemilihan Kepala desa Terong Sudirman terpilih kembali melalui proses pemilihan langsung melawan kotak kosong.
Urut urutan Lurah Desa Terong dari Tahun 1912
1. Trosentono (bekel) 1912 – 1930
2. Demang Harjo Utomo 1930 – 1950
3. Joyo Wiyarjo 1950 – 1966
4. Harjo Suwarno tahun 1966 – 1992
5. Sudirman 1994 – 2002
6. Ngabehi Sudirman Wiro Mandoyo 2002 – 2012
Letak Alas Terong yang di perbukitan dan jauh dari pusat kekuasaan Kerajaan Mataram dipilih oleh Nyi Jopotro dan Trononggo untuk menjadi tempat tinggalnya yang baru. Lama kelamaan ada beberapa orang yang juga datang ke alas Terong baik yang dari arah barat dan juga dari arah utara dan berkumpulah mereka menjadi penghuni alas Terong dan melakukan interaksi sosial di sana. Dari interaksi sosial dengan komunitas masyarakat di alas Terong kemudian Trononggo menikahi seorang perempuan dan memiliki dua orang anak yaitu Trosentono dan Tromenggolo. Ketika Trononggo telah lanjut usia dia menunjuk Trosentono untuk menjadi pemimpin komunitas alas Terong yang disebut bekel .
Menurut beberapa sumber Trosentono menjadi bekel di Terong yang pertama dan masa tugasnya antara Tahun 1912 sampai dengan 1930, kemudian pada Tahun 1930 kedudukan bekel Terong digantikan oleh Demang Harjoutomo anak laki laki Trosentono sampai Tahun 1951, setelah Demang Harjoutomo purna digantikan oleh Joyo utomo anak Mertomenggolo atau cucu dari Tromenggolo. Sejak kepemimpinan Joyoutomo maka sebutan bekel berubah menjadi lurah, Lurah Joyoutomo memangku jabatan mulai Tahun 1951 sampai dengan 1963.
Kemudian sejak Tahun 1963 atas kepercayaan Penewu Kapanewon Kota Gede Sk lurah Terong di percayakan kepada Harjosuwarno hingga Tahun l992. Tahun 1974 ketika berdirinya Kecamatan Dlingo maka Kelurahan Terong yang semula berada di wilayah Kecamatan Kotagede SK kemudian menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul dengan Lurah Harjosuwarno dan purna pada Tahun 1992 .
Berdasarkan UU no 5 Tahun 1979 proses demokrasi dalam pengisian lurah desa ( Kepala Desa sesuai sebutan pada UU no.5 1979 ) menggunakan sistim pemilihan langsung dan dalam proses pemilihan tersebut terpilihlah Sudirman sebagai Kepala Desa Terong masa bakti 2002 – 2012. Setelah selesai masa jabatan Sudirman pada Tahun 2012 dan dilakukan pemilihan Kepala desa Terong Sudirman terpilih kembali melalui proses pemilihan langsung melawan kotak kosong.
Urut urutan Lurah Desa Terong dari Tahun 1912
1. Trosentono (bekel) 1912 – 1930
2. Demang Harjo Utomo 1930 – 1950
3. Joyo Wiyarjo 1950 – 1966
4. Harjo Suwarno tahun 1966 – 1992
5. Sudirman 1994 – 2002
6. Ngabehi Sudirman Wiro Mandoyo 2002 – 2012
Setelah mendapat kekancingan nama dari Kadipaten Pakualaman.
0 Melu Omong:
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken