Buka Puasa Bersama dan launching PDL Gema Angkasa 2016

Dlingo : Pada Minggu Kedua Ramadhan 2016 kami mengadakan kegiatan Berbuka puasa. Dan Ternyata Berbuka Puasa memiliki makna yang mendalam bagi umat muslim tidak sekedar makan dan minum. Tapi ada arti dan makna yang luas yang terkandung di dalam berbuka puasa. Salah satunya yaitu Penguatan keyakinan bahwa orang yang berpuasa, puasanya adalah bagian dari keimanan dia kepada Allah. Demikian juga sebuah keyakinan bahwa memupuk kebersamaan dengan makan dan minum secara bersama-sama akan menimbulkan rasa kesetiakawanan sosial antar sesama.
 
Untuk itulah pada kesempatan kali ini Gema Angkasa Dlingo melakukan launching Pakaian Dinas Lapangan (PDL) yang kemudian di ikuti dengan Prosesi Saling Memakaikan PDL sesama kawan. Hal ini adalah sebagai wujud saling tolong menolong dan membantu sesama anggota Gema Angkasa. Sebuah momentum yang tepat karena meskipun sudah lebih dari 5 Tahun Gema Angkasa lhir ditengah Masyarakat Dlingo namun Baru saat ini mampu membuat secara bersama-sama PDL Gema Angkasa.
 
PDL Gema Angkasa dibuat berdasarkan kebutuhan, dan bukan sekedar gagah-gagahan yang kebanyakan komunitas lain lakukan. Hal ini merupakan sebuah rencana yang sudah ditentukan kapan Gema Angkasa harus memiliki PDL sebagai salah satu identitas organisasi. Lalu kenapa tidak dari awal Gema Angkasa Membuatnya? Tentu menjadi sebuah hal yang ironis ketika Gema Angkasa Membuat PDL dan berbagai identitas lainnya sementara disekitar kami banyak sekali yang membutuhkan....Lebih baik kami mendahulukan mereka yang membutuhkan dari pada harus memakai pakaian seragam yang pada akhirnya hanya akan membuat kami congkak dan sombong.
 


Dengan terselenggarakannya kegiatan bakti sosial kemarin, maka kami mulai memberanikan diri untuk membuat seragam bersama dengan harapan mampu memberikan keyakinan kepada seluruh anggota Gema Angkasa bahwa ketika harus mempergunakan seragam tersebut maka setiap personil dituntut untuk cakap dan memiliki ketrampilan sehingga dapat meringankan beban masyarakat.
Buka puasa adalah sebutan untuk sebuah pekerjaan membatalkan puasa pada waktu maghrib yang dilakukan dengan makan dan minum secara halal dan secukupnya dengan sunnah-sunnah yang telah ditentukan. Istilah buka puasa sudah tak asing lagi bagi orang yang mengerjakan ibadah puasa. Seolah ia menjadi trend dari ibadah yang setahun sekali dilaksanakan. Namun tak banyak orang yang merenungi / mengkaji rahasia dari makna yang terkandung dalam istilah “buka puasa”. Bagi kebanyakan kita, buka puasa itu disajikan dalam bentuk beraneka ragam makanan dan minuman yang hampir tidak ditemukan dalam bulan-bulan lain. Seolah ia adalah sebuah perhelatan besar untuk menjamu tamu-tamu istimewa, terkesan mewah. Di setiap rumah, bahkan musholla atau masjid, masing-masing memperlihatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan biologinya. Padahal puasa itu seharusnya lebih berimplikasi pada terbentuknya mental pengendalian hawa nafsu. Namun sepertinya orientasi itu tidak terlihat sama sekali. Kenikmatan yang diraih adalah kenikmatan jasadiah yang justru malah menutup kenikmatan ruhaniah yang seharusnya termanipestasi pada rasa syukur. Dalam bahasa Arab, buka puasa itu disebut futhur atau ifthar. Bentuk mashdar (kata benda) dari akar kata kerja fathara. Futhur juga dipakai untuk sebutan sarapan pagi. Secara etimologis, bentuk kata futhur berasal dari huruf fa tha dan ra. Huruf-huruf itu juga merupakan sumber dari kata fithrah yang berarti kesucian. Jadi, futhur dengan fithrah berasal dari satu sumber yaitu fa tha ra yang artinya adalah kesucian. Futhur dalam pengertian orang puasa bermakna “buka puasa”. Istilah buka puasa harus dipahami secara hakiki bukan secara syar’i. kalau pemahaman buka puasa berhenti pada pengertian syari’at, maka buka puasa itu tidak bermakna apa-apa kecuali membatalkan puasa dengan cara makan/minum pada saat maghrib. Orientasinya hanyalah biologis, jasadiyah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/achmedbaihaqi/makna-buka-puasa_5512c23ca333114e63ba7d46
Buka puasa adalah sebutan untuk sebuah pekerjaan membatalkan puasa pada waktu maghrib yang dilakukan dengan makan dan minum secara halal dan secukupnya dengan sunnah-sunnah yang telah ditentukan. Istilah buka puasa sudah tak asing lagi bagi orang yang mengerjakan ibadah puasa. Seolah ia menjadi trend dari ibadah yang setahun sekali dilaksanakan. Namun tak banyak orang yang merenungi / mengkaji rahasia dari makna yang terkandung dalam istilah “buka puasa”. Bagi kebanyakan kita, buka puasa itu disajikan dalam bentuk beraneka ragam makanan dan minuman yang hampir tidak ditemukan dalam bulan-bulan lain. Seolah ia adalah sebuah perhelatan besar untuk menjamu tamu-tamu istimewa, terkesan mewah. Di setiap rumah, bahkan musholla atau masjid, masing-masing memperlihatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan biologinya. Padahal puasa itu seharusnya lebih berimplikasi pada terbentuknya mental pengendalian hawa nafsu. Namun sepertinya orientasi itu tidak terlihat sama sekali. Kenikmatan yang diraih adalah kenikmatan jasadiah yang justru malah menutup kenikmatan ruhaniah yang seharusnya termanipestasi pada rasa syukur. Dalam bahasa Arab, buka puasa itu disebut futhur atau ifthar. Bentuk mashdar (kata benda) dari akar kata kerja fathara. Futhur juga dipakai untuk sebutan sarapan pagi. Secara etimologis, bentuk kata futhur berasal dari huruf fa tha dan ra. Huruf-huruf itu juga merupakan sumber dari kata fithrah yang berarti kesucian. Jadi, futhur dengan fithrah berasal dari satu sumber yaitu fa tha ra yang artinya adalah kesucian. Futhur dalam pengertian orang puasa bermakna “buka puasa”. Istilah buka puasa harus dipahami secara hakiki bukan secara syar’i. kalau pemahaman buka puasa berhenti pada pengertian syari’at, maka buka puasa itu tidak bermakna apa-apa kecuali membatalkan puasa dengan cara makan/minum pada saat maghrib. Orientasinya hanyalah biologis, jasadiyah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/achmedbaihaqi/makna-buka-puasa_5512c23ca333114e63ba7d46

0 Melu Omong:

Posting Komentar

Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken