Siswa SD Tewas Tertimbun Longsor Di Dlingo

Dlingo : Radar Jogja : Hujan deras yang mengguyur Dlingo, Bantul, Minggu (3/4) lalu memakan korban jiwa dan kerusakan tempat tinggal milik warga. Hujan deras menyebabkan Meida Wulandari, 10, meninggal dunia. Selain merenggut nyawa seorang siswa sekolah dasar tersebut, hujan lebat itu juga membuat lima rumah tinggal tertimbun tanah longsor, satu kadang ayam rusak terkena, dan jalan kampung putus akibat tertimbun tanah longsor dari perbukitan.
 
”Akibat tanah longsor dan banjir, kerugian yang dialami warga di Kecamatan Dlingo diperkirakan Rp 150 juta,” kata Camat Dlingo Sukrisna Dwi Susanta kepada RADAR JOGJA disela-sela takziah di rumah almarhumah Meida Wulandari di Dusun Seropan I, Desa Muntuk, Dlingo, kemarin (4/4). Sukrisna membeberkan rumah milik warga di Kecamatan Dlingo yang terkena tanah longsor antara lain milik Rukiman, orang tua Meida Wulandari. Rumah Rukiman mengalami kerusakan paling parah karena terkena hantaman tebing yang longsor. Total kerugian yang dialami Rukiman ditaksir lebih Rp 100 juta. 

Selain rumah Rukiman, rumah bagian belakang milik Sugiyono di Dusun Pancuran RT 02 Terong Dlingo juga mengalami kerusakan. Nilai kerugian yang diderita Sugiyono sebesar Rp 15 juta. Selanjutnya, rumah bagian dapur milik kepala Dukuh Kanigoro Desa Mangunan. Bangunan bagian dapur di rumah milik Supriyanto, warga Dusun Mangunan RT 10 Desa Mangunan juga mengalami kerusakan. Kerusakan juga terjadi pada rumah kepunyaan Harto Wardoyo, warga Dusun Mangunan RT 12 Desa Mangunan.

Sedangkan kandang ayam di Dusun Cempluk RT 05 Desa Mangunan kebanjiran air yang berasal dari perbukitan. Banjir tersebut mengakibatkan sekitar 2.000 ekor ayam mati. ”Hujan juga mengakibatkan tebing longsor dan menutup jalan sepanjang 15 meter di Dusun Mangunan RT 16 Desa Mangunan. Tapi, kini jalan dapat kembali dilalui warga setelah warga bekerja sama dengan TNI bergotong royong,” papar Sukrisna. Sukrisna mengaku berulang kali Kecamatan Dlingo sudah memberikan pelatihan mitigasi bencana bagi warga yang berada di daerah rawan bencana. Termasuk menyiapkan jalur evakuasi bila terjadi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan gempa.
 
Selain itu, saat turun hujan dengan intensitas tinggi pihak kecamatan selalu memerintahkan pamong desa mengimbau warganya supaya meningkatkan kewaspadaan. ”Sebagai pengayong masyarakat, kami selalu mengingatkaan warga yang tinggal di daerah rawan bencana. Tapi ya itu, tidak semua warga merespon imbauan yang dikeluarkan kelurahan, kecamatan dan Pemda Bantul,” terang Sukrisna. Sukiman juga tinggal di Dusun Seropan I. Lokasinya tidak jauh dari rumah Rukiman.

Dia mengaku tempat tinggalnya itu berada di antara tebing. Namun, dia menegaskan tidak terlalu khawatir ketika turun hujan lebat. Sebab, tebing yang ada di sekitar rumahnya tidak berupa tanah liat. Tebing itu adalah bebatuan yang tahan terhadap air. ”Biasa saja karena tebingnya bukan tanah tapi bebatuan,” kata Sukiman kepada Radar Jogja saat melihat rumah milik Rukiman yang runtuh terkena tertimbun tanah longsor. Meski tidak terlalu khawatir, lanjut Sukiman, dirinya bersama anggota keluarga selalu meningkatkan kewaspadaan apabila turun hujan dengan itensitas tinggi. Misalnya, saat turun hujan tidur dalam satu kamar yang lokasinya jauh dari tebing atau sala satu anggota keluarga ada yang tidak tidur ketika turun hujan pada malam hari
.
”Peristiwa yang terjadi di rumah Pak Rukiman tentu akan menjadi pelajaran kami yang tinggal di perbukitan. Tapi, kami tidak takut,” jelas Sukiman.

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken