Dlingo : Sebuah cerita panjang apabila diceritakan, sebuah awal yang memalukan sekaligus memilukan apabila Allah SWT tidak memberikan pakaiyan yang rapat dalam jiwa dan raga ini. Bersyukur atas nikmat dan menjadikannya sebuah pendidikan maya bagi sebuah jiwa yang haus akan air ke Esa an. Sekedar melepas dahaga dengan menuliskan sebagian dari sebuah proses yang belum tentu hasil. Sebuah pencarian yang belum seberapa namun sudah mengorbankan segalanya. Sebuah ukuran “segala” bagi Jiwa yang belum bisa menikmati proses dan lebih berorientasi hasil “Sungguh Memalukan”!!!!.
Sebuah analogi logis dan mari coba kita tanyakan dalam diri kita sendiri. Dalam hal makan dimakanah Kenikmatan tertinggi itu kita dapatkan, pas mau makan, sedang makan, atau setelah selesai makan? Dalam hal bersetubuh dengan pasangan yang halal, Kenikmatan tertinggi itu pas mau bersetubuh, sedang bersetubuh, atau setelah bersetubuh. Dalam hal berdo'a, Kenikmatan tertinggi itu pas mau berdo'a, pas sedang berdo'a, atau pas do'a dikabulkan? Dalam hal sholat; Kenikmatan tertinggi itu pas mau sholat, pas sedang sholat, atau setelah selesai sholat? Dalam hal berdzikir, Kenikmatan tertinggi itu pas mau berdzikir, di saat berdzikir, atau setelah menyelesaikan target berdzikir sekian puluh/ratus/ribu kali? Dalam hal mengerjakan tugas kantor, Kenikmatan tertinggi itu pas mau, sedang, atau selesai mengerjakannya?
Lalu apakah jawaban kita, seandainyapun kita memilih untuk tidak memilih. Dan apakah itu benar, apa bila semua itu tidak ada kenikmatan sedikitpun? Padahal siapapun yang mendustakan kenikmatan_Nya adalah bukan hamba_Nya. Kalaulah alam semesta ini mengajarkan kepada kita agar bisa menikmati sesuatu pada saat PROSESnya, lalu mengapa kita kurang pandai menikmati IBADAH dan KERJA pada saat PROSESnya? "Orang biasa" hanya pandai menikmati HASIL, sedangkan "orang luar biasa" mampu menikmati PROSES sekaligus HASILnya...Tahukah kita bahwa selama ini kita hanyalah tanah liat yang manja dan lupa pada bumi. Sehingga bumi kita injak tanpa ijin dengan sandal-sandal yang harganya tidak lebih mahal dari harga diri kita sendiri.
Kita hanya bisa melihat orang lain berjalan begitu cepat, sedangkan diri kita terkesan lambat. Sesungguhnya tidak ada satu "zat" pun ciptaanNya yang benar-benar berhenti. Semua bergerak pada jalurnya masing-masing....termasuk Anda...Di karenakan Anda pun terus bergerak dan tidak pernah berhenti. Kalaupun kita memang sudah jatuh atau terperosok ke jurang yang "paling dalam", berarti tidak ada lagi kesempatan kita untuk jatuh lebih dalam lagi, sebab kan sudah "paling dalam", artinya tidak ada lagi yang lebih dalam lagi dari pada kondisi yang "paling dalam".
Nah, itu sebabnya, jika Kita tetap IKHLAS dan terus BERGERAK, maka dapat dipastikan kita akan menaiki jurang kehidupan Anda, sebab tidak ada lagi jalan/cara/kesempatan kita untuk jatuh "terperosok", yang ada hanya tinggal jalan/cara/kesempatan kita untuk "naik". Syaratnya sederhana, yaitu IKHLAS dan BERGERAK.. Namun Wallahu alam.
0 Melu Omong:
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken