Pasti Akan Terwujud "Bukan Buta Logika atau Lumpuh Rasional" Tapi Inilah Mimpi Itu "Dlingo Setara"

Dlingo: Refresh saja jari ini mengalir, seolah hanya berfikir dikala hati sedang sanggat resah, awal keresahan seiring dengan bertambahnya pemandangan baru dalam halang dan rintang perjalanan menuju kepada sebuah mimpi. Sekitar 5 tahun yang lalu bahkan lebih, hampir dari separuh usiaku kuberikan 100% mematangkan pribadi yang tak kunjung matang, untuk tak hentinya menuliskan, mengabarkan, mengajak juga memberikan contoh, memberikan solusi. Meski tak dianggap, tak dihargai, tak berujung dan tak kunjung mendapatkan jalan terang, namun itulah proses, harus tetap dibangun, dengan segala cara meski sekedar dalam bentuk coretan.

Kebangkitan itu dimulai, dilakukan, dikerjakan, dijemput, dan bukan ditunggu, lalu apa yang harus dijemput...? . ya..sepenuhnya aku sadar bahwa tidak sepenuhnya sebuah perjalanan itu adalah benar, namun apakah hal itu salah ketika diniatkan dengan niat yang baik, berproses normal, dan bertujuan baik?...itulah pertanyaanku beberapa tahun yang lalu. Sampai pada akhirnya ku temukan sebuah jawaban...Oh..ternyata aku tinggal di Lingkungan yang sedang "SAKIT" meski tidak semuanya sakit.

Lalu aku lanjutkan langkah, tetap bergerak dan menggali lagi "NILAI-NILAI" setidaknya di sinilah aku dilahirkan, setidaknya kepadanya lah aku akan kembali, satu hal rasa yang menghalangiku untuk bersikap APATIS. satu hal rasa yang menjadikan berat perasaan ini untuk "TIDAK MAU TAHU". Sebagai sebuah wilayah perbatasan, seringkali aku lantunkan sajak sajak resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang akan menimpa tempat kelahiranku ini. Lantas jika aku melihat, mendengar, dan berusaha memahami reka ulang setiap kejadian, sementara setiap kejadian adalah sebuah aniaya halus, sebuah kejahatan kemanusian, sebuah pembodohan, sebuah pembiaran, dan sebuah retorika sistem sosial.... HARUSKAH AKU DIAM!!!!

Disinilah aku merasakan hal itu, dimana tak terhitung lagi pembenaran-pembenaran atas pola yang salah kaprah namun terjadi, haruskah aku beberkan betapa "sakitnya mental bangsaku" bahwa aku tinggal dilingkungan yang sakit dan didominasi kepentingan tokoh-tokoh wayang kurawa bertopeng pandawa. menyampaikan ayat-ayat kebenaran dengan lantang dan berkiprah dipanggung popilaritas dengan dalil membela namun berharap JATAH. menyampaikan program-program pemerintah namun tetep juga meminta JATAH, Menyampaikan kehendak masyarakat namun berharap JATAH, Mengumpulkan dan membuat proposal dengan berharap JATAH, Berkiprah dan bersosialisasi mempengaruhi dengan tetap berharap JATAH. Semua JATAH berkerudung IKLAs, Semua JATAH berkedok IBADAH, semua jatah Berlandaskan HARAPAN BLEDUK.

Apakah normal Jika Lingkungan pasar sudah mulai banyak yang kemalingan, apakah wajar jika lingkungan agamis banyak perselingkuhan dan terlahir anak-anak diluar nikah?, Apakah Lazim disebut gemah ripah jika diseberang sungai hutan semakin gundul, Apakah lasim pengerajin proposal mendapatkan 10 s-d 20 persen dari hasil proposalnya, apakah lazim jika hukum sudah mulai bisa dibeli, apakah biasa melihat generasi muda di pinggir jalan sudah mulai berani berciuman, komunitas mudanya Para senior mencabuli yunior, generasi mudanya mudah lupa pada sejarah, Kwalitas diri yang dijual murah, Pelayan masyarakat yang semakin pandai membuat cerita kegiatan dan laporan fiktif, apakah setiap orang masih merasa sehat..? apakah normal seorang ustad menerima bunga uang yang diberikanya kepada tetangganya sendiri? apakah masih yakin benar jika setiap kata-kata dalam proposal adalah kira-kira dan estimasi keingginan, dan bukan kebutuhan... apakah aku harus diam jika melihat tembok-tembok anyaman bambu yang hampir rubuh tidak mendapatkan bantuan sementara yang mampu malah mendapatkan fasilitas bantuan, aku yakin semua orang tahu dan mengetahui hal ini, dan jika mengetahui dan diam saja itu bisa dinamakan sehat? apakah wajar seorang caleg membuat gila para pemilihnya, apakah mata anda sudah buta sehingga seorang renternir ingin anda jadikan pemimpin sementara tetangaa anda sendirilah korban renternir itu. Apakah anda tidak tahu jika di ladang-ladang seberang sungai terjadi proses pembuahan, dimana pagar tetangga lebih hijau dari pagar sendiri. butakah anda akan hal ini...lalu apakah anda merasa sehat? masih kah anda merasa tidak sedang sakit?

Apakah wajar sebuah kegiatan yang dibiayai dengan keringat masyarakat hanya berjalan 6 bulan dan setelahnya menjadi sampah, haruskah ku beberkan foto-foto fakta itu agar setiap orang paham bahwa yang dilakukan para pemangku kepentingan hanyalah serangkaian upacara dan berburu kesenangan semata. meski aku yakin setelah membaca tulisanku ini pasti ada gerakan perbaikan...yah.... inilah caraku membangun, membangun tanpa harus membangunkan. bukan seperti sembunyi didalam karung, dan tidak berani pasang badan, karena fakta adalah fakta, meski dibolak-balik dipermainkan dan dimanipulasi, sepandai-pandai tupai meloncat akhirnya pasti akan pernah jatuh. Sementara terlanjur berhembus pengkotak-kotakan akibat dari sangkaan yang buruk namun manis dikemas dan di gaungkan. Harus juga kah kutunjukan bahwa setiap bekal hidup yang diberikan hanya formalitas yang tidak bisa memberikan tambahan kesejahteraan.

Separah itukah negeriku ini, yah..tergantung siapa yang melihat dan dengan apa dia melihat, namun aku didalam kesendirianku sejak aku tuliskan 5 tahun yang lalu di dalam alam maya ini, aku sudah bersepakat untuk me NORMALKAN LOGIKA agar tidak LUMPUH RASIONAL hingga terasahlah Kesalihan Sosialku...untukku lebih Beriman, sebelum kuyakini bahwa aku adalah salah satu umat beragama. karena sampai saat ini aku belum begitu yakin aku sedang berkumpul dengan manusia-manusia beragama. Ku asah terus dan kulihat juga kudokumentasikan seluruh apa yang kulihat. Sekali lagi bagimu dan siapapun yang suka membolak-balik dan mengubah kebenaran, atas apapun yang pernah kurasakan, kulihat dan kudokumentasikan, tentu saja bisa semuanya dirubah sesuai KEBENARANMU...tapi TIDAK MUNGKIN ditutupkan kain lagi, percayalah "apes" itu ada, sehalus apapun kau menipu.

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken