Siapa tak kenal istilah "Kepala Dinas, Direktur, manager DLL" istilah tersebut adalah julukan formal bagi orang-orang yang di anggap memiliki tanggungjawab besar terhadap instansi dan institusi tertentu....biasanya juga memiliki hak-hak istimewa, prerogatif dan eksklusif yang melekat. ya mungkin lebih spesifik menjabat sebagai contoh adalah lurah-lurah atau dukoh di dlingo bantul, kan secara otomatis juga memperoleh eksklusifisme to...hehehehehe...atau jangan-jangan masyarakatlah yang membuat mereka menjadi exsklusif..hayo..
Hak-hak itulah yang terkadang membuat mereka terkadang melupakan hak-hak yang lebih kecil dan menyepelekan drajad-drajad terendah dalam lingkungannya, apa lagi kalo bicara wewenang dan kebijakan. wow...merekalah seolah-olah juaranya. Ya gak papa..seh, boleh-boleh aja cuman sekedar pengen nulis aja barangkali diantara kita memiliki misi dan devinisi yang sama atau perah punya pengalaman yang mirip tentang hal-hal semacam ini. Nah...masuk pada pembahasan " Bahasa Kekuasaan "....menurut saya neh para pemimpin biasanya dalam mengendalikan situasi lingkungannya bisa bermakna antara lain :
1. Printah /Ketegasan terhadap aturan main : Ya...kalo bermakna seperti ini memang proporsional, maksudnya ya...agar bawahan berjalan sesuai rel yang sudah ada. tapi biasanya pemimpin yang memiliki model seperti ini kaku/formal banget/dan membosankan...jujur...ya..kan. akibatnya pada suatu titik masa tertentu akan muncul kebosanan dan akhirnya neh " Perlawanan masal" Bakal terjadi.
2. Printah/Kebebasan Terhadap aturan main : biasanya pemimpin seperti ini Low Profile, mereka tidak lagi memandang kasta/hierarki struktural. namun bila tidak sama-sama memahami antara bawahan dan atasan akan berakibat pada pudarnya norma-norma yang sudah ada dan berjalan sehingga berakibat " Semau Gue "....
3. Printah/ Etiket Proporsional terhadap aturan main: Artinya ya...masing-masing bisa menempatkan diri dan bisa memahami. sebagai atasan tidak melulu printah-printeh, sebagai bawahan juga tidak melulu sebagai objek yang di perintah. jadi bisa saling melengkapi karena antara bawahan dan atasan sama-sama memahami bahwa ada bidang-bidang tertentu yang sama-sama tidak menguasai. intinya mirip suami istiri...take and give...tapi jangan di artikan KKN yo.....ra melu-melu aku....
Nah.....bagi para calon-calon pemimpin..."Penguasa Kecil Dlingo" tinggal milih aja..mau yang mana, tapi yang harus di inggat..semua pilihan sudah pasti beresiko. Buat para calon " Penguasa Kecil Dlingo" yang tidak memilih 3 alternatif diatas dan cenderung untuk membuat aturan main sendiri, ya silahkan saja. Tapi disini biar masyarakat juga tahu, model pemimpin seperti apa yang ada di Dlingo bantul saat ini. intinya kekuasaan adalah alat utama untuk mensukseskan sebuah korporasi, dengan korporasi tersebut seseorang dapat menindas orang lain , namun tenang...saya sudah siapkan cara-cara ampuh supaya kekuasaan tidak lagi menindas, antara lain resepnya sebagai berikut :
1. Jangan menyanjung, karena dengan itu seorang pemimpin akan meresa lebih kuat kecuali anda memang seorang penjilat dengan "Filsafat Kodok" "jilat atas, injak bawah, baru lompat".
2. Lakukan tugas/pekerjaan sesuai bidang tugas anda saja, karena dalam bidang kerja apapun tugas pokok dan kewajiban sudah di atur namun juga harus tetap mengawasi kinerja pemimpin.
3. Jangan memberikan masukan-masukan berlebihan, apa lagi pemimpin itu blantik KTP, AKTE dan lain-lainnya, pemimpin model seperti di atas sanggat arogan dan "seneng golek jeneng".
Ya .....bahasa kekuasaan bila di terapkan sesuai aturan dan norma yang berlaku mungkin akan menjadi modal untuk kesuksesan masyarakat sosial, namun bila arogan dan mentang-mentang berkuasa......" 1000 doa teraniaya terkumpul jadi satu " hilanglah kekuasaan, mulane ojo sak-sake
2. Lakukan tugas/pekerjaan sesuai bidang tugas anda saja, karena dalam bidang kerja apapun tugas pokok dan kewajiban sudah di atur namun juga harus tetap mengawasi kinerja pemimpin.
3. Jangan memberikan masukan-masukan berlebihan, apa lagi pemimpin itu blantik KTP, AKTE dan lain-lainnya, pemimpin model seperti di atas sanggat arogan dan "seneng golek jeneng".
Ya .....bahasa kekuasaan bila di terapkan sesuai aturan dan norma yang berlaku mungkin akan menjadi modal untuk kesuksesan masyarakat sosial, namun bila arogan dan mentang-mentang berkuasa......" 1000 doa teraniaya terkumpul jadi satu " hilanglah kekuasaan, mulane ojo sak-sake
0 Melu Omong:
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken