Dlingo Salah Satu Kantong Kemiskinan Kabupaten Bantul

Dlingo : www.harianjogja.com : Jumlah warga miskin di Bantul mencapai 41.000 lebih Kepala Keluarga (KK) atau 16,17% dari total 256.463 KK. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengklaim angka kemiskinan tersebut turun hingga 11% dari tahun sebelumnya. Kepala Badan Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BK2P2B) Bantul Djoko Sulasno Nimpuno mengatakan meski mengalami penurunan, persentase 11% belum menyentuh target yang sudah dicanangkan Pemkab sebelumnya melalui Surat Keputusan (SK) Bupati, yakni 15%.

Dari data per kecamatan, Kecamatan Sedayu diketahui sebagai wilayah dengan persentase kemiskinan tertinggi, yakni 22,42% atau sebanyak 9.551 jiwa dari total penduduk 42.607 jiwa. Menyusul Dlingo, Pundong, Pandak dan Imogiri di urutan lima besar termiskin. Djoko mengatakan kemiskinan di Bantul dipicu berbagai faktor, mulai dari perwakinan dan kelahiran baru, minimnya lapangan kerja, sulitnya warga mengakses potensi ekonomi sampai budaya di masyarakat.

Menurut dia, berbagai program pemberdayaan mulai dari pinjaman modal, penerapan keterampilan, fasilitasi sarana produksi sebenarnya terus digulirkan untuk pengentasan kemiskinan. Ia mencontohkan, sejak 2005 hingga 2008 pemerintah sudah menggelontorkan dana bergulir untuk pinjaman modal sampai Rp23 miliar ke keluarga miskin. “Sekarang dana bergulir untuk pengentasan kemiskinan sudah tidak ada, makanya turunnya juga sedikit, hanya 11%,” ungkapnya kepada Harian Jogja, Selasa (1/2).

Camat Sedayu Harso Wibowo menegaskan tingginya jumlah KK miskin di Sedayu lantaran mayoritas penduduknya merupakan buruh tani, dan sebagian besar lahan dikuasai juragan tanah yang tak lebih banyak dari petani gurem padahal hidup warga Sedayu sebagian besar mengandalkan sektor pertanin selain industri rumah tangga di bidang kerajinan sebanyak 734 buah. Kondisi itu berlangsung turun temurun dan sebagian besar menjerat penduduk yang tinggal di daerah perbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan dibelah Sungai Progo seperti Desa Argorejo. Kedepan, imbuh Harso, sebagian buruh tani harus beralih profesi ke pekerjaan lain. “Makanya sekarang ini kami mengundang investor berinvestasi seperti pabrik sarung tangan dan harapannya yang diprioritaskan dipekerjakan untuk buruh tani yang merupakan KK miskin,” katanya.

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken