Kebun Buah Mangunan Terpilih sebagai Lokasi Konservasi Elang

Dlingo : nationalgeographic.co.id ;Konservasi elang bakal jadi kenyataan pada 2011 ini. Komunitas pemerhati elang Raptor Club Indonesia (RCI) berencana melatih dan memelihara elang di kawasan wisata Kebun Buah Mangunan, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Area seluas tiga hektare milik kawasan wisata tersebut akan digunakan untuk konservasi elang jenis brontok, jawa, dan ular.  Pendiri RCI Leonardus Kabul Sumarto Budiprakoso mengaku prihatin dengan kehidupan burung pemangsa tersebut. "Populasinya kian menurun karena sempitnya lahan, perdagangan, tidak adanya perhatian, serta faktor alam sendiri," jelasnya.

Kebun Buah Mangunan cocok sebagai tempat konservasi karena merupakan tempat ideal dan jalur lintas migrasi. Dalam kegiatan konservasi, RCI akan melakukan beberap program, seperti melatih kemampuan berburu, melatih terbang, memelihara, hingga mengembangbiakkan elang. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY Herry Subagiadi mengaku antusias pada komunitas RCI yang ingin melakukan konservasi terhadap elang. Pasalnya, konservasi elang di Indonesia masih sangat minim dilakukan.

Herry belum bisa memastikan waktu perwujudan konservasi. "Masih ada prosedur yang belum tuntas dilakukan," katanya. Kebun Buah Mangunan yang memiliki luas 23,4 hektar rencananya akan dijadikan objek wisata andalan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Sayangnya objek wisata ini sedang terkendala masalah akses jalan yang rusak. Oleh karena itu pemerintah setempat sepakat untuk memperbaiki kawasan tersebut, satu di antaranya adalah membangun lahan untuk konservasi binatang pemangsa.

Pemulangan jenazah Ninik Al Mutaqin 'Ngatini' TKI Asal Dlingo


Dlingo : alindaagency ; Kabar meninggalnya Ninik Al Mutaqin alias Ngatini, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Gayam, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), langsung direspon cepat oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Yogyakarta.

Kepala BP3TKI Yogyakarta, Munir SH, yang dihubungi melalui selularnya membenarkan, mengenai kabar meninggalnya Ninik Al Mutaqin alias Ngatini itu. TKI yang bekerja sebagai Penata Laksana (pembantu) Rumah Tangga (PLRT) ini dilaporkan meninggal di Malaysia pada 3 Juni 2011 lalu, karena serangan penyakit jantung.

Dikatakan Munir, informasi meninggalnya Ngatini ini baru diketahui pada Rabu (20/07) kemarin, dari surat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. Pada Kamis (21/07) kemarin, kata Munir menambahkan, pihaknya juga mendapatkan laporan dari Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja Disnakertrans Bantul, Bambang Sugiyantoro, mengenai kabar meninggalnya Ninik tersebut.

Informasi meninggalnya Ninik yang bekerja di Malaysia ini tidak terdapat dalam data di Disnakertrans Bantul. Sebab itu, mereka kemudian menanyakan ke kantor BP3TKI Yogyakarta . “Kami juga telah mengirimkan data-data identitas asli Ngatini ke ke KBRI di Kuala Lumpur untuk memastikan bahwa TKI yang meninggal itu apakah cocok dengan identitas Ngatini. Jika sudah benar, berikut agar bisa diproses perizinan kepulangannya,” kata Munir. Pihak keluarga Ngatini di Bantul, tidak banyak memasalahkan mengenai kabar kematian Ngatini ini. Hanya saja, jenazahnya diharapkan segera dipulangkan untuk segera dikebumikan pihak keluarga di kampung halamannya.

8.000 Ha palawija di Jatimulyo mati

Dlingo : Harian Jogja : Kekekringan di Desa Jatimulyo Dlingo, kian meluas. Sedikitnya 8.000 hektare tanaman palawija mati lantaran tak ada air. Peternak pun terpaksa membeli pakan rumput hingga ke wilayah Sleman.

Paimo, Kepala Desa Jatimulyo, Dlingo  mengungkapkan, matinya tanaman palawija tersebut mulai terjadi sejak dua bulan terakhir. Sebelumnya pada awal kemarau Juni lalu, hanya tanaman padi milik petani yang mati atau batal disemai karena air mengering. Petani lalu menggantinya dengan palawija seperti jagung, singkong dan kacang. Namun ternyata, tanaman palawija itupun tak kuat bertahan.

“Totalnya se-Jatimulyo sampai 8.000 hektare. Kalau pohon-pohon masih hijau daunnya, tapi kalau palawija mati semua,” ungkapnya.

Kekeringan terjadi di lahan tadah hujan maupun irigasi dan merata di seluruh dusun di Jatimulyo. Kalau pun ada wilayah yang masih mendapat air. kata Paimo, paling lahannya hanya seluas 10 hektare. Wilayah tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Di luar itu, sungai-sungai kecil sudah mengering, sementara air yang ditampung petani juga sudah habis.

“Kalau apakai irigasi airnya juga enggak bisa dialirkan, karena kondisi lahannya kan naik turun,” tuturnya. Beruntung, menurut Paimo, warga desanya kebanyakan juga bekerja di mebel. Sehingga walaupun paceklik ekonomi di bidang pertanian, sebagian masyarakat masih dapat bertahan.

Kisah Sukses UPFMA Desa Terong, Kec. Dlingo

Dlingo : bkppp.bantulkab : Desa Terong, salah satu desa di Kecamatan Dlingo yang terletak 25 km dari ibukota Kabupaten Bantul, meski berada di wilayah pelosok perbukitan namun masyarakatnya sangat bersemangat dalam kegiatan pengelolaan dan pembelajaran pertanian khususnya UP FMA. Pada 19 April 2008 melalui rembug tani Desa Terong dibentuklah UP FMA Desa Terong dengan pengurus Ketua: Sukamdam, Sekretaris: Rubikem, Bendahara : Ngadiyono. Penyuluh Swadaya : Yono Prayitno dan Wahyuti.

Kegiatan pembelajaran UPFMA diawali 2008 dengan topik pengolahan pisang, pembibitan buah-buahan, pembuatan bokhasi, dan temu usaha jagung. Kendalanya peralatan yang kurang, dibantu oleh JRF-IOM sehingga mendorong peningkatan produksi criping pisang dan jenis makanan olahan yang lain. Sampai saat ini produksi criping pisang mencapai 800 kg/bulan dengan harga jual Rp. 25.000,-/kg (harga total penjualan Rp.20.000.000,-/bulan). Pengolahan pisang menjadi criping ditindaklanjuti seluruh peserta pembelajaran dengan produksi 20 kg/bulan (Rp. 10.000,-/kg). Meningkatnya permintaan produk tersebut berdampak pada peningkatan mutu kemasan dan pemberian merek NIKIMON (kependekan dari NIKI MAWON = INI SAJA). Dengan merk tersebut pemasaran bertambah meningkat, dan mulai dibuka outlet di pasar desa setempat, juga kemitraan secara tertulis dengan Cokrotelo-Yogya, Asosiasi pasar tani DIY, Mirota dan Miranda Supermarket, Tomi swalayan Bantul, Progo swalayan Yogya.

Kegiatan 2009 berupa pembelajaran penggemukan sapi, pembuatan ransum ternak dan pembuatan pupuk cair serta temu usaha. Aplikasi pembuatan ransum pada ternak masing-masing meningkatkan berat badan sapi 30-45 kg/bulan. Di samping itu kegiatan pembuatan pupuk cair juga dilaksanakan bersama-sama di lokasi kandang Kelompok Sedyo Rukun, Pedukuhan Terong-I. Pada 2010 berlanjut dengan topik pembelajaran perkandangan sapi, diversifikasi pakan, pembuatan starter bokhasi dan pengembangan jaringan usaha kemitraan. Peserta kemudian memproduksi pakan sapi (multi feed) tahap I sebanyak 4300 kg, dan dijual dengan harga Rp 2000,-/kg. Diproduksi pula starter bokhasi sebanyak 210 liter dengan harga Rp. 10.000,-/liter.
Peranan Kepala Desa dan pemerintah desa Terong dalam mendukung keberhasilan UPFMA sangat besar, antara lain membantu menyewakan toko (outlet) produk Nikimon, membantu desiminasi teknologi melalui siaran pedesaan (radio MSF-FM), dan membantu mencarikan pasar bagi produk KUB-FMA. Dengan adanya pembelajaran FMA, 88 orang (dari 110 orang) anggota KUB-FMA yang pernah kerja di Jakarta memilih tidak kembali ke Jakarta namun menjadi manajer industri olahan pangan di desanya sendiri. (PM)

Pak Godam pengabdian sepanjang masa


Dlingo : badakdlingo2 : Menjelang Ulang tahun yang ke 24 Puskesmas Dlingo II tanggal 17 Juli 2011, ada prestasi yang diraih oleh salah seorang petugas yaitu Bpk Godam W, sebagai juara ke 2 nutrisionis teladan tingkat provinsi DIY.

Setelah perjuangan selama ini akhirnya datang juga apresiasi terhadap kinerja beliau setelah team penilai dari Dinas kesehatan Propinsi DIY melakukan evaluasi Tenaga Kesehatan Teladan 2011 tingkat propinsi DIY.

Pak Godam mengangkat program unggulan Peranan Nutrisionis dalam rangka meningkatkan cakupan ASI eksklusif melalui kegiatan KP Ibu yang dipaparkan dihadapan para juri pada tanggal 13 Juni 2011 di aula Puskesmas Dlingo II.

Selamat pak Godam anda ada di hati masyarakat dlingo....

Informasi Proyek Pemda bantul Di Dlingo


Dlingo : Ada beberapa pelaksanaan pembangunan yang menyasar di dlingo, namun apabila dilihat dari besarnya anggaran maka dlingo termasuk mendapatkan pagu anggaran yang relatif lebih sedikit di bandingkan kecamatan lain di Kabupaten Bantul. Berikut adalah beberapa informasi tersebut :

1. Pengembangan produksi ramah lingkungan dengan paket pekerjaan pembangunan IPAL Biogas dengan nilai pagu : Rp. 282.562.250 lokasi di Dlingo namun secara spesifik kalau ada yang tahu bisa kasih masukan di tab komentar.
2. Penyediaan sarana dan prasarana persampahan dengan paket pekerjaan pengadaan alat angkutan darat sepeda motor roda 3 pengangkut sampah dengan pagu anggaran Rp. 20.500.000,- lokasi juga belum jelas, namun cuma ada 2 pasar yang memenuhi syarat untuk pengadaan tersebut.
3. Pengadaan perlengkapan tas pengelolaan pengolahan sampah prinsip 3 R berupa pengadaan komposer sampah dengan pagu Rp.1.566.176,-.
4. Pengadaan tong sampah Rp. 4.588.235,-
5. Pengadaan Komposer sampah Rp. 3.529.411,-
6. Penggunaan Alat Peraga Rp. 150.327.176,-
7. Pengadaan TIK Rp.64.705.882,-
8. Rehab jalan pemeliharaan jaringan  irigasi, di desa Terong dengan nilai pagu Rp. 264.000.000,-
9. Paket I Pembangunan Jln. Lingkungan Belakang Kecamatan menuju SMA (Dlingo), DPU (Dinas Pekerjaan Umum) Kabupaten Bantul Rp. 252.077.000,-

Bebereapa Siswa Dlingo Direkomendasikan ikuti Kejurprov Catur Tingkat DIY

Dlingo : percasibantul : Siswa Kampus Hijau MTSN Pundong Rafi Kurniawan tampil sebagai juara dalam Kejurkab Catur Yunior Kelompok Putra, setelah di babak terakhir berhasil mengalahkan Nanang Abdurrahman Wakhid dari SMKN Pundong. Rafi mengakumulasi 4,5 poin mengungguli Omar Saddam dari Kasihan yang sama poinnya namun kalah solkof, dan harus puas di urutan ke-2 disusul peringkat ke-3 Syariful Huda dari MI Ma`arif Kediwung Dlingo. Sementara di bagian putri tampil sebagai juara 1 Denas Pangesti dari SMA 1 Bantul dengan poin 4,5 , disusul Trisna Ferani Putri dari SMPN 1 Bantul dengan 4 poin dan urutan ke 3 Shinta Putri Megawati dari Jetis dengan 4 poin.

Menurut Sekum Pengkab Percasi Bantul Drs. Sutanto Kejurkab Catur Yunior diikuti oleh 87 peserta terdiri 34 putri dan 53 putra se Bantul, berlangsung pada hari Minggu, 26 Juni 2011 bertempat di BKK,PP dan KB kabupaten Bantul dipimpin Wasit Tri Mulyadi menggunakan sistim swiss 5 babak catur cepat 25 menit. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, pertandingan dikelompokkan Yunior A,B,C,D, Yunior E dan Yunior F,G meski dalam per kelompok tetap diberikan trophy tetap dan uang pembinaan bagi sang juara 1, 2 maupun 3.

Hasil dari Kejurkab akan direkomendasikan untuk mengikuti Kejurprov Catur tingkat DIY yang akan berlangsung 17 Juli mendatang di gedung Koni DIY.

ADAPUN HASIL SELENGKAPNYA ADALAH :

KELOMPOK PUTRA : Yunior A. M. Agus Sholikhan (MAN Wonokromo) Yunior B. 1.Nanang Abdurrahman Wakhid (SMKN Pundong) 2.Marga Tramuna B (MAN Wonokromo) Yunior C. 1.Angga Wisnu Laksana (SMKN Pundong) 2.M.Naufal, ZM (SMPN 1 Plertet) 3.M.Irfan Faziri (MTs Al Falah) Yunior D 1.Rafi Kurniawan (MTsN Pundong) 2.Omar Saddam Bhamakerti (Kasihan) 3.Syariful Huda (MI Ma`arif Kediwung) Yunior E. 1.Syaiful Ikhsan (SD Priyan Bantul) 2.Pinta Atmaja Darma Suta (SD Payak Piyungan) 3.Fani Irawan (SD Sukorame Dlingo) Yunior F. 1.Julio Pasetyo Wibowo (SD Payak Piyungan) 2.Gantang Akbar (SD Bantul Manunggal) 3.Ihsan Purnama Jaya (SD Seropan Dlingo) Yunior G. 1.Garin Raka Winata (Bantul) 2. Gavin Ata Wisesa (SDIT Ar Raihan).

KELOMPOK PUTRI : Yunior A. Shinta Putri Megawati (Jetis )Yunior B. 1.Denas Pangesti (SMAN 1 Bantul)2.Mega Anastasia (MAN Wonkokromo) 3.Pebriarti Riski Ramdhani (SMAN 1 Bantul) Yunior C. 1.Dwi Sri Hartinah (SMPN 2 Dlingo)2. Melarisa Eka Yulianti (SMPN 4 Pandak) Yunior D  : 1.Trisna Feranji Putri (SMPN 1 Bantul) 2.Nadia Heryani Putri (SMPN 3 Bantul) 3.Intan Heryani Putri (SMPN 1 Bantul),Yunior E. 1.Titiek Nur Kholidah (SD Manding Tengah Bantul) 2.Siti Aisyah Denti R (SD Sukorame Dlingo)3.Naning Sri Utami (SD Sukorame Dlingo) Yunior F :   2.Rizki Kurniawaqti (SD Sukorame Dlingo ) 3.Oktavia Rokhayatun (SD Sukorame Dlingo )Yunior G 1.Raras Kusumaningrum (SD Sukorame Dlingo) 2. Nabella Nourool M (SD Brajan Pleret).

Semua SD di Dlingo Tak Penuhi Kuota


DLINGO: KRjogja.com) : Puluhan sekolah dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan Dlingo kekurangan murid. Kondisi hampir sama juga terjadi di jenjang SMP/MTs. Dari sembilan sekolah jenjang SMP di Dlingo, hanya satu yang mampu memenuhi kuota, sisanya hingga pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB ) ditutup, ratusan kursi masih kosong mlompong. Bahkan MI Kediwung berdaya tampung 32 murid, hanya terisi empat pendaftar.

Data Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Pendidikan Dasar (PPD) Kecamatan Dlingo menyebutkan, daya tampung jenjang SMP/MTs di Dlingo sebanyak 648 murid. Sementara untuk SD/MI yang berjumlah 27 sekolah dengan kuota 960. Kenyataannya berkata lain, hingga pelaksanaan PPDB rampung, jenjang SD hanya meraup 433 murid, sedang SMP 503 siswa. Kepala UPT PPD Kecamatan Dlingo, Slamet Pamuji MPd, Selasa (5/7) mengakui, dari banyak sekolah di wilayahnya hanya segelintir yang mampu memenuhi kuota. Dijelaskan, untuk jenjang sekolah lanjutan pertama, hanya SMPN 1 Dlingo yang kuotanya penuh. Sisanya dipastikan banyak kursi kosong lantaran tiada pendaftar.

"Lulusan SD/MI tahun ajaran 2010/2011 di Kecamatan Dlingo sebanyak 550 murid, padahal kursi yang tersedia jenjang SM/MTs jauh di atasnya, (648-red), otomatis kuota itu sangat sulit terpenuhi," jelas Slamet. Slamet mengatakan, banyaknya kursi kosong baik jenjang SD/MI dan SMP/MTs, banyak faktor mempengaruhi, antara lain, tidak adanya calon siswa (casis) luar Kecamatan Dlingo mendaftar. Tetapi sebaliknya banyak lulusan sekolah di Dlingo justru sekolah di luar, baik di Imogiri, Pleret, Piyungan. Bahkan ada juga siswa dari Dlingo mendaftar di SMPN 1 Bantul.

"Dari luar Kecamatan Dlingo saya belum mendapat laporan ada yang masuk, tetapi sebaliknya dari sini banyak mendaftar di luar," ujarnya. Tidak mungkina orang Imogiri mencari sekolah di Dlingo, atau dari Piyungan sekalipun. Meski sekolah banyak yang kekurangan siswa, tetapi proses kegiatan belajar tetap berlangsung. Ia mengatakan, banyaknya SD yang tidak mampu memenuhi kuota bukan karena siswanya tidak sekolah. Tetapi karena memang warga usia SD terbatas. "Artinya program KB di Dlingo berhasil," jelasnya.

KOPDIT ADIL Terong Terima penghargaan Tanda Jasa Bhakti Koperasi

Dlingo :BANTUL (KR) : 480 Koperasi di DIY dari total koperasi di DIY yang berjumlah 2.410 koperasi,  tidak menjalankan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan fungsinya. "Dari koperasi-koperasi di DIY itu ada yang menjalankan RAT dan ada yang tidak. Saat ini kami sedang lakukan pendataan kepada koperasi-koperasi yang bermasalah untuk melakukan pencabutan badan hukumnya," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) DIY Astungkoro usai upacara memperingati Hari Koperasi Nasional ke-64 tingkat Provinsi DIY, Sabtu (16/7) di Lapangan Trirenggo Bantul.

Menurutnya, dari beberapa koperasi itu ada yang mengatasnamakan BMT. Mereka tidak menjalankan prinsip-prinsip koperasi, yaitu dari, oleh dan untuk anggota, sehingga anggota tidak bisa melakukan pengawasan terhadap jalannya koperasi. "Kalau yang tercatat di DIY itu ada 60 BMT dan itu jalan semua. Tapi ada yang berbadan hukum pusat, provinsi dan kabupaten. Untuk BMT yang kurang sehat ada 4 BMT, 3 diantaranya berada di luar DIY," ujarnya. Sedangkan Plt Sekda DIY Drs Ichsanur selaku Inspektur Upacara pada Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-64 tahun 2011 Tingkat Provinsi DIY saat membacakan sambutan Gubernur DIY, mengajak para insan penggiat koperasi di DIY untuk senantiasa meningkatkan kerja sama, semangat kesetiakawanan, kekeluargaan dan kebersamaan sebagai jati diri gerakan koperasi dan jati diri bangsa.

"Mari kita terapkan nilai-nilai keteladanan yang diajarkan Bapak Koperasi Indonesia almarhun Bung Hatta, yaitu persaudaraan, gotong royong dan kemandirian dalam gerakan koperasi di tanah air Indonesdia," katanya.  Menurut Sri Sultan HB X, Indonesia harus siap menyongsong pencanangan tahun 2011 mendatang sebagai Tahun Koperasi se Dunia oleh PBB. Dengan membangkitkan dan merevitalisasi gerakan koperasi pada ranah pembangunan ekonomi."Kita bersama-sama melakukan perbaikan manajemen atau tata kelola dan iklim usaha ke arah yang lebih baik, untuk meningkatkan daya saing dan kinerja koperasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang begitu kompetitif," tegasnya.

Peringatan Hari Koperasi di DIY tahun ini menjadi lebih istimewa dibanding tahun sebelumnya. Karena tahun ini Pemprov DIY dan juga Pemkot Yogyakarta, Pemkab Bantul dan Sleman mendapat penghargaan sebagai penggerak Koperasi tahun 2011. Tahun ini dari DIY yang menerima penghargaan Tanda Jasa Bhakti Koperasi oleh Menteri Koperasi dan UKM yakni Bupati Banjul Hj Sri Surya Widati, Bupati Sleman Drs H Sri Purnomo MSi, Tokoh gerakan Koperasi Sleman Drs Kasarah Budi Hartono, Tokoh Koperasi Kulonprogo Drs H Barjo dan Kepala SMK Koperasi Yogya Sutarmi Praha.  Koperasi berprestasi tingkat Nasional dari DIY, Primkopau Adisutjipto, Primkop UPN , KSP Kopdit Adil Dlingo Bantul dan Koperasi Cinta Manis Pendowoharjo Sewon Bantul. Pada upacara kemarin juga diserahkan piagam dan hadiah kepada para pemenang lomba Koperasi dalam rangka hari Keperasi ke-64 se Provinsi DIY.

DESA TERONG MASUK VERIFIKASI TELADAN NASIONAL 2011

Dlingo : bkpp.jogjaprov.go.id : Yogyakarta. Sebagaimana agenda tetap tahunan Kementerian Pertanian dalam hal ini Badan Pengembangan Penyuluhan dan SDM Pertanian (BPPSDMP) melaksanakan pemilihan Teladan Nasional Tahun 2011. Pada Tahun 2011 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2011 saat ini, disamping Penyuluh Pertanian dan Petani, BPPSDMP juga memilih Penyuluh Swadaya, Gapoktan, dan UP-FMA Teladan Tingkat Nasional.

Pada tahun ini verifikasi oleh Tim Kementerian Pertanian dilaksanakan pada tanggal 27 s/d 29 Juni 2011. Wakil DIY yang diverifikasi berdasarkan 5 kriteria tersebut adalah :

I. Gapoktan

a. Gapoktan Sidomulyo ; Sidomulyo, Godean, Sleman
b. Gapoktan Amongkismo; Terong, Dlingo, Bantul
c. Gapoktan Ngudirejo, Pendoworejo, Girimulyo, Kulonprogo
II. UP.FMA

a. UP.FMA Terong, Terong, Dlingo, Bantul
b. UP. FMA Sidomulyo, Sidomulyo, Pengasih, Kulonprogo
c. UP.FMA Plembutan, Plembutan, Playen, Gunungkidul

Dari masing-masing kategori tersebut akan dipilih masing-masing 1 Penyuluh PNS, 1 Penyuluh Swadaya, 1 Petani, 1 UP.FMA, dan 1 Gapoktan yang akan ditetapkan sebagai Teladan Nasional Tahun 2011. Hasil Verifikasi akan diumumkan melalui website BKPP DIY setelah diputuskan oleh Tim Kementrian Pertanian RI.

Sekolah Lapangan Petani Muda Jatimulyo

Dlingo :jatimulyo.com : Forum Pengembangan Ekonomi Lokal (F-PEL) desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dimotori oleh sebagian besar kaum muda, telah menyusun rencana strategis (renstra) di bidang pertanian untuk wilayah Jatimulyo, dimana garis besarnya adalah mengembangkan teknologi produksi pertanian dan mengembangkan keanekaragaman pangan lokal serta industri pengolahan pangan yang bernilai ekonomi tinggi, guna mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan berkelanjutan.

Sebagai awal implementasi renstra di bidang pertanian itu F-PEL Jatimulyo bekerjasama dengan LSM Daya Annisa Yogyakarta, GIZ, UNDP, Joglo Tani Sleman, dan Dipertahut Kabupaten Bantul telah mengadakan pelatihan dan sekolah lapangan pertanian secara intensif sejak bulan Maret sampai dengan Juni 2011. Pelatihan dimaksud untuk transfer ilmu dan teknologi pertanian bagi kalangan generasi muda dan kelompok tani yang ada di desa Jatimulyo. Kegiatan tersebut secara tidak langsung menjadi sarana yang efektif untuk menggerakkan generasi muda “kembali ke sawah”. 
 
Hal ini terbukti dengan antusiasnya para peserta mengikuti pelatihan dari awal sampai selesai. Berbagai ilmu dan pengalaman baru yang didapat selama tiga bulan pelatihan diantaranya : pertanian organik, pembuatan pupuk dan insektisida organik, pembuatan nutrisi ternak, teknik pengawetan pakan ternak dan manajemen pertanian. Kini bagi generasi muda desa Jatimulyo, tidak lagi alergi dengan istilah tani atau pertanian, karena dengan pendekatan dan teknologi yang tepat pertanian menjadi sesuatu yang menarik, disamping akan menjadi kebutuhan dasar dan semua kalangan dari lintas generasi, karena pertanian yang sejatinya akan menjadi pemasok pangan bagi kita semua.

Ibu-ibu Warga Terong Kini Semakin Percaya Diri

Dlingo : seputar-indonesia.com : Ponisih  bersama-sama pekerja lain tengah mengemas keripik singkong “Nikimon” di rumah Kadus Rejosari, Desa Terong, belum lama ini. Hari-hari Ponisih,39, warga Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul kini dilalui dengan perasaan bahagia.Cerita suram dahsyatnya musibah gempa bumi 27 Mei 2006 pun seakan perlahan terkikis dari ingatannya. Ya,empat tahun berlalu, Ponisih dan mayoritas warga Terong kini telah bangkit.Mereka tak lagi larut dalam tangis sedih karena kehilangan rumah dan sanak saudaranya. Rumahrumah baru dengan kualitas yang lebih bagus kini kembali berdiri kokoh di kampung yang berada di kawasan perbukitan ini.Cap Desa Terong yang gersang dan sering kesulitan mendapatkan pasokan air pun juga perlahan hilang.

Musibah selalui diikuti dengan hikmah. Demikianlah wargaTerong,termasuk Ponisih memahami segala dinamika kehidupannya. Selain rumahnya sudah lebih baik,Ponisih kini sumringah karena gempa juga telah mengubah hidupnya. Dalam dua tahun terakhir,ibu dua anak ini memiliki keterampilan baru,yakni bisa membuat snack atau makanan ringan.

Ponisih tak sendiri.Bersama 19 teman dalam satu kelompoknya, dia kini berhasil mengangkat potensi Desa Terong lewat makanan ringan berlabel “Nikimon”. Produk Nikimon kini juga sudah dekat dan melekat di lidah warga Yogyakarta.Bagi yang pernah mencicipinya, produk Nikimon tak sekadar makanan ringan biasa,tapi lebih dari itu juga menawarkan cita rasa unik dan baru. Setidaknya sudah ada 17 jenis makanan olahan ala Nikimon yang dilepas ke pasar,di antaranya keripik singkong,keripik ubi,peyek kacang,kacang disco,kacang asin hingga gethuk pisang. Merek Nikimon sendiri juga tergolong unik,karena sebenarnya kependekan dari Niki Mawon yang dalam bahasa Indonesia bermakna Ini Saja. Kerajinan makanan ringan ini yang sudah mendapat sertifikasi dari Dinas Kesehatan Bantul ini pun cukup istimewa karena dalam tempo cepat sudah merambah beberapa kota, khususnya di Jawa.

Seiring meningkatnya permintaan produk snack ini,penghasilan Ponisih dan warga Terong juga bertambah. Ponisih bersama puluhan warga Terong yang mendapat pendampingan dari International Organization for Migration (IOM) ini bahkan kerap kewalahan ketika mendapat order yang sangat besar.Untuk menyiasati banyaknya pesanan itu, biasanya lima kelompok UMKM di bawah bimbingan IOM di Terong bahu membahu memenuhi permintaan tersebut.“

Sebab kami seringkali ikut pameran di Yogya seperti di JEC,Gabusan,Sekaten dan Bantul Expo sehingga banyak pesanan dari situ,”ujar Ponisih saat ditemui di sela mengemas keripik singkong di kediaman Sukamdam,Ketua Kelompok Nikimon,Rejosari,Terong, belum lama ini. Ponisih kian percaya diri untuk bangkit dari keterpurukan setelah bencana gempa bumi. Berkat keterampilan tambahan ini,Ponisih kini bisa membantu penghasilan suaminya yang sehari-hari sebagai petani atau kadang jadi buruh di Yogyakarta. Setidaknya dalam sepekan, kelompok Nikimon membuat makanan ringan dua kali.Dan setiap kali produksi,Ponisih bisa mengantongi Rp15.000.Beruntung dua anak Ponisih sudah bekerja di Yogya,sehingga uang hasil ikut Nikimon bisa ditabung.

“Kalau uang saya untuk tambah jajan anak,”timpal Triatni,32, rekan Ponisih yang bertugas menggoreng snack.Seluruh produk Nikimon kini tersedia di Ruko Nikimon di kompleks Pasar Sendangwesi Desa Terong. Apa yang dirasakan Ponisih dan Triatni juga tak jauh beda yang kini dialami Arini,30,warga Nembel,Desa Kebon,Kecamatan Bayat,Klaten.Setelah bergabung di UMKM Batik Tulis Kebon Indah,roda ekonomi keluarganya perlahan naik.

Dia kini tak lagi bingung untuk membiayai sekolah dua anaknya. Dari keikutsertannya di Batik Kebon Indah,dia setidaknya mendapat Rp25.000 per hari.BatikTulis Kebon Indah adalah produk UMKM binaan IOM yang khusus membuat batik berbahan warna alami. Produk batik buatan sebagian besar ibu-ibu rumah tangga ini beberapa kali diikutsertakan dalam fashion show. Sejumlah desainer lokal pun telah memanfaatkan produk Batik Kebon Indah. IOM yang dalam operasionalnya mendapat pendanaan dari Java Reconstruction Fund (JRF) sengaja mengembangkan batik karena Desa Kebon sejak lama dikenal sebagai pusat perajin batik.Namun pascagempa banyak perajin terpuruk.“ Kalau dulu saya hanya dibayar Rp3.000 setiap mewarnai, tapi kini bisa Rp25.000.

Sekarang saya juga tahu semua proses membuat batik tak sekadar mewarnai,”cerita Arini saat mewarnai di rumah produksi sekaligus showroomBatik Kebon Indah,Selasa (21/6). Hampir tiap hari,rumah produksi yang lokasinya persis di samping Balai Desa Kebon ini ramai.Ini seiring dengan permintaan batik tulis yang terus meningkat.“Bahkan kami saat ini kesusahan memenuhi permintaan batik yang sudah jadi,” cerita Ketua Kelompok Batik Kebon Indah Sri Windarti. Sri sama sekali tak menyangka pelatihan dari IOM yang menggandeng dari Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Pembangunan (LPPSP) Semarang ini mengubah perekonomian warga.Sebab awalnya warga di Desa Kebon yang menjadi korban gempa cukup parah umumnya bertani atau sekadar menjadi buruh perajin batik.

Mereka tak mempunyai keahlian memadai membuat proses pembatikan dari awal hingga akhir seperti ngemor, nganji,nyorekhingga mewarnai. Tapi atas fasilitasi IOM, mereka tak hanya mendapat pengetahuan membuat batik, tapi juga manajemen kekuangan hingga pemasaran produk. Sebuah showroomsederhana kini juga sudah ada di Yogyakata untuk memajang produk asal Desa Kebon ini.Soal pemasaran, beberapa kali eventpameran di Jakarta juga telah diikuti.

Karena berbahan alami,Batik Kebon memang berkualitas tinggi.Harga per lembar kain rata-rata Rp350.000.Sementara modal dan biaya produksi mencapai Rp200.000.Dalam sebulan setidaknya kelompok ini bisa menghasilkan 250 lembar batik. Penjualan berkisar 100 lembar. “Omzetnya sebulan yasekitar Rp15 juta,”kata Windarti. Peran serta JRF lewat IOM tak hanya di Desa Kebon.

Dalam program pemulihan mata pencaharian (livelihood recovery) dua tahun terakhir,IOM telah menjangkau 25 desa di DIY dan Jateng.Setidaknya lebih dari 4.300 UMKM terbantu dari pendanaan, pemasaran pendampingan, hingga pemasaran. Tak hanya lewat IOM,selain membantu bidang infrastruktur, JRF juga menggandeng Gesellschaft fu Internationale Zasammenarbeit (GIZ) untuk menangani ribuan UMKM.GIZ memberikan bantuan teknis dan keuangan.

Di antara sasaran GIZ adalah para petani dan peternak sapi di Desa Jatimulyo, Dlingo,Bantul.GIZ mengajari warga untuk membuat pupuk organik,nutrisi alami untuk hewan ternak,pestisida alami dan premix pengawetan hijauan pakan ternak.“Secara bertahap petani bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia. Namun kendalanya sulit mengubah kebiasaan masyarakat,” ujar Advisor GIZ Agung Gede. Akhir Juni ini,proyek livelihood recoverydari IOM-GIZ telah ditutup.Saat SINDO menanyakan soal rencana pelepasan pendampingan ini, raut-raut muka pelaku UMKM masih saja semangat dan percaya diri. Tohdemikian,tidak mudah juga mengajak pelaku UMKM lain bangkit.Banyak di antara mereka yang sudah merasa adem ayem dengan bantuan yang ada saat ini.

Padahal,dari sisi potensi,bidang usaha mereka sebenarnya sangat memungkinkan untuk berkembang dan bersaing dengan produk luar daerah maupun mancanegara. Yang tak kalah penting, langkah JRF lewat IOM dan GIZ-nya barulah secuil uluran tangan bagi kalangan UMKM. Di sekeliling Ponisih,Triatni, maupunWindarti,masih ada ribuan pelaku UMKM yang belum tersentuh,baik dari tangan-tangan pemerintah maupun pihak donor lain.

Perjuangan mereka untuk bangkit tidak enteng.Tak heran, mereka pun tak henti meminta ‘kebaikan hati’ pemerintah. Seperti yang dilakukan ribuan pelaku UMKM dengan mendatangi kantor Bank Indonesia (BI) Yogyakarta dan kediaman Wakil Presiden Boediono di Sawitsari,Condongcatur, Depok,Sleman,kemarin. Dari data Komunitas UMKM DIY,saat ini ada sekitar 3.234 kreditur UMKM korban gempa 2006 yang mengalami masalah kredit macet dengan total dana mencapai Rp75,949 miliar. Mereka menagih janji penghapusan kredit agar bisa semakin percaya diri seperti dirasakan sebagian pelaku UMKM lain saat ini