Siswa-siswi SDN I Terong Dlingo Menjajal Gamelan Nada Pelog

Siswa/I SDN I Terong Dlingo penasaran dengan ATM (Automatic Tembi Movies)
Dlingo : http://tembi.net: Kunjungan anak sekolah ke Tembi Rumah Budaya boleh dikatakan menjadi agenda yang semakin rutin terjadi. Salah satu sekolah yang baru saja melakukan kunjungan ke Tembi Rumah Budaya adalah SDN I Terong, Dlingo, Bantul. Rombongan tersebut terdiri dari kelas IV dan V serta dua orang pendamping, yakni kepala sekolah dan guru kesenian.

Kunjungan mereka di samping untuk belajar banyak mengenai kebudayaan lokal (Jawa), juga hendak belajar gamelan. Sebenarnya mereka sudah bisa menabuh gamelan karena pelajaran menabuh gamelan memang mereka dapatkan di sekolah. Hanya saja di sekolah mereka terdapat satu perangkat gamelan, yakni gamelan berlaras Slendro. Sementara gamelan berlaras Pelog belum mereka miliki. Jadi kunjungan mereka ke Tembi sekalian ingin menjajal atau mencoba menabuh gamelan berlaras Pelog.
 
Dolanan anak mengingatkan masa lalu siswa/i
Sebelum pulang ke Dlingo siswa/i dan guru pendamping
berfoto bersama dulu di Amphiteater Tembi
Penjelasan yang diberikan oleh pemandu Tembi ternyata membuat mereka cukup tertarik. Ada cukup banyak benda produk atau hasil budaya yang mereka tidak lagi mengenalinya. Mereka juga cukup terkejut dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan yang dilontarkan Tembi sehubungan dengan kekayaan yang dimiliki oleh wilayah Dlingo. Misalnya, di Dlingo ada sendang yang sangat terkenal, yakni Sendang Banyuurip. Ketika hal itu ditanyakan oleh Tembi ternyata banyak dari mereka yang tidak atau belum mengenalinya. Ketika Tembi memancing dengan pertanyaan tentang adanya pohon langka yang sangat unik dan sangat terkenal di Dlingo, ternyata ada beberapa dari mereka yang bisa menyebutkan, yakni Pohon Jati Kluwih.

Pancingan-pancingan pertanyaan dari Tembi itu sesungguhnya dilakukan untuk menyadarkan mereka, bahwa mereka memiliki kekayaan yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka menjadi semakin punya perhatian terhadap wilayahnya sendiri.

Perhatian yang demikian diharapkan menumbuhkan kesadaran mereka untuk mencintai kekayaan yang ada di wilayah mereka. Apa pun wujud kekayaan itu. Dengan demikian, pada gilirannya nanti mereka juga akan semakin mencintai kebudayaannya sendiri serta tidak larut dan hilang diri dalam arus pusaran berbagai pengaruh budaya lain. 
 
Karawitan plus panembrama dari SDN I Terong di Tembi: menjajal gamelan nada Pelog
Ternyata pula beberapa dari mereka masih bisa mengenali alat permainan mereka ketika mereka masih berusia sekitar lima tahunan. Bekelan, othok-othok, plintheng (ketapel), untaian karet gelang untuk lompat tali, dan lain-lain. Hal ini mengingatkan mereka pada masa-masa kanak-kanak mereka. Masa-masa yang menurut mereka cukup indah dan menyenangkan untuk dikenang. Sekalipun demikian, dari mereka banyak juga yang tidak tahu dan mengerti nama dan fungsi benda yang dipajang di Rumah Dokumentasi Tembi.

Usai berkeliling kompleks Tembi mereka bermain gamelan. Rasa penasaran mereka cukup tinggi untuk bermain gamelan dengan nada Pelog karena sekolah mereka tidak memilikinya. Ternyata pula mereka sudah cukup terampil bermain gamelan. Mungkin setaraf dengan para pemain gamelan (pengrawit) dari Tembi sendiri. Gending Ganjur, Manyar Sewu, dan Suwe Ora Jamu mereka mainkan dengan demikian mudahnya. Demikian juga dengan gending Pepeling. Bahkan pemain bonang penerus pun dapat bermain terampil sehingga mampu memberikan sentuhan nada lain yang mengisi jeda nada yang ditabuh dari bonang dan perangkat gamelan yang lain.

Apa yang mereka ketahui dan pahami dalam hal gamelan sesungguhnya merupakan kelebihan tersendiri bagi mereka. Pasalnya, tidak banyak anak-anak sekolah di zaman sekarang yang paham soal gamelan, yang notabene merupakan bagian dari produk kebudayaan kita sendiri. Bagian dari puncak-puncak peradaban kita sendiri. Menjadi aneh jika kita justru merasa asing dengan hal tersebut. Profisiat untuk SDN I Terong, Dlingo, Bantul.


0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken