Dlingo : BANTUL (KR) - Hasil kerajinan bambu berupa alat-alat rumah tangga di Desa Muntuk Dlingo Bantul Yogyakarta, hingga saat ini masih tetap bertahan di tengah himpitan produk-produk modern. Produk piranti rumah tangga dari bambu itu tidak tergeser kemajuan hasil teknologi pabrikan. Barang-barang seperti tampah, tambir, kalo (alat penyaring santan), nampan, lampion, tempat pakaian, vas bunga dan sebagainya menjadi bagian kehidupan sehari-hari warga Muntuk. Produk-produk tersebut tetap eksis di pasar lokal DIY dan Jawa Tengah. Bahkan khusus untuk pemasaran di Klaten dan Solo rata-rata tiap hari mengirim 250 unit.
Marimin (38) seorang pengepul dan perajin anyaman bambu warga Gunungcilik Muntuk Dlingo mengatakan, para perajin kebanyakan memang membuat alat-alat rumah tangga kelengkapan dapur, di samping bak sampah, vas bunga dan tempat menyimpan pakaian. Jenis kerajinan bambu ini diproduksi oleh sekitar 90% warga Muntuk, melibatkan kurang lebih 200 kepala keluarga. "Hampir 90% warga Muntuk menjadi perajin anyaman bambu," ujarnya.
Produk anyaman bambu yang sudah ada sejak ratusan tahun silam itu hingga kini keberadaannya masih dibutuhkan banyak orang. Meskipun membanjir produk-produk alat rumah tangga dari bahan plastik maupun dari bahan lainnya buatan pabrik, produk anyaman bambu tradisional ini tidak tergeser. Selain harganya terjangkau, ditinjau dari dampak penggunaan alat juga tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Harga produk kerajinan bambu ini rata-rata Rp 2.500-Rp 5.000. Lantaran hasil kerajinan bambu ini laku keras di pasaran, meski jumlah perajinnya cukup banyak, tapi produksinya tidak sampai ada yang menumpuk.
2 Melu Omong:
semoga semakin banjir order
kerajinan bambu kerajinan tangan tirai bambu
trmksh
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken