Peristiwa ini adalah sebuah kisah nyata tepatnya terjadi kurang lebih 60 tahun lalu. Cerita ini juga bukan fiktif belaka, cerita ini adalah sebuah motivasi dan sekaligus sebuah inspirasi dan latarbelakang dipublikasikanya "margi-rekaos.blogspot.com" sebagai media pemersatu dan informasi masyarakat dlingo bantul yogyakarta. Kisah cerita kulit keriput pejuang hidup pada hari rabo kliwon tanggal 7 April 2010 telah kembali disisi Allah SWT. Kulit keriput pejuang hidup dlingo ini tidak lain adalah seorang perempuan dusun bernama Rubiyem alias Ny.Martorejo.
Beliau adalah serang ibu dari 5 orang anak, dia membesarkan semua anak-anaknya seorang diri sejak anak pertamanya berusia 13 tahun. Karena Suaminya meninggal akibat sakit keras dan himpitan kebutuhan hidup yang amat sanggat berat. Dalam kesehariannya Rubiyem menghidupi anak-anaknya dengan bertani dan beternak. Seperti layanya keluarga lain anak-anaknya juga bersekolah, namun tentu berbeda dengan keluarga-keluarga yang mampu.
Anak-anak Rubiyem hanya mampu menamatkan Sekolah Dasar bahkan ada yang tidak tamat hanya karena tidak mampu membayar foto untuk raport. Tiga dari anaknya bahkan pernah keracunan ubi gadung akibat tidak mampu membeli nasi untuk makan. Kesabaran dan keuletan Rubiyem terus berlanjut sampai anak-anaknya beranjak remaja. Masa kanak-kanak mereka seharusnya diisi dengan canda tawa namun karena himpitan kebutuhan hidup, mereka terpaksa harus melewatkan masa kanak-kanak itu dan membantu mencari nafkah. Anak-anaknya bekerja mencari kayu lalu di jual kepasar, dan pada perkembangannya sepulang dari pasar mereka membawa jerami "untuk pakan ternak atau dijual" , menjual es lilin keliling, menjadi kernet/kondektur angkot dan beberapa profesi pekerja kasar lainya dijalani demi sesuap nasi dan untuk melanjutkan kehidupan.
Rubiyem dan anak-anaknya tidak punya tujuan lain kecuali untuk sekedar bisa hidup dan sesuap nasi. Setelah anak-anaknya dewasa satu demi satu mereka menikah, kecuali anak nomor empat dan anaknya yang terakhir. kedua anak itu minta izin untuk merantau ke pulau Sumatra, tepatnya di Teluk Kuantan Riau. Sementara tiga orang anak Rubiyem tinggal dan menetap di Kecamatan Dlingo Bantul. Tahun demi tahun dijalani dengan penuh kesabaran, sampai pada akhirnya anaknya uan menikah dan berkeluarga di sana. Kerutan kulit Rubiyem hari berganti hari semakin tampak, kulit keriputnya mengambarkan sebuah perjuangan tak kenal lelah, tatapan matanya berkobar menggambarkan semangat hidup tak tekalahkan, langkah kaki-kakinya berbekas sebagai sebuah tekat pantang mundur dan tak kenal lelah layakya matahari setia menyinari bumi.
Namun segala kepedihan dan pengorbanannya tidaklah sia-sia, kelima anaknya saat ini hidup berkecukupan. Bahkan tatapan mata rubiyem masih berkobar dan kebijaksanaan yang dimilikinya masih melekat dalam jiwa meskipun ajal hampir menjemputnya. Seluruh cita-cita sederhananya terkabul bahkan seorang anak yang dicintainya sepanjang hidup dan belum pernah pulang kampung akhirnya bisa pulang dan mendampinginya menjelang ajal menjemput. Banyak lagi anugerah dan hidayah Allah telah diterima oleh Rubiyem pada saat menjelang ajal menjemputnya sembari nafs dalam jiwa dan raganya terlepas satu per satu dan menyisakan sebuah cahaya suci sebagai sebuah amalan terakhir didunia bagi sang pencipta. Hidayah yang lebih besar adalah bisa bersandar pada tiang yang kuat, yaitu tiang-tiang yang menyangga "ARSY" karena Rubiyem mendapatkan sebuah pantulan cahaya yang menerangi jalan kembali.
Sebelum ajal menjemput, dia menujukan sebuah tempat dimana dia menyimpan sedikit tabungan yang dia simpan didalam tanah di bawah tempat tidurnya. Dia berpesan agar uang itu digunakan untuk mengurus segala kebutuhan dalam prosesi pemakamanya, yang mungkin akan terjadi pada hari kelahirannya yaitu "Rabo Kliwon". sebelum nafas terakhirnya dia sempat minta maaf atas segala kesalahan pada anak-anaknya karena tidak bisa membesarkannya dengan baik dan yang terakhir melafalkan kalimatulloh.
Sungguh sebuah pemandangan yang indah dan sempurna, sebuah perpisahan yang sempurna sekaligus sebuah pertemuan/perjumpaan yang sudah lama di nantikan. Nenek Kini engkau sudah bersanding dengan Kakek, kami tahu betapa engkau menahan rindu untuk berjumpa, karena besar tanggungjawabmu untuk membesarkan kami, anak cucu dan buyutmu maka engkau relakan semua inginmu. Tidak baynak hal yang bisa kami berikan tapi yakinlah KULIT KERIPUTMU tidak sia-sia, engkau akan selalu ada didalam jiwa kami. Karena KULIT KERIPUTMU akan selelu membekas di hati.
2 Melu Omong:
nderek belo sungkowo mas ssaking barjo jakarta asli dlingo
Matur Nuwun Mas Mugi Karaharjan tansah sumanding kagem panjenegan
Posting Komentar
Saksampunipun Maos Nyuwun dipon Unek-Unekken