Akhir-akhir ini terlalu banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup ini carut marut penuh dengan pengorbanan dan tetesan air mata, Tiba-tiba saja, hanya dalam hitungan detik, sebuah peristiwa itupun terjadi. Sebuah peristiwa yang kemudian meruntuhkan tembok pertahananku selama ini. Sebuah tembok besar mirip sebuah bentang gunung yang menjulang sepanjang gunung mungker sampai di pegunungan nganjir dlingo bantul
Sebuah benteng kokoh yang sudah terbangun tinggi, tebal, menjulang ke langit, sebauh tempat sebagai sebuah peraduan yang sudah aku siapkan dimana ada rasa aman dan nyaman tiap kali berlindung di dalamnya, kini runtuh tiba tiba, hancur lebur jadi debu, hanya dalam hitungan detik. Akhirnya aku harus mengakui dan menyerah, atas idealisme politik seorang suami dengan segala mimpi yang pernah ada, tapi aku sadar, aku bukanlah dewa, im just an human being, seorang anak manusia dengan segala ego, keinginan, kebutuhan, dengan segala keterbatasan.
Salahkah aku jika harus mengambil suatu langkah kontroversial layaknya politik demokrasi terpimpin era soekarno yang umum menurut kebanyakan orang pada umumnya, demi meraih cinta yang sejati dengan konsistensi kepada hati tanpa sebuah keraguan sedikitpun meski harus melewati dan menikmati puncak kepedihan. demi untuk menyelamatkan kehidupan selanjutnya? Egoiskah aku, jika untuk itu semua, ada hati hati manusia lain yang ikut menjadi korban karena paksaaan yang dia sendiri tidak yakin sanggup menjalaninya?
Berdosakah aku, jika langkah yang aku tempuh, sangat dibenci oleh Nya, atas ketidak langsungan pertaubatan setelah semua terjadi.. walaupun itu halal untuk dilakukan? Aku tidak tahu. Aku sungguh-sungguh tidak tahu. Yang Aku tahu hanyalah bahwa aku hanya ingin hidup tenang, jauh dari kebisingan, hiruk pikuk suara yang pada akhirnya akan saling menyalahkan, memojokkan, padahal tidak satupun manusia tahu "APA yang diingginkan Tuhan Pada umatnya" meski sebuah kehilangan yang paling besar, meski harus membangunkan lagi semangat hidup, meski harus membangun tembok baru lagi, meski harus lebih berserah atas karunia yang telah di berikan-NYA.
Yang aku inginkan hanyalah, sebuah pengertian, bahwa segala upaya yang telah aku lakukan, telah sampai pada ujung jalan dan tidak mungkin lagi aku membangun sebuah jalan yang lebih panjang. Segeralah kembali sayangku....segera temukan pasangan cintamu dalam kehidupan kita. Agar segala hikmah ini tidak segera musnah, agar segala kehilangan dan lobang hati kita segera tertutup oleh anugrah.
Malam ini saat tersungkur dihadapanMu ya Robbi, kepingan demi kepingan peristiwa itu kembali melintas, menerjang.Dan rasa sakit itu kembali memporak porandakan kestabilanku, Dan perih itu tanpa ampun mengkoyak koyakkan kedamaianku. malam ini dihadapan Mu ya Robbi, saya telah menetapkan hati, untuk tidak kembali lagi mengulangi semua ini...dan aku berjanji akan mengajak dia serta menghadap-MU..
2 Melu Omong:
iya...agak egois seh, tapi aku suka, tetep yah MIMPI YANG TERBELI...
Mimpi yang terbeli itu adalah sebuah kepolosan tanpa rekayasa, karena yang mampu beli mimpi itu jelas lebih punya kekuatan di banding kita...ya to ? manut aja wae kali.....eeee
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken