Dlingo: koran-sindo : Gunung Pasar, kini menjadi objek bersejarah yang belum mendapatkan
sentuhan sama sekali oleh Pemkab Bantul. Padahal petilasan yang ada di dusun koripan Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo ini diyakini warga sekitar sebagai
cikal bakal terbentuknya Kerajaan Mataram.
Di petilasan ini nampak se - jumlah kuburan tua yang se be - narnya bukan makam. Dulunya, petilasan itu hanya berupa beberapa batu besar mirip nisan kuburan di bawah pohon besar yang belum diketahui nama dan jenisnya tersebut. Petilasan di Dusun Koripan, Desa Dlingo yang banyak dipercaya membawa berkah tersebut ramai dikunjungi di waktu-waktu tertentu. Sebelum hajatan Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, puluhan orang calon legislatif (caleg) berburu berkah di tempat tersebut.
Di petilasan ini nampak se - jumlah kuburan tua yang se be - narnya bukan makam. Dulunya, petilasan itu hanya berupa beberapa batu besar mirip nisan kuburan di bawah pohon besar yang belum diketahui nama dan jenisnya tersebut. Petilasan di Dusun Koripan, Desa Dlingo yang banyak dipercaya membawa berkah tersebut ramai dikunjungi di waktu-waktu tertentu. Sebelum hajatan Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, puluhan orang calon legislatif (caleg) berburu berkah di tempat tersebut.
Warga
setempat mengatakan, petilasan tersebut memang sering didatangi oleh
orang-orang yang ingin sukses. Mereka yang punya keinginan tersebut
biasanya menebar bunga dan memanjatkan doa. Tak lupa, mereka
membagi-bagi sedekah kepada warga sekitar yang sengaja berkumpul setiap
ada tamu. “Karena itu dinamakan Gunung Pasar, karena kalau ada tamu
pasti bagi-bagi uang. Jadi setiap ada tamu, pasti banyak warga yang ke
sini (petilasan),” katanya.
Karena di sinilah tempat
bertemunya Ki Ageng Giring di saat mengejar Ki Ageng Pemanahan
pascameminum kelapa muda dengan lambang wahyu keprabon Kerajaan Mataram.
Ki Ageng Pemanahan bersama putranya Suto Wijoyo dan Ki Penjawi
bahu-membahu melaksanakan tugas tersebut dan atas jasanya diberi tanah
Merdikan Alas Mentaok.
Di saat akan membuka Alas Mentaok diberi nasihat Sunan Kalijogo bahwa wahyu keprabon Jawa berada di daerah Sodo Giring. Barang siapa yang bisa meminum kelapa muda sekali teguk (sakdegan)dari pohon kelapa gading yang tingginya digambarkan, apabila seekor burung gagak hinggap di pohon itu, akan terlihat kecil, mirip burung semprit, sehingga disebut pohon kelapa gading gagak emprit.
“Ki Ageng Giring sudah mendapat kelapa muda tersebut. Namun karena belum haus, tidak mungkin dia mampu meminum air kelapa muda tersebut sakdegan (sekali tenggak). Untuk itu, dia pergi ke ladang bekerja dahulu. Nanti setelah haus, dia akan dapat menghabiskan air degan tersebut,” Di saat Ki Ageng Giring tidak berada di rumah, hadirlah Ki Pemanahan.
Di rumah itu, Ki Pemanahan meminum kelapa muda tersebut. Dengan bergegas, Ki Ageng Giring menyusul Ki Ageng Pemanahan yang telah kembali ke Alas Mentaok. Di sisi puncak gunung yang terletak di Dusun Koripan, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Ki Ageng Giring mampu menyusul Ki Ageng Pemanahan.
“Ki Ageng Giring berembuk untuk kamulyaning anak turunan mereka. Sehingga terjadilah tawar-menawar kekuasaan, layaknya di pasar. Puncak gunung itu sekarang dikenal dengan Gunung Pasar, karena alkisah dahulu kala, setiap pagi hari di gunung itu selalu terdengar suara gemuruh bagai pasar. Namun setelah di dekati, tidak ada apa pun.
Di saat akan membuka Alas Mentaok diberi nasihat Sunan Kalijogo bahwa wahyu keprabon Jawa berada di daerah Sodo Giring. Barang siapa yang bisa meminum kelapa muda sekali teguk (sakdegan)dari pohon kelapa gading yang tingginya digambarkan, apabila seekor burung gagak hinggap di pohon itu, akan terlihat kecil, mirip burung semprit, sehingga disebut pohon kelapa gading gagak emprit.
“Ki Ageng Giring sudah mendapat kelapa muda tersebut. Namun karena belum haus, tidak mungkin dia mampu meminum air kelapa muda tersebut sakdegan (sekali tenggak). Untuk itu, dia pergi ke ladang bekerja dahulu. Nanti setelah haus, dia akan dapat menghabiskan air degan tersebut,” Di saat Ki Ageng Giring tidak berada di rumah, hadirlah Ki Pemanahan.
Di rumah itu, Ki Pemanahan meminum kelapa muda tersebut. Dengan bergegas, Ki Ageng Giring menyusul Ki Ageng Pemanahan yang telah kembali ke Alas Mentaok. Di sisi puncak gunung yang terletak di Dusun Koripan, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Ki Ageng Giring mampu menyusul Ki Ageng Pemanahan.
“Ki Ageng Giring berembuk untuk kamulyaning anak turunan mereka. Sehingga terjadilah tawar-menawar kekuasaan, layaknya di pasar. Puncak gunung itu sekarang dikenal dengan Gunung Pasar, karena alkisah dahulu kala, setiap pagi hari di gunung itu selalu terdengar suara gemuruh bagai pasar. Namun setelah di dekati, tidak ada apa pun.
0 Melu Omong:
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken