Menjadi Yang Semestinya




 Semula, semua berjalan lebih dari baik-baik saja. Senyummu dari hati, senyumku lebih gembira lagi. Namun, bahagia yang berlebihan selalu punya harganya sendiri. ini adalah sebuah kerinduan, Sebuah Rasa yang berbeda dari sebelumnya, tak ada yang terlalu, sedih yang terlalu, bahagia yang terlalu. Perjalanan waktu menuntunmu menuju samudranya ilmu, dimana kau biarkan dirimu memperoleh banyak hal setelah pintu bersama-sama kita buka. Sebuah pintu baja yang sempat menengelamkanmu dalam gelapnya waktu, hingga tak sempat kau berkaca pada dunia luar. Inggatkah engkau ketika terpuruk dan bahkan namamu pun tak ada dalam kartu tanda penduduk. Engkau datang dengan berjuta masalah, engkau merengek layaknya seekor anak tikus yang diburu se ekor kucing. Engkau ingin sebuah pengakuan, engkau haus akan eksistensi. engkau disingkirkan oleh sebuah sistem yang digerakkan oleh tetanggamu sendiri, keluargamu sendiri.

Kamu dekat tapi terasa lebih jauh dari yang terlihat. Kamu ada tapi terasa lebih tiada dari kenyataannya. Ah, bahkan perasaanku saja sudah bisa mengira, bahagia di dekatmu seperti ini bukan untuk selamanya. Semesta semestinya tahu, menoleh pada yang selain kamu bukan keahlianku. Semesta sudah pasti tahu, memang langkahku tak seharusnya mengarah padamu. dan aku yakinkan itu tepat saat pertama kita bertemu. Tak ada kekecewaan sedikitpun bagiku, karena aku sudah tahu tak mungkin ada se ekor tikus yang berjiwa harimau, tikus ya tikus, meski dibesarkan oleh se ekor harimau.

Aku tak selalu mengerti semesta, dengan segala permainannya. Aku lebih tak mengerti kamu, dengan perhatian sementaraku. Hingga akhirnya aku semakin tak mengerti tentang kebersamaan yang belum tergapai, namun sudah harus selesai. Kamu hadir tiba-tiba, tanpa aba-aba. Kemudian pergi tanpa mengucap apa-apa. itu sudah biasa sama persis seperti yang selalu kubilang pada kamu bahawa yang mudah berubah didunia ini cuma satu, yaitu "MANUSIA". Paling tidak, aku tahu hatimu telah pindah haluan. Paling tidak, Tuhan beri aku tamparan, supaya aku tahu bahwa kita sudah tak lagi miliki harapan. dan aku paham bahwa keiklasan itu tak harus berbalas kebaikan. namun aku percaya tidak ada manusia besar yang didik dengan cara kecil/nyelekutis. orang-orang besar itu pasti dihadapkan pada persoalan rumit dan sulit, namun orang - orang besar itu selalu merasa bukan siapa-siapa meski semua persoalan mampu diselesaikannya.

Hari ini adalah saksi dari ratusan hari perjalanan hati jadi penghuni sebuah bukit terpencil yang memang kecil tapi dibesar-besarkan. Ingin rasanya meleraikan pikirku tentang ketidakmungkinan yang mengada-ada dalam kepala. Tapi korneaku bekerja terlalu baik, mata menangkap situasi/kondisi juga suasana dan mereka bercengkrama dengan mesra, antara mata dan panoramanya.Tangan yang terbiasa mengayun bermain melingkar di bahuku, malam ini kau gunakan untuk memanipulasi rasa dan semua kesalahan hakiki yang kau perbuat, sebuah ketenangan yang semu, karena Tuhan belum menelanjangimu. Sakitku lebih perih dari serangkai aksara ini. Aku tidak apa-apa dengan retaknya hati yang terlalu tiba-tiba. Tapi mengapa harus lahir peristiwa sepekan lalu yang begitu manis? Diamku kau artikan sebagai sebuah pasak yang mencengkram pada kayu-kayu, seluruh gerakanku kau pastikan sebagai bentuk perlawanan, suatu hari pasti engkau kan tahu, mana benar dan mana salah...mudah saja mengenali diriku...pastikanlah jika disepanjang perjalananmu kau tanyakan pada orang-orang tentang kabarku dan orang-orang itu menjawab bahwa aku baik-baik saja maka yang perlu kau sadari adalah "apakah kamu hari ini lebih baik dari kemarin?"..

Ingin rasanya lari sejauh mungkin, menghindar dari pemandangan di depanku. karena menjadi yang pintar mengobati pun percuma, jika aku kelak gagal di cinta yang lain lagi. Tapi aku tak mau yang lain. Sebab yang lain tentu bukan kamu. Lalu Apa ini maksud daripada semesta? apakah memberikan semacam firasat, supaya aku mampu melepasmu yang memang cocoknya untuk sesaat? Apa ini alasan di balik segala kedekatan? Supaya aku menyadari bahwa yang sudah lama akrab, belum tentu bagian dari sebuah jawab?

Bahagiakah kamu bersama kemunafikanmu? Sebab, sepertinya sudah tak perlu lagi kuminta, agar kamu mendapat apa yang sudah kamu punya yang sudah besar menurutmu. Benar atau pun tidak, mulailah jalani hari-hari barumu. Biar hati kecil dan rasa bersalahmu tengelam bersama kemunafikanmu. Biar tak perlu kucari-cari apa yang telah tiada. dan aku semakin yakin bahwa apa yang ku imani adalah benar, menjadi tidak normal diantara kekompakan yang meng atas namakan "NORMAL"...

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken