Dlingo : puskesmasdlgdua.wordpress.com : Sejak letusan dahsyatnya pada tanggal 26 Oktober 2010 lalu, yang  merenggut nyawa seorang Abdi Dalem yang sangat setia pada pekerjaannya  yaitu Mbah Marijan, Gunung Merapi yang merupakan gunung paling aktif di  dunia terus mengeluarkan isi yang dikandungnya berupa Uap Panas yang  disertai dengan material vulkanik yang lebih terkenal dengan sebutan  wedus gembel. Telah banyak korban jiwa yang berjatuhan Baik yang  meninggal maupun yang luka – luka. Bagi mereka yang selamat dan yang  menginginkan selamat, maka tidak ada pilihan lain selain mengungsi untuk  beberapa saat hingga aktivitas merapi mereda. Beberapa tempat umum  disiapkan untuk lokasi penampungan bagi pengungsi. Ada beragam tabiat  pengungsi, ada yang taat pada anjuran untuk tidak kembali kerumahnya  untuk sementara waktu, namun tidak sedikit yang nekat tetap kembali  kerumahnya saat pagi hari dengan segala macam alasannya.
Berkumpulnya banyak manusia secara mendadak dalam suatu tempat dalam  jumlah yang besar, jika tidak dikelola dengan bijaksana dapat  menimbulkan banyak masalah baru. Mulai dari sulitnya memperkirakan  jumlah kebutuhan pengungsi, macam kebutuhan, distribusi bantuan yang  cenderung  tidak merata , tidak terpenuhinya kebutuhan akan sarana  sanitasi dan sebagainya. Kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya  penyakit baik akibat kurangnya asupan makanan maupun akibat buruknya  sanitasi di lingkungan pengungsian. Yah itulah akibat jika menampung  orang dalam jumlah yang besar pada suatu tempat. Lalu bagaimana  sebaiknya ?
Mungkin akan beda jadinya jika pengungsi tersebut di pecah dalam  beberapa kelompok kecil. Masing masing kelompok terdiri dari 100 – 150  jiwa. Lalu mereka didistribusikan di kelurahan -  kelurahan yang berada  ditempat yang relatif aman. Pengungsi bisa ditempatkan di lapangan desa  tersebut, dititipkan pada penduduk desa setempat dan meminta pada  penduduk desa tersebut untuk membantu semampunya kebutuhan para  pengungsi. Setelah itu dibuat peta distribusi kelurahan yang menjadi  tempat sementara pengungsi. Untuk kelengkapan informasi, pada peta  tesebut dilengkapi dengan data pengungsi yang meliputi jumlah pengungsi,  jenis kelamin, jumlah bayi, balita, Lansia, kebutuhan pengungsi, jumlah  kebutuhan, jenis kebutuhan, ang telah tersedia, yang belum tersedia  serta data – data lain sesuai kebutuhan. Dengan peta dan data tersebut,  jika ada yang akan memberikan bantuan dapat diketahui secara lebih tepat   jenis bantuan yang dibuthkan dan jumlahnya. Sehingga tidak ada bantuan  yang tidak terpakai, apalagi terbuang sia – sia.  Bantuan yang datang  untuk pengungsi, dikelola lewat satu pintu baik penerimaan maupun  pendistribusiannya. Peta pengungsi inilah yang dijadikan dasar untuk  permintaan dan pendistribusian bantuan sehingga kecil kemungkinan adanya  distribusi yang tidak merata, maupun distribusi yang tidak tepat  sasaran.
Pengelolaan pengungsi merapi ini sebaiknya dikoordinir oleh Pemda  Propinsi hal ini untuk memudahkan administrasi yang terkait dengan  penggunaan daerah – daerah yang berada diluar kabupaten yang terkena  musibah. Dengan menempatkan (menitipkan) para pengungsi secara  terdistribusi, kebutuhan pengungsi baik itu kebutuhan akan makanan  maupun sarana sanitasi dapat lebih mudah untuk dipenuhi, sehingga dapat  mencegah timbulnya penyakit akibat sanitasi yang buruk dan dapat dicegah  pula adanya makanan basi akibat tidak terdistribusi.

0 Melu Omong:
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken